Laporkan Masalah

Interpretasi Alam di Jalur Pendakian Pancasila Taman Nasional Gunung Tambora

MEYDA CAHYA FIRDANI, Dr. Ir. Lies Rahayu W.F MP

2019 | Skripsi | S1 KEHUTANAN

Taman Nasional Tambora mempunyai permasalahan dalam bidang ekowisata. Permasalahan tentang penggalian potensi keanekaragaman hayati dan potensi budaya yang berpotensi untuk dijadikan obyek ekowisata. Jalur pendakian Pancasila merupakan jalur pendakian dengan jumlah kunjungan yang mengalami kenaikan dari tahun ke tahun mulai dari disahkannya Taman Nasional Tambora tahun 2015 selain itu track yang mudah menjadikan jalur pendakian pancasila sangat cocok untuk para pendaki pemula. Penelitian ini bertujuan untuk Mengidentifikasi objek-objek interpretasi alam, dan menyusun penjelasan interpretatif dari objek-objek yang telah teridentifikasi di jalur pendakian Pancasila di Taman Nasional Tambora. Data yang akan diambil terdiri dari dua jenis data, yaitu data primer yang meliputi data flora, data fauna, data lanskap, dan data budaya. Data sekunder meliputi data kondisi umum lapangan, data potensi kawasan, dan peta kawasan. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara pengamatan langsung dilapangan, sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait. Selain itu juga digunakan laporan penelitian dan dokumen penunjang lainnya. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode studi pustaka dan wawancara untuk mengumpulkan data sekunder dan metode observasi lapangan (Ground check) untuk mengumpulkan data primer. Potensi Interpretatif flora, terdapat benuang laki, dan cemara gunung yang merupakan flora kunci pembentuk ekosistem klimak. ganitri merupakan flora endemik TN Tambora, dan Edelweis merupakan flora yang dapat hidup hingga pada ketinggian 3.400 mdpl. Potensi Interpretatif fauna, terdapat ayam hutan merah merupakan jenis dengan penampakan yang indah dan Sepah kerdil merupakan jenis endemik NTB dan Flores, dan Srigunting wallacea merupakan jenis endemik Nusa tenggara dan Maluku. Potensi interpretatif lanskap, terdapat lanskap pos III, lanskap pos IV, lanskap pos V merupakan fasilitas yang harus dijaga, dan dilindungi, lanskap cemara gunung, lanskap Sunset, lanskap sunrise dan lanskap puncak Tambora merupakan lanskap yang susah ditemukan di tempat lain dan memiliki nilai estetika yang tinggi. Potensi Interpretatif Budaya, terdapat makam Mae Tala Gumbilo salah satu guide pertama Gunung Tambora yang harus dijaga keasliannya serta melindungi dari kerusakan karena makam tersebut merupakan bagian dari sejarah Gunung Tambora.

Tambora National Park has problems in the field of ecotourism. Problems about extracting biodiversity potential and cultural potential that have the potential to become ecotourism objects. The path of climbing Pancasila is a hiking trail with a number of visits that have increased from year to year starting from the legalization of the Tambora National Park in 2015 in addition to the easy track that makes the Pancasila hiking trail very suitable for beginner climbers. This study aims to identify objects of nature interpretation, and compile interpretative explanations of objects that have been identified on the Pancasila hiking trails in Tambora National Park. This study consists of two types of data, there are primary and secondary data. The primary data include flora data, fauna data, landscape data, and cultural data. Then, secondary data include data on general field conditions, regional potential data, and map of the area. Primary data collection done by direct observation in the field, while secondary data is obtained from relevant agencies. In addition, research reports and other supporting documents are also used. The study used library research method and interviews to collect secondary data and field observation methods (Ground check) to collect primary data. Flora interpretive potential, consist of male fungi and mountain pine as a key flora forming climatic ecosystems. Ganitri is an endemic flora of Tambora National Park, and Edelweis is a flora that can live up to an altitude of 3,400 masl. Interpretative potential of fauna, there are red jungle fowls which as a beautiful species and dwarf sepah is an endemic species of NTB and Flores, then Srigunting wallacea is an endemic species of Nusa Tenggara and Maluku. Interpretive potential of landscapes, there are post III landscapes, post IV landscapes, post V landscapes as facilities that must be protected. Mountain Cemara, Sunset landscape, sunrise landscape and Tambora peak landscape are landscapes that hard to find of other place and have high aesthetic value. The culture Interpretative Potential consist of Mae Tala Gumbilo tomb, as a first guides of Mount Tambora, it must be protected from damage because the tomb is the part of the history of Mount Tambora.

Kata Kunci : Taman Nasional Tambora, Jalur Pendakian Pancasila, Interpretasi Alam, Objek Interpretasi Alam

  1. S1-2019-362276-Abstract.pdf  
  2. S1-2019-362276-Bibliography.pdf  
  3. S1-2019-362276-Tableofcontent.pdf  
  4. S1-2019-362276-Title.pdf