Citizenship dalam Pendidikan di Sekolah Alam Bengawan Solo (SABS) Dusun Panjangan, Desa Gondangsari, Juwiring, Klaten, Jawa Tengah
Wiwin Hesty Ramandhani, Dr. Subando Agus Margono., M.Si.
2019 | Skripsi | S1 MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN PUBLIKABSTRAK Pendidikan merupakan usaha untuk mempersiapkan manusia mempunyai kemampuan berperan aktif dalam membentuk masa depan. Pendidikan melalui jalur formal dan non-formal dirancang untuk mempersiapkan generasi penerus bangsa dalam menghadapi perubahan dan tantangan masa depan. Akan tetapi, saat ini masih terdapat berbagai permasalahan terkait sistem pendidikan nasional. Permasalahan tersebut adalah pendidikan tidak mampu menghasilkan dan mencetak individu yang memiliki karakter yang kuat dan sikap kritis. Berbagai permasalahan terkait pendidikan menjadikan pendidikan di Indonesia belum mampu menumbuhkan karakter warga yang ideal. Pendidikan cenderung membelenggu murid, sehingga diperlukan skema pendidikan yang berbeda yang mampu menyediakan hak-hak dan kewajiban semua orang (citizenship) untuk dapat memperoleh pendidikan yang menjadikan murid sebagai warga Negara yang utuh. Untuk menjawab tantangan pendidikan tersebut, Sekolah Alam Bengawan Solo (SABS) hadir sebagai sekolah yang berbeda dengan menerapkan pembelajaran karakter yang kuat serta terintegrasi dengan alam dan lingkungan, menemukan masalah, bereksplorasi dan bereksperimen untuk memecahkan permasalahan yang ada di lingkungan sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana citizenship dalam pendidikan di Sekolah Alam Bengawan Solo (SABS). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan studi literatur. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa nilai-nilai citizenship dapat terlihat dalam berbagai kegiatan pembelajaran murid SABS yaitu kegiatan OTFA, makan siang dan sarapan bersama, melindungi anak berkebutuhan khusus, tidak membeda-bedakan murid, kegiatan Market Day, saling membantu teman yang kesulitan dan anak diberikan kebebasan dalam berseragam serta nilai toleransi antar murid. Faktor pendukung lain dalam kegiatan yang mencerminkan citizenship juga terlihat pada interaksi aktor dan budaya organisasi di SABS. Interaksi aktor yang terjalin antara fasilitator dengan murid sangat akrab dan tidak dibatasi oleh strata sehingga murid dan fasilitator seperti teman akrab. Fasilitator bukanlah sebagai guru melainkan sebagai pendamping murid dalam tumbuh dan berkeksplorasi di sekolah. Budaya organisasi yang terbentuk sejak awal di SABS yaitu tidak terpaku pada aturan yang kaku, semua kegiatan pembelajaran berjalan secara fleksibel sesuai dengan kondisi di lapangan dan murid diberikan kebebasan dalam belajar sehingga meningkatkan kreatifitas serta kemampuan murid dalam bereksplorasi dan memecahkan masalah. Berdasarkan berbagai kegiatan pembelajaran, interaksi, dan budaya organisasi di SABS sangat mengakomodasi tercapainnya nilai citizenship, sehingga membentuk murid menjadi mandiri, kreatif,bertanggung jawab, berani mengemukakan pendapat, toleransi serta paham atas hak dan kewajiban bagi diri sendiri dan juga untuk lingkungan.
ABSTRACT Education is an effort to prepare human to have the ability to play an active role in shaping the future. Education through formal and non-formal channels is designed to prepare the next generation in facing future changes and challenges. However, at present there are still various problems related to the national education system. The problem is that education is not able to produce individuals who have a strong character and critical attitude. Various problems related to education make education in Indonesia unable to grow the ideal character of citizens. Education tends to shackle students, thus the different educational schemes are needed which are able to provide the rights and obligations of all citizens to obtain education that makes students as intact citizens. In order to answer this educational challenge, Sekolah Alam Bengawan Solo (SABS) exists as a different school by applying learning method through strong character and integrating with nature as well as the environment and let children find problems, explore and experiment to solve problems in the school environment. This research aims to find out how citizenship in education in the SABS. This study used qualitative research methods with a case study approach. Data collection techniques were carried out by interviews, observation and literature studies. The result of this study indicates that citizenship values can be seen in a variety of SABS student’s learning activities, such as OTFA activities, having lunch and breakfast together, protecting children with special needs, not discriminating students, Market Day activities, helping friends who have difficulties and children are given the freedom in wearing uniform and tolerance values between students. Other supporting factors in the activities that reflect citizenship are also seen in the interaction of actors and organizational culture in SABS. The interaction of the actors between facilitators and students is very familiar and not limited by strata, so students and facilitators are like close friends, the facilitator does not act as a teacher but as a student companion in growing and exploring at school. Organizational culture that was formed from the beginning in SABS is not fixed on rigid rules, all learning activities run flexibly in accordance with conditions in the field and students are given the freedom to learn, so it increases students' creativity and abilities in exploring and solving problems. Based on various learning activities in SABS, interactions and organizational culture in SABS, it is greatly accommodates the achievement of citizenship values, thus forming students to be independent, creative, responsible, courageous in expressing opinions, tolerance and understanding of their rights and obligations for themselves and the environment.
Kata Kunci : Kata Kunci: Budaya Organisasi, Citizenship, Interaksi Aktor, Sekolah Alam Bengawan Solo.