Menuju Politik Agonistik (Sebuah Analisis Arkeologi Pengetahuan terhadap Pemikiran Politik Chantal Mouffe)

DEVANANTA RIZQI RAFIQ, Dr. Amalinda Savirani, S. IP., M. A.

2019 | Skripsi | S1 POLITIK DAN PEMERINTAHAN

Apatisme terhadap politik arus utama menjangkiti praktik demokrasi liberal di awal abad ke-21. Penulis melihat gejala ini sebagai pertanda dua fenomena sekaligus: kebuntuan ranah diskursif dari ilmu politik, dan kebuntuan ranah praktik politik. Maka dari itu, penulis berpendapat bahwa terdapat urgensi untuk menemukan kebaruan, tidak hanya dalam realisasi politik dalam praktik, tapi juga cara kita mendefinisikan politik itu sendiri. Penulis akan mengeksplorasi tawaran terhadap masalah kebaruan tersebut melalui kerangka referensial yang disebut oleh Oliver Marchart 'politik pascafondasional' sebagai patahan epistemik dari alur logika biner fondasionalisme dan antifondasionalisme. Pemikir politik yang penulis pilih sebagai pintu masuk untuk membahas kebaruan tersebut adalah Chantal Mouffe. Penulis memilihnya, karena ia berhasil memberikan jalan keluar dari kebuntuan diskursif maupun praktik dari politik yang sekadar dimaknai pada salah satu kutub poros fondasionalis atau antifondasionalis. Pembahasan pemikiran politik Mouffe dengan mempertimbangkan masalah yang saya kemukakan tadi bisa dipahami bila ia ditempatkan pada dua konteks sekaligus: filsafat ilmu, dan sejarah pemikiran politik. Metode penelitian yang cocok digunakan adalah arkeologi pengetahuan Michel Foucault yang memandang sejarah bukan sebagai sesuatu yang linear, tapi sebagai patahan. Patahan yang dilakukan Mouffe pada dua konteks tadi menguak dimensi dari apa yang sebut sebagai 'patahan politis'. Dari sana, saya akan mengajukan tiga pertanyaan penelitian. Pertama, apa yang dimaksud dengan ontologi antagonisme dalam pemikiran Chantal Mouffe? Kedua, bagaimana ontologi politik Chantal Mouffe digunakan sebagai landasan memikirkan politik secara politis untuk memahami patahan sejarah ide politik? Ketiga, bagaimana pemikiran Chantal Mouffe digunakan untuk merespons konsepsi politik sebagai praktik yang agonistik? Metode arkeologi pengetahuan membuat saya dapat menguak bahwa pemikiran Mouffe sebetulnya disusun dari patahan-patahan pemikiran dari Lacan, Wittgenstein akhir, Foucault, Gramsci, dan Hegel. Lalu, dalam pembacaan lanjutan terhadap patahan sejarah politik, penulis menemukan bahwa Mouffe melalui ontologi pascafondasionalisme ingin melampaui potensi logika otoritarian yang terkandung dalam upaya penciptaan totalitas tatanan sosial-politik dalam pemikiran politik liberalisme mulai dari Hayek-Friedman, Beck-Giddens sampai Rawls-Habermas, dan komunisme dari Lenin-Mao sampai Negri-Hardt. Baru kemudian penulis akan mengeskplorasi tawaran baru dari Mouffe tentang politik sebagai praktik yang mengatasi paradoks demokrasi liberal, blok historis, dan tatanan dunia multipolar. Analisis penulis menemukan kekurangan penjelasan Mouffe terkait beberapa hal, seperti posisi resolusi kelembagaannya yang meniscayakan parlemen, kontradiksi dalam argumentasinya mengenai tatanan dunia multipolar, dan tendensi khas Barat dalam pemikiran Mouffe yang bahkan tidak ia sadari.

Apathy towards mainstream politics is infecting today's liberal democratic practice in the early 21st century. The author of this thesis sees that symptom as two signs at a time: the impasse of explanatory discursive in political science, and the impasse of politics as practice. Because of that, the author argues that there is an urgency to find newness, not just in political realization in practice, but also the way we define politics as such. The author is going to explore that problem from referential framework which Oliver Marchart called 'post-fondational politics' as epistemological breaks from binary logics of fondasionalism and anti-fondasionalism. Political thinker that author chooses to enter this problem is Chantal Mouffe. The author chooses her because she manages to give a way out from the impasses of explanatory discursive and politics as practice which understood just from one of the fondationalist or anti-fondationalist axises pole. Considering the problems mentioned earlier, Chantal Mouffe's political thinking should be placed in two contexts at once: philosophy of science, and history of political thinking. The research method that fits to be used is Michel Foucault's archeology of knowledge that sees history not as something linear, but as fracture. This fracture is what the author called as 'the political breaks'. From there, the author asks three research questions. First, what's the meaning of antagonism ontology according to Chantal Mouffe? Second, how Chantal Mouffe's political ontology used as the basis of understanding politically the rupture of the history of political thingking? Third, how Chantal Mouffe's political thinking used to respond the political concept as agonistic practice? Archeology of knowledge method functions to uncover other thought pieces that shape Mouffe's thinking such as from Lacan, late Wittgenstein, Foucault, and Hegel. Then, the author's extention in the reading finds that Mouffe's postfondationalism ontology wants to exceed the potential authoritarian logic that contained in every attempt to create totality in social-political order like what liberalism from Hayek-Friedman, Beck-Giddens until Rawls-Habermas, and communism form Lenin-Mao until Negri-Hardt want to achieve. After that, the author is going to explore Mouffe's new offer about politics as practice to overcome the paradox of liberal democratic, historical bloc and multipolar world order. Author's findings are also concerning flaws in the Mouffe's explaination, such as her position of institutional resolution that necessary parliament, her contradictions in the argument of multipolar world order, and typical Western tendency in Mouffe's thought that she doesn't even realize.

Kata Kunci : Chantal Mouffe, pemikiran politik, arkeologi pengetahuan, sejarah, Michel Foucault.