Studi Eksplorasi Faktor Kapasitas Produksi, Fasilitas Penyimpanan dan Distribusi dalam Mendukung Ketersediaan Obat Publik pada Era JKN di Industri Farmasi
GABRIELA LARASATI S, Dr. Satibi., S.Si., M.Si., Apt.; Prof. Dr. Achmad Fudholi, DEA., Apt.
2019 | Tesis | MAGISTER ILMU FARMASIKesehatan merupakan kebutuhan dasar dan unsur kesejahteraan sehingga obat dan ketersediaannya menjadi hal kritis bagi sarana pelayanan kesehatan. Industri farmasi diharapkan dapat menghasilkan obat yang terjangkau dan berkualitas dalam upaya memenuhi ketersediaan obat publik khususnya pada Era JKN ini. Akan tetapi, ketersediaan obat publik masih terkendala oleh kapasitas produksi dan fasilitas penyimpanan yang kurang memadai serta perihal distribusi yang tidak lancar. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran faktor kapasitas produksi, fasilitas penyimpanan dan distribusi di industri farmasi dalam mendukung ketersediaan obat publik pada Era JKN serta menyelidiki masalah yang ada di industri farmasi terkait ketersediaan obat publik. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam dengan narasumber di empat (4) industri farmasi, yaitu PT iA, PT iB, PT iC dan PT iD untuk faktor kapasitas produksi dan fasilitas penyimpanan serta di empat (4) distributornya, yaitu PT pA, PT pB, PT pC dan PT pD untuk faktor distribusi. Penelusuran data sekunder dilakukan dengan mengobservasi data e-Catalogue seperti daftar industri farmasi dan Rencana Kebutuhan Obat (RKO). Instrumen yang digunakan adalah pedoman dan materi wawancara. Teknik analisis data yang digunakan mencakup pembuatan transkrip hasil wawancara, reduksi data, analisis data dan interpretasi data kemudian mengecek keabsahan data dengan triangulasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa kapasitas produksi yang memadai akan memperlancar proses produksi dan memangkas biaya produksi. Namun, permintaan obat oleh faskes kepada industri farmasi yang dilakukan secara beruntun dengan jumlah yang banyak mengakibatkan ruangan dan peralatan produksi overload, sehingga industri farmasi tidak dapat memenuhi dan menolak pesanan obat. Fasilitas penyimpanan yang memadai akan memperlancar dan meminimkan biaya operasional. Namun, terjadinya overload pada fasilitas penyimpanan (gudang) membuat industri farmasi harus mengeluarkan biaya tambahan untuk menyewa gudang. Distribusi yang lancar akan mempercepat proses pengiriman obat ke seluruh pelosok tanah air. Namun, pertimbangan biaya distribusi membuat industri farmasi mengharuskan adanya minimum order agar obat dapat didistribusikan dan keterbatasan dalam pemilihan moda transportasi juga menjadi kendala, sehingga waktu pendistribusian menjadi lebih panjang. Merujuk kepada hasil penelitian, maka rekomendasi saran diberikan kepada pemerintah dalam membenahi kebijakan penentuan harga obat dan pemberian konsekuensi yang adil kepada tiap fasilitas kesehatan. Industri farmasi dan distributor juga diharapkan dapat memberikan beberapa data pendukung untuk melengkapi penelitian selanjutnya.
Health is a basic need and element of welfare so that drugs and its availability is critical for health service facilities. The pharmaceutical industry is expected to produce an affordable and high-quality drugs in effort to the public drugs fulfillment, especially in the JKN Era. However, the availability of public drugs is still constrained by inadequate production capacity and storage facilities also distribution delays issues. The purpose of this study is to describe the factors of production capacity, storage facilities and distribution at pharmaceutical industry in supporting the availability of public drugs JKN Era and to investigate problems in the pharmaceutical industry regarding the availability of public drugs. This research was a qualitative descriptive study. Primary data was obtained through in-depth interviews with informant in four (4) pharmaceutical industries, namely PT iA, PT iB, PT iC and PT iD for factors of production capacity and storage facilities and in four (4) distributors, namely PT pA, PT pB, PT pC and PT pD for distribution factors. Secondary data was based on observations of e-Catalogue data such as the pharmaceutical industry list and the Drug Requirement Plan (RKO). The instruments were guidelines and interview material. Data analysis techniques included the making of transcripts of interviews, data reduction, data analysis and data interpretation and then checking the validity of the data by triangulation. The results of the analysis showed that adequate production capacity will facilitate the production process and cut production costs. However, the demand of drugs by the health facilities for the pharmaceutical industry is carried out in a row with a large number made an overloaded rooms and production equipment, so the pharmaceutical industry could not fulfill and reject drug orders. Adequate storage facilities will facilitate and minimize operational costs. However, the overload in storage facilities (warehouse) makes the pharmaceutical industry had to incur an additional costs to rent warehouses. Good distribution will speed up the process of sending drugs. However, consideration of distribution costs made the pharmaceutical industry required a minimum order so that drugs could be distributed and limitations in the choice of modes of transportation also became obstacles, so that the distribution time became longer. Recommendations were given to the government in fixing drug pricing policies and providing fair consequences to each health facility. The pharmaceutical industry and distributors were also expected to provide some supporting data to complement the further research.
Kata Kunci : ketersediaan, kapasitas produksi, fasilitas, distribusi, JKN, availability, production capacity, facility, distribution