EVALUASI PROSES PENERAPAN CLINICAL PATHWAY PASIEN PNEUMONIA DI RSIA BUNDA ALIYAH JAKARTA
ROSMAULI, Prof. dr. Iwan Dwiprahasto, M.Med.Sc, PhD; DR. dr. R. Taslim Pinzon, M.Kes
2019 | Tesis | MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKATLatar belakang: Pneumonia pada anak telah menyebabkan kematian pada 920.136 anak di dunia dan menghabiskan biaya yang sangat banyak. Diperlukan pengelolaan pasien yang baik dalam menangani pasien pneumonia di rumah sakit. Rumah sakit dituntut untuk mempunyai Standar Pelayanan Medis (SPM) yang dapat digunakan oleh semua dokter atau dokter gigi pada kasus yang sama. Turunan dari SPM berupa alur klinis atau clinical pathway dibuat untuk meningkatkan mutu pelayanan dan mencegah variasi tatalaksana yang tidak perlu. Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Bunda Aliyah, Jakarta telah memberlakukan clinical pathway pasien pneumonia. Pemberlakuan clinical pathway pneumonia ini masih dalam tahap awal penerapan. Tujuan: Penelitian ini untuk mengevaluasi proses penerapan clinical pathway pneumonia di RSIA Bunda Aliyah Jakarta. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimental dengan rancangan pretest-posttest tanpa kelompok kontrol di Kelompok Staf Medis (KSM) Anak RSIA Bunda Aliyah. Data bersifat kuantitatif dari dua kelompok subyek yang berbeda dalam populasi yang sama. Data pretest diambil secara retrospektif sebelum implementasi clinical pathway. Data posttest diambil setelah implementasi clinical pathway diberlakukan. Penilaian kepatuhan DPJP diambil dari hasil check list clinical pathway pneumonia. Format clinical pathway yang berlaku dievaluasi berdasarkan kuesioner ICPAT. Hasil : Rata-rata lama rawat prepathway selama 5 hari lebih lama satu hari dibandingkan dengan post clinical pathway yaitu 4 hari. Kepatuhan pemeriksaan radiologi clinical pathway di RSIA Bunda Aliyah ini tidak mengalami perubahan. Pemberian antibiotik yang tidak sesuai lebih tinggi setelah penerapan clinical pathway dibandingkan dengan sebelum penerapan clinical pathway. Tidak terdapat perbedaan lama hari rawat ketika sebelum diterapkan clinical pathway dengan setelah diterapkan clinical pathway dalam hal penggunaan antibiotika dan pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan rontgen thorak sebanyak 43 pasien, yang tidak melakukan check list di lembar clinical pathway sebanyak 24 %. Pemberian antibiotik yang sesuai sebanyak 24 pasien, 100% melakukan cek list di lembar clinical pathway. Dimensi 1 pada instrumen ICPAT menyimpulkan bahwa format clinical pathway belum valid baik dari sudut konten dan mutu. Kesimpulan : Hasil evaluasi clinical pathway pneumonia terhadap lama hari rawat pasien sudah menampakan hasil dengan didapatkannya penurunan lama hari rawat, walaupun kepatuhan DPJP untuk melakukan pemeriksaan radiologi dan kepatuhan penggunaan antibiotik masih rendah. Dikaji dari kesesuaian clinical pathway pneumonia dengan menggunakan ICPAT menunjukkan bahwa clinical pathway tidak memenuhi persyaratan sebagai sebuah dokumen clinical pathway baik dari segi konten maupun mutu.
Background: Pneumonia in children has caused death in 920,136 children in the world and costs a huge amount. It needs a good management of patients in handling pneumonia patients at the hospitals. Hospitals are required to have a Medical Service Standards (SPM) that can be used by all doctors or dentists for the same case. Derivatives of SPM in the form of clinical pathways is made to improve service quality and prevent unnecessary variations in patient management. Mother and Child Hospital (RSIA) Bunda Aliyah has implemented a clinical pathway for pneumonia patients. The implementation is still on the development stage. Objective: This study is to evaluate the implementation process of pneumonia clinical pathway RSIA Bunda Aliyah, Jakarta. Method: This study was a quasi-experimental study with a pretest-posttest design without a control group at the Child Medic Staff Group (KSM) of RSIA Bunda Aliyah. Data are quantitative from two different subject groups in the same population. The pretest data was taken retrospectively before the implementation of the clinical pathway. Posttest data was taken after the clinical pathway was implemented. Clinician (DPJP)’s compliance assessment is taken from the results of the clinical pathway pneumonia checklist and the suitability of ICPAT. Result : The prepathway average length of stay was 5 days, one day longer compared to post clinical pathway, which was 4 days. Compliance with the radiological examination of the clinical pathway in the RSIA Bunda Aliyah is not changed. The non-suitable antibiotics administration was higher in after the implementation compared to before the implementation of the clinical pathway. There is no difference in length of stay when before the clinical pathway is applied with after the clinical pathway is applied in terms of antibiotic use and radiological examination. Thoracic X-ray examination was 43 patients, who did not check the list on the clinical pathway sheet as much as 24%. 24 patients were given appropriate antibiotics, 100% checked the list on the clinical pathway sheetDimension 1 of the ICPAT’s instrument concludes that the clinical pathway format has not valid yet both in terms of content and quality. Conclusion: The results of the evaluation of pneumonia clinical pathway in term of the length of stay of treatment of patients have shown results with a decrease in length of stay, although clinician’s compliance to conduct radiological examinations and the compliance of antibiotics administration were still low. Assessed from the suitability of pneumonia clinical pathway using ICPAT was shown that the pathways did not meet the requirements as a clinical pathway’s document both in terms of content and quality.
Kata Kunci : implementasi, clinical pathway,pneumonia, ICPAT, implementation, clinical pathway, pneumonia, ICPAT