Ketahanan Kota Yogyakarta Terhadap Bencana Alam
GURUH KRISNANTARA, M. Sani Roychansyah, S.T., M.Eng., D.Eng.
2019 | Tesis | MAGISTER PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTALokasi Yogyakarta memiliki ancaman multi-bencana yang tinggi, seperti banjir, gempa bumi, tanah longsor, cuaca ekstrem, dan letusan gunung berapi. Di sisi lain, faktor ekonomi, sosial dan fisik adalah aspek yang sangat mempengaruhi adaptasi dan ketahanan di kota. Ini menjadi perhatian penting karena jika aspek-aspek di luar kendali dan tidak diimbangi dengan kapasitas yang baik, daerah akan memiliki risiko bencana yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan indeks ketahanan di Yogyakarta melalui perbandingan indeks kapasitas dan indeks kerentanan, mengidentifikasi strategi ketahanan pada masing-masing unit kelurahan, dan mengetahui keberlanjutan strategi ketahanan yang ada. Indeks ketahanan dibentuk oleh perbandingan antara kapasitas dan kerentanan yang ada di masing-masing unit kelurahan. Variabel kerentanan merupakan hasil elaborasi dari empat sumber yaitu Cutter dkk. (2008), Cutter dkk. (2010), BNPB (2012), dan Kusumastuti dkk. (2014), sedangkan variabel kapasitas didasarkan pada jumlah kampung/desa/kelurahan berketahanan. Identifikasi strategi ketahanan menggunakan wawancara terhadap pengurus kelurahan, kampung/desa/kelurahan berketahanan. Analisis keberlanjutan strategi ketahanan adalah menggunakan Importance Performance Analysis yang membagi kelurahan menjadi empat kuadran skala prioritas yaitu prioritas tinggi, prioritas rendah, pertahankan prestasi, dan berlebih. Secara umum, Yogyakarta memiliki indeks ketahanan bencana alam yang cukup baik. Hal ini disebabkan oleh banyaknya komunitas yang terkait dengan penanganan bencana alam. Beberapa faktor yang diidentifikasi mempengaruhi indeks ketahanan tinggi dan rendah termasuk indeks kerentanan dan indeks kapasitasnya sendiri sebagai faktor pembentuk indeks ketahanan dan selain itu dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal seperti kedekatan dengan bencana, difusi ruang kota, dan terkait perencanaan tata ruang kota. Oleh karena itu, dalam merealisasikan suatu kawasan untuk pengembangan kota atau pusat kegiatan juga perlu memperhatikan pembangunan kapasitas menghadapi bencana baik dari segi infrastruktur fisik yang terkait dengan bencana maupun dengan pembangunan kapasitas atau modal sosial masyarakat.
Yogyakarta's location has high multi-disaster threats, such as floods, earthquakes, landslides, extreme weather, and volcanic eruptions. On the other hand, economic, social and physical factors are aspects that greatly influence adaptation and resilience in the city. This is an important concern because if the aspects are out of control and are not balanced with good capacity, the area will have a high disaster risk. This study aims to determine the resilience index in Yogyakarta through a comparison of the capacity index and vulnerability index, identify resilience strategies in each kelurahan unit, and determine the sustainability of existing resilience strategies. The resistance index is formed by a comparison between capacity and vulnerability in each kelurahan unit. Vulnerability variable is the result of elaboration from four sources namely Cutter et al. (2008), Cutter et al. (2010), BNPB (2012), and Kusumastuti et al. (2014), while the capacity variable is based on the number of kampongs/villages/kelurahan with resilience. Identification of resilience strategies using interviews with village administrators, kampongs/villages/kelurahan with resilience. The sustainability analysis of the resilience strategy is to use the Importance Performance Analysis which divides the kelurahan into four quadrants of priority scale, namely high priority, low priority, maintaining achievement, and excess. In general, Yogyakarta has a fairly good natural disaster resistance index. This is due to the large number of communities associated with handling natural disasters. Several factors identified as influencing high and low endurance indexes including vulnerability indexes and their own capacity indexes as forming factors of the resilience index and besides are influenced by external factors such as proximity to disasters, diffusion of urban space, and related urban spatial planning. Therefore, in realizing an area for the development of cities or centers of activity it is also necessary to pay attention to capacity building in the face of disasters both in terms of physical infrastructure related to disasters and with the development of community capacity or social capital.
Kata Kunci : ketahanan, kapasitas, kerentanan, bencana alam