Laporkan Masalah

ANALISIS BEAYA PEMANENAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI (HTI) (Studi kasus di unit Subanjeriji, PT. Musi Hutan Persada Sumatera Selatan)

RINI HARTATI, Siswantoyo Dipodiningrat

2002 | Skripsi | S1 KEHUTANAN

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Musi Hutan Persada bertujuan untuk menganalisis biaya pemanenan Hutan Tanaman Industri HTI). Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode annuitet yaitu dengan menganalisis biaya per komponen kegiatan pemanenan. Dalam hal ini biaya dibedakan dalam biaya tetap (Fixed cost ) dan biaya variabel (variable cost). Manfaat penelitian ini sebagai informasi besarnya beaya pemanenan, menilai apakah perusahaan telah bertindak sesuai prinsip ekonomi, dan dapat digunakan menentukan metode yang tepat Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi investasi alat maka proporsi besarnya beaya tetap yang dikeluarkan akan semakin besar dibandingkan beaya variabel dan dengan produktifitas yang tinggi maka beaya per satuan akan semakin rendah. Besarnya beaya untuk masing-masing komponen kegiatan pemanenan yaitu biaya pemotongan yang meliputi kegiatan penebangan, pembagian batang dan penumpukan sebesar Rp. 13.459,75/m3. Biaya transportasi pertama (penyaradan) terbagi dua karena dalam penyaradan menggunakan dua tipe alat yang berbeda yaitu alat Timber Jack 610 sebesar Rp. 181.045,92/jam sedangkan Timber Jcak tipe 1010 B biaya penyaradan sebesar Rp. 194.192,50/jam dengan kondisi topografi datar dan jarak sarad rata-rata 500 meter. Untuk kegiatan pemuatan dengan menggunakan alat Excavator Ex-200 sebesar Rp. 154.128,01/jam. Sedangkan kegiatan pengangkutan sebesar Rp. 19.070,17/km dengan jarak angkut 60 —80 km. Dalam penelitian ini kegiatan pembongkaran tidak diikutkan karena proses pembongkaran dilaksanakan olrh pihak TELL sebagai pembeli. Sehingga total biaya pemanenan dengan menggunakan alat penyaradan tipe 610 adalah sebesar Rp. 99.136,73/m3 sedangkan dengan tipe 1010 B sebesar Rp. 79.315,69/m3. Dalam penelitian ini juga menganalisis ketersediaan penggunaan alat di lapangan (aviability alat). Hal ini perlu dilakukan mengingat mahalnya harga pembelian alat berat mengharuskan kita untuk menggunakan alat seefisien mtmgkin karena pada alat berat yang harganya mahal biaya penghapusan dihitung per jam sehingga bila alat tidak bekerja dalam hitungan jam tanpa ada sebab maka perusahaan akan mengalami kerugian. Perusahaan menetapkan standar normal aviability alat adalah 85%. Dari hasil grafik aviability alat dapat dilihat bahwa rata-rata penggunaan alat > 85%.

Kata Kunci : Analisis beaya, Hutan Tanaman Industri, Sistem Pemanenan

  1. S1-FKT-2002-126030-abstract.pdf  
  2. S1-FKT-2002-126030-bibliography.pdf  
  3. S1-FKT-2002-126030-tableofcontent.pdf  
  4. S1-FKT-2002-126030-title.pdf