NARASI PUBLIK TENTANG DANA DESA Studi Narasi Pemerintah dan Narasi Warga Tentang Dana Desa di Desa Pagersari Kab Kendal dan Desa Ponggok Kab Klaten Tahun 2018
LUKMAN HAKIM, Dr.Phil Hermin Indah Wahyuni, M.Si.
2018 | Tesis | MAGISTER ILMU KOMUNIKASIDana Desa merupakan sesuatu yang baru bagi pedesaan. Dana ini diberikan pemerintah pusat kepada seluruh desa di Indonesia guna pengembangan dan pembangunan desa sebagaimana nawacita Presiden Joko Widodo. Selama kurang lebih tiga tahun berjalannya program DD ini, banyak terjadi peningkatan dan pertumbuhan yang dimulai dari desa baik yang bersifat materi maupun non materi. Akan tetapi dibalik cerita keberhasilan Dana Desa ini tentu tidak luput dari pelbagai kekurangan yang ada. Banyaknya kepala desa yang terjerat kasus korupsi, adanya silang pendapat antara pemerintah kabupaten dan desa dalam penentuan kebijakan, serta penolakan akan Dana Desa itu sendiri menjadi titik lemah program tersebut. Efektifitas komunikasi yang dibangun oleh pemerintah pusat kepada yang dibawah belum sesuai dengan visi misi yang ada. Penelitian ini menganalisis sejauh mana narasi yang dibangun oleh public (pemerintah dan warga) tentang Dana Desa melalui pendekatan teori Niklas Luhmann. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksploratif dengan menggunakan paradigma interpretif. Penelitian ini dilakukan di dua desa yakni desa Pagersari di Kabupaten Kendal dan desa Ponggok di Kabupaten Klaten. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini adalah; a). adanya perbedaan narasi yang dibangun oleh pemerintah daerah Kendal dan pemerintah desa Pagersari dengan warganya yang mana menganggap bahwa DD ini diperuntukkan sepenuhnya untuk membenahi infrastruktur di desa. Sedangkan di desa Ponggok dan pemerintah kabupaten Klaten, DD ini dianggap sebagai stimulus demi menuju perbaikan dan kemajuan di masa mendatang. B). proses komunikasi yang berjalan di kedua desa tersebut juga berbeda. Desa pagersari lebih bersifat formal sedangkan desa Ponggok bersifat pro aktif dan melakukan pendekatan secara buttom-up.
Village Funds are something new for the countryside. These funds are given by central government to all villages in Indonesia for the development and construction of the village as nawacita President Joko Widodo. For approximately three years of the program this DD, much increase and growth starts from the village of both material and non material. But behind the success story of the Village Fund is certainly not immune from the various shortcomings that exist. The number of village heads are entangled in corruption cases, the disagreement between the district and village in policy decisions, as well as the rejection of the Dana village itself is a weak point of the program. Effectiveness of communication built by the central government to the under is not in accordance with the vision of the mission. This research is an exploratory study using interpretive paradigm. This research was conducted in two villages namely Pagersari villages in Kendal and Ponggok village in Klaten regency. The data collection techniques used in this study by using observation, interview, and documentation. The results of this study are; a). the difference in narratives constructed by local governments and government Kendal Pagersari village and its citizens which assume that DD is intended solely to fix the infrastructure in the village. While at the village and district government Ponggok Klaten, DD is regarded as a stimulus for the sake of improvement and progress towards the future. B). the communication process runs in both villages are also different. More formal Pagersari villages and towns Ponggok be pro-active and do bottom-up approach.
Kata Kunci : Dana Desa, Narasi Publik, Luhmann, stimulus