Perkembangan Hizbullah: dari Gerakan Perlawanan menjadi Partai Politik
Ayu Arinda, Dr. Siti Muti'ah Setyawati, M.A.; Prof. Dr. Mohammad Mohtar Mas'oed; Dr. Nur Rachmat Yuliantoro, S.I.P., M.A.(IR)
2019 | Skripsi | S1 ILMU HUBUNGAN INTERNASIONALSkripsi ini membahas mengenai perkembangan Hizbullah dari awal kemunculannya pada tahun 1980an sebagai sebuah gerakan perlawanan Syiah yang sangat ideologis dengan tujuan mengusir Israel dan mendirikan negara Islam hingga transformasi gerakan tersebut menjadi partai politik di Lebanon. Melalui kerangka konseptual Gerakan Politik Islam, transformasi yang dilakukan oleh Hizbullah membuktikan bahwa gerakan politik Islam merupakan gerakan yang dinamis, dimana arah maupun strategi gerakan tersebut untuk mencapai tujuannya dapat bergeser seiring berjalannya waktu. Dalam masa perkembangannya, Hizbullah mengahadapi berbagai tantangan antara lain adalah campur tangan asing terutama oleh Israel, Amerika Serikat, dan Perancis; rivalitas dengan Amal; hubungan dengan kelompok Kristen dan Muslim Sunni; ketergantugan finansial terhadap Iran; serta label teroris yang disematkan kepadanya. Berbagai tantangan tersebut dihadapi Hizbullah dengan cukup baik ditunjukkan dengan keberhasilannya mempertahankan eksistensi dan mendapatkan dukungan masyarakat, sehingga terus memperoleh kursi dalam parlemen Lebanon. Setelah transformasi menjadi partai politik yang dilakukan, Hizbullah cenderung mengesampingkan tujuannya dalam mendirikan negara Islam di Lebanon, melainkan lebih berusaha meningkatkan kekuasaannya dalam perpolitikan domestik Lebanon melalui posisinya sebagai partai politik dengan memanfaatkan dukungan dari masyarakat Lebanon karena peran Hizbullah dalam kehidupan sosial-ekonomi masyarakat. Sementara itu, perlawanan terhadap Israel dilanjutkan dengan bingkai jihad membebaskan Palestina.
This thesis discussed about the development of Hezbollah in Lebanon, from the emergence of the organization as an ideologically Syiah resistance group with the main purpose to combat Israeli soldiers and establish an Islamic country in Lebanon until its transformation to become a legitimate political party. By using the Islamism conceptual theory, the transformation of Hezbollah is a proof that an Islamic movement is a dynamic movement in which there can be a shift in their strategy to achieve their goals overtime. In their developmental phase, Hezbollah faces many challenges, such as foreign intervention especially from Israel, United States, and French; their 'love-hate' relationship with Amal; relation with Christians and Sunnis groups; their financial dependency towards Iran; and last but not least is the term 'terrorist' group labeled to them by many superpowers. In fact, Hezbollah faced those challenges quite well, proved by their achievements in managing their existence and gaining support from the people, which in result they can keep their seats in the Lebanon's Parliament from time to time. After the transformation as a legitimate political party, Hezbollah tends to set aside their goal to establish an Islamic country in Lebanon, and put more effort to maximize their power as a political party to gain control in the government. Furthermore, after Israeli withdrawal from Lebanon soil Hezbollah framed their fight against Israel as a 'jihad' (holy war) to free Palestine.
Kata Kunci : Hizbullah, Gerakan Politik Islam, Lebanon, partai politik Islam, Timur Tengah