PEMANFAATAN BAMBU UNTUK KERAJINAN ANYAMAN DAN PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT DESA (Studi kasus Dusun Malangan, Desa Sumberagung, Moyudan, Sleman)

BUDI KRISTANTO , Ir. Djuwadi, M.S., Ir. Y. Suranto

2001 | Skripsi | S1 KEHUTANAN

Industri bambu di Dusun Malangan, Desa Sumber Agung, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman memproduksi barang-barang kerajinan yang mempunyai nilai seni. Bambu yang mudah didapatkan di daerah pedesaan menjadi sumber bahan baku kerajinan. Persaingan dengan aneka barang dari barang plastik, gelas, tidak menyurutkan produksi kerajinan bambu ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan bahan baku oleh masyarakat, saluran distribusi produk bambu, dan nilai tambah bambu sampai menjadi barang jadi serta peranan kerajinan dalam peningkatan pendapatan. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan untuk pembinaan dan pengembangan industri bambu. Penelitian dilakukan terhadap industri bambu skala rumah tangga, skala kecil, menengah, instansi terkait lainnya. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Stratified Random Sampling. Data-data penelitian dikumpulkan dengan cara pengamatan langsung dan melalui kuisioner yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari jenis bambu, asal bahan baku, cara pengadaan, jenis produk, jumlah kebutuhan bambu setiap bulan, harga bambu, biaya proses produksi, dan harga jual produk. Data-data tersebut kemudian diolah dengan metode deskriptif. Bahan baku yang digunakan terdiri dari bambu apus, tutul dan wulung. Rata-rata kebutuhan bahan baku rotan per bulan untuk industri rumah tangga sebesar 2 batang per bulan, industri kecil dan menengah 43 batang per bulan. Orientasi pasar industri rumah tangga pada pasar lokal (100 %) yang memasok barang setengah jadi pada industri kecil dan menengah. Pada industri menengah untuk pasar ekspor (50 %), dan campuran pasar lokal dan ekspor (50 %). Sedangkan pada industri menengah 100 % adalah campuran pasar ekspor dan lokal. Analisa nilai tambah bambu yaitu profit margin untuk industri rumah tangga 38,53%, industri kecil dan menengah 34,15% dan pedagang perantara 14,50%. Marketing margin hasil kerajinan bambu adalah 61,47% dari selisih harga di tingkat konsumen dan produsen. Nilai tambah tiap batang bambu pada industri kecil Rp.145.719,00 dari harga per batang Rp.6000,00(2.429%). Peningkatan pendapatan masyarakat dengan adanya industri kerajinan bambu sebesar Rp. 4000,00 sampai Rp. 6000,00 peningkatan ini setara dengan nilai upah dengan bekerja di sawah.

The bamboo industry in Malangan, Sumber Agung, Sleman produces bamboo crafts which have art value. Bamboo is easily found at village become the raw materials of the craft. The competition with the other industry from plastic and glass does not reduce product of the bamboo craft. The aim of the research is to identify the utilization of the raw materials, the distribution of the bamboo craft and additional value of the bamboo as a finished object and the role of the bamboo craft to increase the people income. It is hope that the result of this research can be used as an input to establish and develop the bamboo industry. The research was done to the bamboo industry on home industry scale, small scale, midle scale and the related institution. The sample was taken by using Stratified Random Sampling Method. The data is collected through direct observation and questionnaire. That are in the primary data and secondary data. The primary data includes the variety of the bamboo, the source of the raw materials, the supply, the number of needed per month, the price of the bamboo, the production costs, and the market price. The data is analized by using descriptive method. The raw materials used in bamboo craft are apus bamboo, tutul bamboo, and wulung bamboo. The average raw materials needed per month is 2 stalks for home industry, and 43 stalks for small and midle industry. The market orientation of the home industry is local market (100%) which supply semi finished product to small and the middle industry. The market orientation of the midle industry are export market (50%) and the combination between local and export market (50%). Whereas for midle industry (100%), the market orientation is the combination between the local and export market. The analyses of additional value of bamboo, that is the profit margin is 38,53% for home industry, 34,15% for small and middle industry and 14,5% for intermediery trader. The marketing margin of the bamboo craft for home industry is 61,47% from the price margin on the customer level and producer level. The additional for each stalks is Rp. 145.719,00 from the price per stalks Rp. 6000,00 (2.429%). The increase of the income from bamboo industry is Rp. 4000,00 to Rp. 6000,00. This increase is equivalent to the wage if people work in the field.

Kata Kunci : Bambu, Kerajinan, Industri Bambu