STUDI PERILAKU MAKAN RUSA JAWA (Cervus timorensis russa, Muller & Schlegel) DI PENANGKARAN WANA WISATA MONUMEN SURYO NGAWI
GERTRUDIS MARIA MANEHAT, Achmad Sulthoni, Atmodjo Thojib
2000 | Skripsi | S1 KEHUTANANPerilaku satwa merupakan ekspresi sebagai akibat adanya rangsangan yang datang dari dalam maupun dari luar tubuh. Rangsangan pada hakikatnya merupakan suatu pemicu perubahan baik yang terjadi di dalam tubuh maupun di luar yang berpengaruh terhadap perilaku satwa. Respon dari dalam tubuh berupa umur dan masa kawin sedangkan dari lingkungan berupa ketersediaan pakan, suhu, kelembaban, cuaca, angin serta pergantian musim. Lingkungan dapat mempengaruhi pola perilaku , salah satunya adalah perilaku makan rusa. Studi tentang perilaku makan rusa di penangkaran Wana Wisata Monumen Suryo merupakan salah satu unsur penting dalam pengelolaan. Studi ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi ingestive jumlah pakan yang dari luar penangkaran yang di konsumsi dan ada tidaknya pengaruh tolak ukur fisik yaitu suhu dan kelembaban terhadap frekuensi ingestive rusa. Metode pengamatan pola perilaku makan yang digunakan adalah metode focal animal sampling, dengan mencatat frekuensi ingestive yang tampak pada pola perilaku makan dari mengambil makanan mengunyah dan menelan dalam 5 - 2 0 detik yang dilengkapi dengan catatan suhu dan kelembaban. Pengamatan dilakukan dalam selang waktu tiap 30 menit mulai dari pukul 06.00-18.00 WIB Untuk mengetahui berat pakan dari luar penangkaran yaitu mengurangi berat pakan yang diberikan dengan berat pakan yang tidak dimakan, kemudian mencan rata-rata pakan yang dikonsumsi/hari/ekor dengan cara membagi berat pakan yang dimakan dengan jumlah rusa di dalam penangkaran. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa rusa betina dewasa mempunyai frekuensi ingestive tertinggi (21,22), diikuti rusa anak (16,26) dan rusa jantan dewasa (13,31). Suhu dan kelembaban hanya berpengaruh pada frekuensi ingestive rusa betina dewasa dimana pada suhu udara naik rusa betina dewasa frekuensi ingestive tinggi dan sebaliknya suhu udara rendah frekuensi ingestive rusa betina rendah. Begitupun kelembaban udara turun frekuensi ingestive rusa betina tinggi. Lingkungan abiotik ini tidak berpengaruh nyata terhadap frekuensi ingestive rusa jantan dewasa dan anak-anak. Rata-rata pakan yang dikomsumsi/hari/ekor dari luar penangkaran (3 kali pemberian) adalah 3,69 kg. Perum. Perhutani unit II Jawa Timur masih perlu memperbaiki konservasi rusa jawa terutama menyediakan ruang hidup yang hampir menyerupai habitat rusa jawa di alam bebas atau bisa disebut penangkaran.
Kata Kunci : Cervus timorensis russa, perilaku makan, rusa jawa