EVALUASI PERENCANAAN DAN DISTRIBUSI OBAT PROGRAM DI DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA
YULIANA BOKU, Dr. Satibi, M.Si., Apt.; Dr. Nanang Munif Yasin, M.Pharm., Apt.
2019 | Tesis | MAGISTER ILMU FARMASIPembangunan bidang kesehatan menjadi perhatian penting dalam komitmen internasional yang dituang dalam Millenium Development Goals (MDGs), yang salah satu tujuannya adalah memerangi HIV dan AIDS, TB,Malaria serta penyakit lainnya. Salah satu indikatornya adalah ketersediaan dan keterjangkauan obat, sehingga diperlukan manajemen pengelolaan obat yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran proses, efektifitas dan efisiensi perencanaan dan distribusi obat program tahun 2017 di Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode observasi dan wawancara. Evaluasi dilakukan pada tahap perencanaan dan distribusi obat program malaria, kusta, TB dan HIV/AIDS. Data kuantitatif diperoleh secara retrospektif, sedangkan data kualitatif diperoleh dari wawancara dengan responden yang dipilih secara purposive sampling. Kemudian analisis data kuantitatif dihitung dengan menggunakan indikator, sedangkan data kualitatif disajikan dalam bentuk narasi. Hasil menunjukkan perencanaan obat program tidak dilakukan oleh TPOT, metode perencanaan obat program malaria, kusta dan TB berdasarkan konsumsi dan morbiditas, sedangkan obat HIV/AIDS berdasarkan alokasi pusat. Pelaksanaan perencanaan obat program sebanyak satu kali setahun, sedangkan obat program kusta (MDT dan lamprene) sebanyak dua kali setahun. Distribusi obat program dilakukan secara top down berdasarkan laporan dari kota/kabupaten. Hasil evaluasi efektifitas perencanaan dan distribusi obat program menunjukkan ada beberapa indikator yang belum memenuhi standar, yaitu ketepatan perencanan (6,1%); penyimpangan perencanaan (5,85%); tingkat ketersediaan obat (28 bulan); persentase nilai obat yang kadaluarsa (8,33%); persentase penyimpangan obat yang didistribusikan (1,9%); ITOR (1,15 kali); rata-rata waktu kekosongan obat (30 hari); persentase stok obat mati (25%). Indikator yang sudah memenuhi standar, yaitu sistem penataan obat (FIFO/FEFO); kecocokan jumlah barang nyata dengan stok (100%); organisasi (berjenjang); penanggung jawab (apoteker); jumlah SDM (4 orang); keuangan dan sistem informasi (tersedia). Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah koordinasi belum optimal; pencatatan dan pelaporan belum diperbaharui dan keterbatasan dan atau keterlambatan realisasi dana operasional.
The development of the health sector is an important concern in international commitments poured in the Millennium Development Goals (MDGs), one of which is to fight HIV and AIDS, TB, Malaria and other diseases. One indicator is the availability and affordability of drugs, so that good management of drugs is needed. This study aims to describe the process, effectiveness and efficiency of drug programs planning and distribution in 2017 at the Southeast Sulawesi Provincial Health Office and the factors that influence it. This research is descriptive with observation and interview methods. The evaluation of the planning and distributing drugs for malaria, leprosy, TB and HIV/AIDS. Quantitative data were obtained retrospectively, qualitative data were obtained from interviews with respondents selected by purposive sampling. Then the analysis data of quantitative is calculated using indicators and qualitative was presented by a narrative. The results showed there have not TPOT, drug planning methods for malaria, leprosy and TB programs based consumption and morbidity, HIV/AIDS drugs were based the central allocation. Planning for program drug is done once a year, while drug leprosy program (MDT and Lamprene) is done twice a year. Program drug distribution is carried out in top-down based reports from Cities/Districts. The results showed there are drug indicators have not fulfilled the standard: planning accuracy (6,1%); planning irregularities (5,85%); availability (28 months); percentage of expired (8.33%); percentage of deviations distributed (1,9%); ITOR (1,15 times); average time of emptiness (30 days); percentage of stock dead (25%). Drug Indicators meet the standards: the structuring system (FIFO/FEFO); match the number of real goods with stock (100%); organization (tiered); responsible person (pharmacist); the number of HR (4 people); financial and information systems (available). Factors affecting: coordination is not optimal; recording and reporting have not been updated and limitations and or delay operational funds realization.
Kata Kunci : Evaluasi, perencanaan, distribusi, obat program dan Sulawesi Tenggara