Klasifikasi Tanah Partisipatif untuk Pemetaan Skala Detail pada Sebuah Penggal Lereng DAS Bompon, Kabupaten Magelang

NOVIYANTI LISTYANINGRUM, Dr. Muhammad Anggri Setiawan, M.Si.

2019 | Skripsi | S1 GEOGRAFI LINGKUNGAN

Peta tanah skala detail di Indonesia tersedia dalam jumlah yang terbatas karena survei dan pemetaan tanah skala besar-detail masih sangat sedikit. Survei dan pemetaan tanah konvensional membutuhkan waktu dan biaya yang cukup besar untuk dapat mengikuti sistem klasifikasi tanah yang telah berkembang. Salah satu alternatif pemetaan tanah skala detail adalah pemetaan tanah yang menggunakan klasifikasi partisipatif. Daerah Aliran Sungai (DAS) Bompon menarik dijadikan daerah penelitian klasifikasi tanah partisipatif untuk pemetaan skala detail karena bersifat kedesaan dan mata pencaharian masyarakat sebagian besar adalah petani. Tujuan penelitian adalah: (1) menemukenali nama lokal dan karakteristik tanah pada sebuah penggal lereng DAS Bompon; (2) merumuskan klasifikasi tanah lokal pada sebuah penggal lereng DAS Bompon; dan (3) menganalisis satuan pemetaan tanah lokal pada sebuah penggal lereng DAS Bompon. Daerah penelitian yang dipilih adalah penggal lereng seluas 41,81 hektar dengan bentuklahan dan penggunaan lahan yang bervariasi, terletak di bagian barat laut atau hulu DAS Bompon. Pengumpulan data dilakukan melalui kegiatansurvei tanah partisipatif, survei lapangan, dan laboratorium. Survei tanah partisipatif dilakukan bersama informan untuk inventarisasi pengetahuan tanah lokal berupa nama, karakteristik, dan contoh lokasi jenis tanah lokal. Survei lapangan dilakukan untuk pengecekan batas bentuklahan serta pengamatan contoh tanah terusik berbasis grid. Kegiatan laboratorium dilakukan untuk memperdalam hasil pengamatan contoh tanah, yaitu tekstur dan konsistensi (Atterberg). Pengecekan batas bentuklahan dijadikan dasar delineasi satuan pemetaan lahan sedangkan pengamatan tanah dijadikan dasar penentuan satuan tanah dan klasifikasi tanah. Satuan pemetaan lahan dan satuan tanah lokal disusun ke dalam satuan pemetaan tanah (SPT) lokal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nama tanah lokal di penggal lereng DAS Bompon meliputi abrit, cabuk, gresik, dan lincat. Jenis tanah ditentukan berdasarkan struktur, warna, konsistensi, dan tekstur. Keempat jenis tanah dapat dibuat skema klasifikasi sederhana yang memenuhi filosofi isomorf. Klasifikasi tanah lokal bersifat intuitif dan terdapat inkonsistensi. Terdapat tujuh SPT pada penggal lereng, yaitu (1) konsosiasi cabuk di igir, (2) kompleks cabuk abrit di lereng atas, (3) kompleks cabuk abrit di lereng tengah bagian barat, (4) konsosiasi lincat di lereng tengah bagian timur, (5) kompleks lincat cabuk abrit di lereng bawah, (6) kompleks lincat cabuk di lereng kaki, dan (7) konsosiasi lincat di dataran koluvial. Terdapat kecenderungan atau pola geografis satuan tanah lokal pada satuan pemetaan lahan, yaitu satuan konsosiasi cabuk di zona residu (igir perbukitan), satuan kompleks di zona erosi (lereng perbukitan), dan satuan konsosiasi lincat di zona deposisi (dataran koluvial).

Detailed scale soil maps in Indonesia are available in limited numbers because detailed and large-scale soil mapping and surveys are still limited. Conventional soil mapping and surveys require considerable money and time to be able to follow the developed soil classification system. One of alternative to detailed scale soil mapping is participatory soil classification. Bompon watershed is interesting to be a research area because it is rural and the majority livelihoods of the population are farmers. The research objectives are: (1) to identify local names and soil characteristics on a slope section of the Bompon watershed; (2) to formulate the local soil classification on a slope section of the Bompon watershed; and (3) to analyze local soil mapping units on a slope section of the Bompon watershed. The selected study area is a slope of an area of 41.81 hectares with various landform and land use, located in the northwest or upstream of the Bompon watershed. Data collection is carried out through participatory soil survey, field survey, and laboratory activities. Participatory soil survey is carried out with informants to inventory local soil knowledge: names, characteristics, and examples of local soil types. Field survey is carried out to check landform boundaries and observe grid-based samples of disturbed soil. Laboratory activity is carried out to deepen the results of observations of soil samples (texture and consistency/Atterberg). Landform boundaries checking is used as the basis of land mapping unit delineation, while the soil observation is used as the basis of soil unit determination and soil classification. The land mapping unit and local soil unit are then arranged into a local soil mapping unit. The results show that the local names of soil in the slope section of Bompon watershed are abrit, cabuk, gresik, and lincat. The type of soil is determined based on structure, color, consistency, and texture. The four types of soil can be formed into a simple classification scheme which meet the isomorphic philosophy. The classification is intuitive and contains inconsistency. There are seven soil mapping units on the slope section: (1) cabuk consociation on the interfluve, (2) cabuk abrit complex on the upper slope, (3) cabuk abrit complex on the western middle slope, (4) lincat consociation on the eastern middle slope, (5) lincat abrit complex on the lower slope, (6) lincat cabuk complex on the foot slope, and (7) lincat consociation on the colluvial plain. There is a tendency or geographical pattern of the local soil unit in the land mapping unit: the cabuk consociation unit in the residual zone (interfluve), the complex units in the erosional zone (hillslope), and the lincat consociation unit in the depositional zone (colluvial plain).

Kata Kunci : tanah, klasifikasi tanah partisipatif, pemetaan tanah detail