PREFERENSI HABITAT DUYUNG Dugong dugon (Muller, 1776) DAN IDENTIFIKASI ANCAMAN TERHADAP POPULASINYA DI SULAWESI UTARA
CITRA SEPTIANI, Siti Nurleily Marliana, S.Si.; Ph.D.; Donan Satriya Yudha, S.Si., M.Sc.; Dr. Ratna Susandarini, M.Sc.
2019 | Skripsi | S1 BIOLOGIDuyung [Dugong dugon (Muller, 1776)] merupakan mamalia laut yang spesifik memakan lamun. Perilaku makan D. dugon di padang lamun akan meninggalkan jejak makan yang dapat dijadikan indikator keberadaanya. Padang lamun menyediakan makanan bagi D. dugon, sebaliknya aktivitas makan D. dugon dapat menjaga sta bilitas komposisi spesies lamun. Populasi D. dugon rentan punah (vulnerable/VU) dan mengalami penurunan populasi akibat terjerat jaring nelayan, perburuan dan penurunan kualitas dan kemelimpahan spesies lamun. Penurunan populasi D. dugon dapat dilihat dari semakin sedikitnya perjumpaan D. dugon di laut. Tujuan dari penelitian ini yaitu mempelajari preferensi habitat D. dugon berdasarkan perjumpaan dan jejak makan D. dugong sebagai bagian dari monitoring keberadaannya di Desa Bahoi, Bulutui, dan Tarabitan, Likupang Barat, Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Metode yang dilakukan yaitu pendataan perjumpaan D. dugon secara langsung di lokasi kajian dan tidak langsung melalui wawancara. Pendataan jejak makan dilakukan melalui observasi langsung dengan menghitung panjang dan lebar jejak. Pemetaan habitat lamun dilakukan dengan mengukur tutupan dan komposisi spesies lamun. Wawancara kepada nelayan target juga bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang keberadaan populasi D. dugon. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu distribusi jejak makan bagi D. dugon di ketiga desa dipengaruhi oleh substrat, tutupan dan komposisi spesies lamun. Preferensi habitat D. dugon di Desa Bahoi, Bulutui, dan Tarabitan dipengaruhi oleh topografi bawah air, rute pelarian dari predator, kemudahan mengakses lokasi, tutupan dan komposisi spesies lamun. Frekuensi perjumpaan D. dugon tertinggi di Desa Bahoi dan ukuran kelompok D. dugon antara 1 sampai 2 individu. Peningkatan populasi D. dugon disebabkan oleh tidak adanya pemburu, dibuatnya DPL, dan adanya kesadaran masyarakat bahwa hewan ini dilindungi. Penurunan populasi D. dugon disebabkan oleh tertangkap tidak sengaja oleh jaring nelayan, terganggu perahu, peningkatan polusi, perburuan, dan penggunaan bom dan racun untuk ikan.
Dugong Dugong dugon (Muller, 1776) are marine mammals that specifically eat seagrass. Grazing behavior of D. dugon in seagrass beds will leave a feeding trail that can be used as an indicator of its existence. Seagrass meadows provide food for D. dugon, whereas their grazing can maintain the stability of the seagrass species composition. D. dugon population is vulnerable (Vulnerable / VU) and their population decline due to entangled fishing nets, hunting and a decrease in the quality of seagrass beds. This decline can be seen from the fewer Dugong sightings. The aim of this research is to study D. dugon habitat preferences based on Dugong sightings and feeding trails as part of monitoring their population in Bahoi, Bulutui, and Tarabitan Villages, Likupang Barat, North Minahasa, North Sulawesi. We recorded the dugong sightings directly on the filed and indirectly through interviewing some fishermen. Feeding trails were recorded in the seagrass meadows by calculating the length and width of the trail. Seagrass habitat mapping was done by measuring the coverage and composition of seagrass species. Interviews were aimed to determine the community's perception to D. dugon population. The results show that distribution feeding trails are influenced by substrate, cover and composition of seagrass species. D. dugon habitat preferences in these villages are influenced by underwater topography, escape routes from predators, location accessibility, coverage and composition of seagrass species. The highest dugong sightings is in Bahoi Village and their group size is around 1 to 2 individuals. The dugong population increase are caused by the absence of hunter, the presence of MPAs, and the local people awareness that these animals are protected. The dugong population decline are caused by being caught accidentally by fishermen nets, boat traffic, increased of water pollution, hunting and the use of bombs and poison.
Kata Kunci : kesesuaian habitat, persepsi lokal, penggunaan habitat, preferensi pakan, Sirenia