Implementasi Kebijakan Toko Milik Rakyat (Tomira) di Kecamatan Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta

JOHAN FERDIAN JUNO RIZKINANDA, Dr. Hempri Suyatna, S.Sos., M.Si.

2019 | Skripsi | S1 PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN

Kabupaten Kulon Progo memiliki strategi kebijakan tersendiri dalam melindungi pemain ekonomi lemah di daerahnya supaya dapat bertahan dari arus globalisasi. Kebijakan tersebut adalah Toko Milik Rakyat (Tomira). Program yang sudah berjalan selama empat tahun ini mengakuisisi kepemilikan toko-toko modern waralaba berjejaring yang dimiliki perusahaan ritel nasional untuk dijadikan milik koperasi, namanya diganti menjadi Tomira. Dalam konsepnya, Tomira diwajibkan untuk memasukkan produk lokal setidaknya 20% dari total etalase. Perusahaan pemilik unit sebelumnya dijadikan mitra dan berperan sebatas distributor barang ke Tomira. Hingga saat ini, sudah ada total 18 unit Tomira dengan 3 unit baru yang diresmikan pada Januari 2018 lalu. Kondisi ini mencerminkan komitmen Pemerintah Kabupaten Kulon Progo dalam mengupayakan pengembangan ekonomi lokal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seperti apa konsep Tomira, bagaimana penerapannya, serta seperti apa dampaknya terhadap UMKM di Kulon Progo. Teori yang digunakan adalah Teori Pemberdayaan Ekonomi Lokal, Teori Ekonomi Berbagi, Teori Kemitraan Ekonomi Lokal, dan Teori Implementasi. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya Konsep Koperasi, dan Konsep UMKM. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan mencari fakta dalam implementasi program Tomira. Data primer diperoleh dari hasil wawancara, observasi pada unit Tomira, serta dokumentasi. Data sekunder didapatkan dari dokumen-dokumen milik Dinas Perdagangan, Dinas Koperasi dan UMKM, dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon Progo. Penelitian ini berlokasi di Kecamatan Wates, Kabupaten Kulon Progo. Terdapat empat unit analisis dalam penelitian ini: organisasi perangkat daerah (OPD) Kulon Progo, UMKM, koperasi, dan Tomira (sebagai unit toko). Dalam menentukan informan, penulis menggunakan metode informan bertujuan (untuk OPD, Tomira, dan koperasi) dan metode bola salju (untuk UMKM yang memasukkan produknya ke Tomira). Teknik analisis data dilakukan dengan cara menyajikan data yang terkumpul, lalu menarik kesimpulan dari data yang ada. Hasil dari penelitian ini diperoleh bahwa implementasi Tomira masih sangat jauh dari harapan. Penulis mendapati implementasi Tomira masih berantakan dengan unit yang masih bersifat waralaba, manajemen toko dipegang seutuhnya oleh perusahaan ritel yang seharusnya berperan sebagai mitra distributor barang saja, nota kesepahaman yang tidak benar-benar ditaati, adanya pembebanan HAKI, tidak ada pelatihan SDM koperasi, etalase produk lokal masih jauh dibawah 5%, hingga pelaksanaan program yang masih sangat jauh dari konsep dasarnya. Di sisi lain program memang cukup berdampak pada UMKM (yang sudah bergabung sejak awal peluncuran program) seperti adanya peningkatan pendapatan dan kepercayaan diri, perluasan segmen pasar, serta mendorong UMKM untuk saling bersaing meningkatkan kualitas produk mereka. Namun begitu, tetap perlu adanya pembenahan total serta dilakukannya pengawasan berkala pada program pencitraan kepala daerah ini supaya kebermanfaatannya dapat dirasakan masyarakat luas.

Kulon Progo Regency has its own policy strategy in protecting weak economic players/small businesses in the area so that they can survive the flow of globalization. The policy is Toko Milik Rakyat (Tomira). The program, which has been running for four years, acquired the ownership of franchise shops owned by national retail companies to be owned by the cooperative, whose name was changed to Tomira. In the concept, Tomira is required to include local products at least 20% of the total storefront. The previously unit owner company was set as a cooperative partner and played a limited role as a distributor of goods to Tomira. Until now, there have been a total of 18 Tomira units with 3 new units which were inaugurated in January 2018. This condition reflects the commitment of the Kulon Progo District Government in pursuing the development of the local economy in the region. The purpose of this research was to find out what the Tomira concept was like, how it was implemented, and what the impact was on micro small medium enterprises (MSMEs) in Kulon Progo. The theories used are Local Economic Empowerment Theory, Sharing Economy Theory, Local Economic Partnership Theory, and Implementation Theory. The concepts used in this study included the Cooperative Concept, and MSME Concept. This research uses a qualitative descriptive method by looking for facts in the implementation of the Tomira program. Primary data are obtained from interviews, observations on each Tomira units, as well as documentation. Secondary data was obtained from documents beloging to Dinas Perdagangan, Dinas Koperasi dan UMKM, and Badan Pusat Statistik Kulon Progo Regency. This research is located in Wates Subdistrict, Kulon Progo Regency. There are four units of analysis in this research: regional government organizations (OPD) of Kulon Progo, MSMEs, cooperatives, and Tomira (as shop units). In determining the informant, the author uses the purposive methods (for OPD, Tomira, and cooperatives), and snowball methods (for MSMEs who distribute their products into selected Tomira). Data analysis techniques are done by presenting collected data, then drawing the conclusions from existing data. The results of this study obtained that the implementation of Tomira is still very far from expectations. The author finds that the implementation of Tomira is still in disarray with units that are still franchised, store management is fully handled by retail companies who should only act as a partner of goods distributor, MoU that aren't really adhered to, royalty fee imposition, no human resource training for the cooperative, local products storefront is still far below 5%, until the implementation of the program that's still very far from its basic concept. On the other hand, the program indeed had impacts on MSMEs (who have joined the program since the launch) such as increasing income and self-confidence, expanding market segments, and encouraging MSMEs to compete each other. However, this Regent's lipservice/portray program still need more improvements and regular monitoring-evaluation so the benefits can be felt by the wider community.

Kata Kunci : Tomira, koperasi, UMKM, Kulon Progo