NASIONALISME PAPUA DALAM ORGANISASI ALIANSI MAHASISWA PAPUA DI TENGAH PERJUANGAN MENENTUKAN NASIB SENDIRI (REFRENDUM)
SULPA SALEH, Dr. R.B. Abdul Gaffar Karim, S.I.P., M.A
2019 | Skripsi | S1 POLITIK DAN PEMERINTAHANABSTRAK Tulisan ini berisi tentang bagaimana melihat nasionalisme Papua dalam organisasi Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) ditengah wacana perjuangan mereka menentukan hak dan nasib sendiri (refrendum). Dalam menggalang dukungannya, gerakan ini aktif menggunakan media informasi digital sebagai media propaganda. Dalam tuntutannya mereka kerap menyoroti tindakan kekerasan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia terhadap masyarakat Papua. Faktor-faktor yang menjadi dasar munculnya perjuangan nasionalisme Papua, menurut Aliansi Mahasiswa Papua dimulai dari perbedaan pandangan sejarah. Menurut Aliansi Mahasiswa Papua, terkait sejarah integrasi Papua ke Indonesia, pemerintah Indonesia dianggap telah menghalangi kemerdekaan Papua yang diberikan Belanda kepada masyarakat Papua. Pelanggaran HAM di Papua pada era Orde Baru, dengan dalil pemeberantasan gerakan separatis, dianggap telah melakukan tindakan kekerasan terhadap masyarakat Papua, sehingga mengakibatkan konflik berkempanjangan. Kekerasan yang terjadi membuat kalangan muda Papua merapatkan barisan dan melakukan gerakan perlawanan. Ketidakadilan dan kekerasan mendorong ikatan persudaraan mahasiswa Papua menuntut referendum. Dalam gerakan menentukan hak dan nasib sendiri, mahasiswa Papua membentuk Aliansi Mahasiswa Papua sebagai wadah gerakan politik. Aliansi mahasiwa salalu mengunakan simbol sebagai identitas perjuangan mereka. Dalam setiap akasi dan tuntuntan mereka salalu menggambarkan ketidak adilan yang terjadi di Papua. Ketidak adilan membuat masyarakat Papua sebagai golongan masyarakat kelas dua. Perbedaan pandangan terhadap sejarah masuknya Papua ke Indonesia menjadi semangat untuk mencapai cita-cita yang mereka inginkan (refrendum). Media massa menjadi ruang untuk menggalang dukungan dan menyebarkan wacana yang mereka kembangkan. Kesimpulan dari penelitian ini, bahwa Aliansi Mahasiswa Papua dalam menuntut referendum dari Indonesia dapat dikatakan sebagai bentuk nasionalisme. Realitas politik dalam bentuk kekerasan yang berkepanjangan menjadi ingatan kolektif dan mendorong kesetiakawanan masyarakat Papua. Kondisi ini terjadi terus menerus, yang pada akhirnya perjuangan nasionalisme Papua mengalami regenerasi ke golongan terpelajar Papua. Kata kunci : Nasionalisme, Aliansi mahasiswa Papua, integrasi, identitas politik, Refrendum.
ABSTRACT This study is to show how Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) perceive Papua nationalism in their struggle for independence to determine their own rights and destiny (referendum). In their search of support, this movement actively use digital media as media propaganda. Their propaganda often focusing on acts of violence perpetrated by the Indonesian government toward Papuan people. The struggle for Papuan nationalism begins with differences in historical views between Papuan people and Indonesian government. According to AMP, Indonesian government has hindered Papua independence that once given by the Dutch. During Indonesian New Order, human rights violation has been carried out by Indonesian government with the arguments of eradicating separatist. Violence that erupted made young Papuan unite and carry out resistance movements. The injustice and violence that happens encourage Papuan students for wanting a referendum. In their struggle for determining their own rights and destiny, these Papuan students then formed Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) as a forum for political movement. AMP then uses symbols as their identity for struggle. In every action and trial that they carried out, they always describe the injustice that have occurred in Papua. These injustice makes them second class society in their community. Difference in views on the history of Papua integration into Indonesia has become a spirit to achieve their goals (referendum). Mass media then becomes a space for this movements to mobilize support for their cause. The conclusion of this study is to show that in demanding a referendum from Indonesia, can be said as a form of nationalism from AMP. Political reality in the form of prolonged struggle becomes a collective memory and solidifying bond of the Papuan people. This condition happened continuously, which in the end the struggle for Papuan nationalism experienced regeneration to the educated group of Papuan people. Keywords: Nasionalisme, Aliansi Mahasiswa Papua, integritasi, identitas politik, referendum.
Kata Kunci : Nasionalisme, Aliansi mahasiswa Papua, integrasi, identitas politik, Refrendum.