PROSESI UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT TIONGHOA SUKU HAKKA (Studi Kasus Masyarakat Tionghoa Suku Hakka di Yogyakarta dan Tangerang)
ARVIANI MARTALIA JP, Frida Anis Handayani. B.ED., M.TCSOL.
2018 | Tugas Akhir | D3 BAHASA MANDARIN SVTugas Akhir ini berjudul Prosesi Perkawinan Masyarakat Tionghoa Suku Hakka (Studi Kasus Masyarakat Tionghoa Suku Hakka di Yogyakarta dan Tangerang). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ritual apa saja yang dilakukan dalam prosesi pernikahan masyarakat Tionghoa suku Hakka. Dalam prosesi pernikahan masyarakat Tionghoa suku Hakka terdapat tiga tahapan yang dimulai dari prosesi sebelum pernikahan, hari pernikahan dan prosesi setelah pernikahan. Dalam penulisan Tugas Akhir ini metode yang di pakai penulis adalah metode wawancara dan studi pustaka. Jadi kesimpulan yang didapat penulis dalam meneliti prosesi pernikahan masyarakat Tionghoa suku Hakka di Yogyakarta dan Tangerang adalah memiliki keunikan tersendiri di dalam kebudayaan yang sudah ada sejak lama. Dimulai dari perbedaan dalam pakaian yang digunakan selama pernikahan berlangsung. Selain itu di Tangerang peran mak comblang masih berperan dalam prosesi pernikahan suku Hakka, sedangkan di Yogyakarta peran mak comblang sudah tidak dirasakan, dikarenakan pengaruh modernisasi.
The final paper is called Hakka ethnic of chinese peoples marriage procession (case study in Yogyakarta and Tangerang) . This paper aims to reveal the wedding rituals that Hakka ethnic has. Hakka tribes marriage procession consist of the procession before wedding day, the d-day, and the procession that is held after wedding day. In writing this Final Project the method used by the writer is the interview method and theoretical basis. So the conclusions obtained by the authors in examining the Chinese community wedding processions of the Hakka tribes in Yogyakarta and Tangerang are unique in the culture that has existed for a long time. Starting from the difference in clothing used during the wedding. In addition, in Tangerang the role of matchmakers still plays a role in the Hakka marriage procession, while in Yogyakarta the role of matchmaker is not felt, due to the influence of modernization.
Kata Kunci : Prosesi Perkawinan, Masyarakat Tionghoa, Suku Hakka.