Laporkan Masalah

ANALISIS NERACA AIR SUB DAS NGASINAN DAN SUB DAS BOGOWONTO HULU DAS BOGOWONTO

NISKAN WALID MASRURI, Sri Astuti Soedjoko

2010 | Skripsi | S1 KEHUTANAN

Air, manusia, dan vegetasi merupakan satu kesatuan yang membentuk hubungan timbal balik dalam sistem hidrologi. Sistem hidrologi akan berjalan stabil apabila hubungan timbal balik tersebut berada pada keadaan seimbang (Asdak, 1995). Akan tetapi, manusia dengan segala aktivitasnya akan mempengaruhi sistem hidrologi secara keseluruhan akibat dari munculnya dampak perubahan kondisi lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui neraca air dan indeks kekeringan, untuk menentukan arahan landcover yang sesuai di Sub DAS Ngasinan dan Sub DAS Bogowonto Hulu. Penelitian ini menggunakan konsep neraca air Thornthwaite Mather. Beberapa parameter yang dihitung adalah evapotranspirasi potensial, Water Holding Capacity (WHC), surplus dan defisit air, run off serta tingkat kekeringan (aridity index). WHC merupakan ukuran kemampuan tanah dalam menahan air yang dipengaruhi oleh kedalaman perakaran dan tekstur tanah. Analisis tingkat kekeringan diukur dari kelengasan tanah dan evapotranspirasi sehingga kekeringan di suatu kawasan sangat tergantung pada keadaan neraca air pada kawasan tersebut. Hasil penelitian menyebutkan bahwa Sub DAS Ngasinan dan Sub DAS Bogowonto Hulu memiliki tingkat kekeringan (Aridity Index) kategori tidak/ sedikit kekurangan air 6,78% - 11,42% dengan rincian kawasan penelitian I–VI masingmasing sebesar 6,83%; 6,78%; 11,42%; 9,16%; 8,06%; dan 8,71%. Kekeringan terbesar terdapat pada kawasan III Sub DAS Ngasinan, yaitu sebesar 11,42%. Untuk mengurangi kekeringan yang terjadi, dilakukan simulasi penerapan sistem agroforestry, dan dari simulasi tersebut diketahui terjadi penurunan nilai kekeringan Kawasan III menjadi 5,5638%. Run off terbesar terdapat pada kawasan IV. Oleh karena itu disarankan ditanami tanaman keras, sehingga aliran permukaan dapat dikurangi.

Water, humans, and vegetation are an integral and form a reciprocal relationship in the hydrological system. Hydrologic system will run stable if the reciprocal relationship itself is in the balanced state (Asdak, 1995). However, human beings with all their activities will affect the hydrological system as a whole resulting from the emergence of the impact of changing environmental conditions. This study aims to determine the water balance and drought index, to determine the appropriate referral landcover in Sub DAS Ngasinan and Sub DAS Bogowonto Hulu. This research uses the concept of water balance Thornthwaite Mather. Several parameters were calculated potential evapotranspiration, Water Holding Capacity (WHC), water surplus and deficit, the run-off and the level of dryness (aridity index). WHC is a measure of the ability of the soil in retaining water that is influence by rooting depth and soil texture. Analysis of the level of dryness is measure from the soil moisture and evapotranspiration, so dryness in a region highly dependent on the state of water balance in the region. The results stated that the Sub DAS Ngasinan and Sub DAS Bogowonto Hulu has the level of dryness (Aridity Index) category is not/ a little short of water 6.78% - 11.42%, with details of research areas I-VI respectively 6.83%; 6.78%, 11.42%, 9.16%, 8.06%, and 8.71%. We have the biggest drought in the region III Sub DAS Ngasinan, amounting to 11.42%. To mitigate the drought, a simulation application of agroforestry systems and the simulation is know to be impaired drought Regions III becomes 5.5638%. Run off the biggest in region IV Sub DAS Bogowonto Hulu. Therefore advised planted crops, so that runoff can be reduce.

Kata Kunci : Neraca air. Kekeringan. Run off

  1. S1-2010-178808-abstract.pdf  
  2. S1-2010-178808-bibliography.pdf  
  3. S1-2010-178808-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2010-178808-title.pdf