MAKNA PEMBERDAYAAN BAGI PELAYAN DAN WARGA JEMAAT GEREJA PROTESTAN MALUKU (Studi Di Jemaat GPM Uraur, Klasis Kairatu)
FRETERLY WILLIAM M, Dr. Silverius Djuni Prihatin, M.Si
2018 | Tesis | MAGISTER PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAANPemberdayaan Jemaat merupakan hal yang sangat penting dalam melaksanakan seluruh gerak pelayanan ditengah-tengah jemaat. pelayan dan warga jemaat mesti mampu memaknai dan memahami pemberdayaan itu sendiri sebab, pelayan dan warga jemaat adalah dua komponen utama dalam proses bergereja yang turut bertanggung jawab dalam seluruh gerak pelayanan gereja. Pemahaman seseorang terhadap suatu hal akan sangat mempengaruhi tindakannya terhadap hal tersebut. Oleh sebab itu maka, penelitian ini dilakukan dengan tujuan penting yaitu untuk mengetahui makna pemberdayaan dari pelayan dan warga jemaat GPM serta segala upaya gereja untuk merealisasi seluruh proses pemberdayaan itu dalam gerak pelayanan di gereja. Penelitian yang dilakukan ini berlandaskan pada teori Interaksionisme Simbolik yang menitikberatkan pada pemaknaan subjektif daripada struktur objektif. Proses pemaknaan terdiri dari dua tahap. Tahap pertama yaitu internalisasi makna. Tahap kedua yaitu transformasi makna ke dalam situasi dimana pemberi makna berada guna mengarahkan perilakunya. Selain itu pula penelitian ini berdasar pada konsep dasar pemberdayaan dan tahapannya serta landasan teologis tentang pemberdayaan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian ini dilakukan di Jemaat GPM Uraur Klasis Kairatu, Teknik pengumpulan data utama adalah observasi dan wawancara mendalam (in depth interview). Analisis data dilakukan secara terus menerus sejak pengumpulan data hingga penulisan, sebagai bagian dari proses trianggulasi. Dari penelitian ini diperoleh temuan bahwa sebagian besar pelayan gereja memaknai pemberdayaan sebagai sebuah tugas yang harus dilakukan sebagai bagian dari pelayanan mereka untuk menghadirkan sukacita dan damai sejahtera di dunia. Namun upaya pemberdayaan yang dilakukan oleh pelayan tersebut belum maksimal terlihat dalam seluruh proses bergereja. Hal ini terlihat dari pemaknaan warga jemaat tentang pemberdayaan yang hanya dipandang sebagai sebuah proses peningkatan kapasitas diri dan perbaikan masa depan. Pandangan ini menunjukan bahwa apa yang dipahami oleh warga jemaat dari seluruh proses bersama dengan para pelayan hanya dipandang sebagai sesuatu yang sangat transaksional dan charity. Oleh karena mereka telah memberi kepada gereja melalui persembahan maka gereja pun wajib untuk memberikan sesuatu kepada jemaatnya. Hal ini sesungguhnya menjadi sesuatu yang sangat penting untuk dibenahi baik oleh pelayan maupun warga jemaat agar proses pemberdayaan yang dikehendaki dapat tercipta dengan baik kedepannya.
Church Empowerment is very important in carrying out all ministry movements in the midst of the congregation. ministers and community members must be able to interpret and understand empowerment itself, because servants and members of the congregation are the two main components in the church process which are responsible for the whole movement of church service. A person's understanding of something will greatly affect his actions towards it. Therefore, this research was conducted with an important goal, namely to find out the meaning of empowerment from the servants and citizens of the GPM congregation and all the efforts of the church to realize the whole process of empowerment in the movement of ministry in the church. This research is based on the Symbolic Interactionism theory which focuses on subjective meanings rather than objective structures. The process of meaning consists of two stages. The first stage is the internalization of meaning. The second stage is the transformation of meaning into a situation where the giver of meaning is in order to direct his behavior. In addition, this research is based on the basic concept of empowerment and its stages and theological basis of empowerment. This study uses qualitative research methods with a descriptive approach. This research was conducted at the GPM Uraur Klasis Kairatu Church. The main data collection techniques were observation and in-depth interviews. Data analysis is carried out continuously from data collection to writing, as part of the triangulation process. From this study, it was found that most church servants interpret empowerment as a task that must be done as part of their service to bring joy and peace to the world. But the empowerment efforts carried out by these servants have not been maximally visible in the entire church process. This can be seen from the meaning of the congregation about empowerment which is only seen as a process of increasing self-capacity and future improvement. This view shows that what is understood by the congregation from the whole process together with the servants is only seen as something very transactional and charity. Because they have given to the church through offerings, the church is also obliged to give something to the congregation. This actually becomes something very important to be addressed by both the servants and the congregation so that the desired empowerment process can be created well in the future.
Kata Kunci : Makna, pemberdayaan, pelayan gereja, warga jemaat