PENGARUH PERBEDAAN SORTIMEN TERHADAP PENYUSUNAN SKEDUL SUHU DAN KELEMBABAN PADA PENGERINGAN KAYU JATI (Tectona grandis L.f.) ASAL TRUBUSAN DAN BENIH HASIL PENJARANGAN

SUGENG BASUKI, Sri Nugroho Marsoem

2010 | Skripsi | S1 KEHUTANAN

Permudaan dengan trubusan atau coppice merupakan salah satu metode permudaan yang diterapkan oleh Perum Perhutani. Pohon dengan permudaan asal trubusan dan asal benih memiliki perbedaan dalam hal sifat dasar kayunya. Variabilitas sifat dasar inilah yang mempengaruhi perlakuan dalam proses pengeringan kayu terutama dalam penentuan skedul suhu dan kelembaban. Selain itu, ketebalan kayu juga menjadi faktor penting dalam proses pengeringan kayu. Semakin tebal sortimen kayu, akan memerlukan jangka waktu pengeringan yang jauh lebih panjang. Sortimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kayu jati asal trubusan dan asal benih hasil penjarangan dari Perum Perhutani KPH Nganjuk. Penelitian ini menggunakan 3 ukuran sortimen (2 x 3 x 20 cm; 5 x 5 x 20 cm; dan 2,5 x 6 x 20 cm) dengan 5 ulangan diambil secara acak diseluruh bagian pohon. Penyusunan skedul suhu dan kelembaban menggunakan metode Terazawa (1965), yaitu pengeringan selama 72 jam dalam suhu 100°C. Parameter yang diamati antara lain kadar air awal, cacat retak, koleps, honeycombing, berat jenis dan persen kayu teras. Variasi skedul suhu dan kelembaban yang didapatkan kemudian dianalisis dengan menggunakan metode chi square untuk mengetahui hubungannya dengan asal permudaan, jenis sortimen, berat jenis dan persen (%) kayu teras. Berdasarkan hasil penelitian, kayu jati asal permudaan trubusan mendapatkan skedul dengan suhu awal 70°C, depresiasi bola basah 7 dan suhu akhir 105°C, sedangkan kayu jati asal permudaan benih mendapatkan skedul dengan suhu awal 60°C, depresiasi bola basah 4 dan suhu akhir 90°C. Hasil analisis dengan metode chi square menunjukkan jenis sortimen berpengaruh nyata terhadap penyusunan skedul suhu dan kelembaban. Sedangkan asal permudaan, berat jenis dan persen (%) kayu teras tidak berpengaruh nyata terhadap penyusunan skedul suhu dan kelembaban.

Rejuvenation with trubusan or coppice is one method of regeneration applied by Perum Perhutani. Trees with regeneration of trubusan origin and origin of seeds have differences in terms of the nature of the wood. It is this variability in nature affect the treatment in the wood drying process especially in determining schedules temperature and humidity. In addition, the thickness of wood is also an important factor in the process wood drying. The thicker the wood sortimen, will require a drying period which is much longer. The sortiment used in this study was teak wood of trubusan origin and origin seeds from thinning from Perut Perhutani KPH Nganjuk. This study uses 3 the size of the sortimen (2 x 3 x 20 cm; 5 x 5 x 20 cm; and 2.5 x 6 x 20 cm) with 5 replications taken randomly throughout the tree. Preparation of temperature and humidity schedules Terazawa method (1965), which is drying for 72 hours at 100 ° C. The parameter observed, among others, initial moisture content, crack defects, colleps, honeycombing, specific gravity and percent wooden terrace. Variations in the temperature and humidity schedules obtained were then analyzed by using the chi square method to find out its relation to the origin of regeneration, type sortimen, specific gravity and percent (%) wood terrace. Based on the results of the study, teak from the origin of the trubusan regeneration received a schedule with an initial temperature of 70 ° C, depreciation of wet ball 7 and final temperature 105 ° C, while teak wood the origin of seed regeneration gets a schedule with an initial temperature of 60 ° C, depreciation of the wet ball 4 and final temperature 90 ° C. The results of the analysis with the chi square method show the type of sortimen significantly affect the preparation of the schedule of temperature and humidity. Whereas origin regeneration, density and percent (%) of terrace wood have no significant effect on preparation schedule for temperature and humidity.

Kata Kunci : Sortimen, Kayu jati, trubusan, benih, berat jenis, persen kayu teras, skedul suhu dan kelembaban, penjarangan.