Laporkan Masalah

IDENTIFIKASI KARAKTER INTENSITAS RETAKAN KULIT BATANG SEBAGAI INDIKATOR PRODUKSI GETAH Pinus merkusii PADA BERBAGAI KETINGGIAN DAN KEDALAMAN PENGEBORAN

EVITA WULANSARI, Dwi Tyaningsih Adriyanti

2011 | Skripsi | S1 KEHUTANAN

Pinus merkusii Jungh. et de Vriese atau sering disebut tusam merupakan salah satu jenis pinus yang tumbuh baik di beberapa tempat di Indonesia, dan termasuk tanaman unggulan yang sangat potensial. Tusam menghasilkan getah yang merupakan bahan baku utama industri pengolahan gondorukem dan terpentin yang saat ini dibutuhkan dalam jumlah yang tinggi. Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk mencari indikator pohon tusam yang dapat menghasilkan getah banyak/optimal. Salah satu indikator yang mudah untuk dikenali adalah karakter intensitas retakan kulit batang dan variasi pengeborannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan intensitas retakan kulit batang sebagai indikator produksi getah tusam dan intensitas retakan kulit batang, ketinggian pengeboran dan kedalaman pengeboran yang menghasilkan volume getah tusam paling optimal. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling sebanyak 108 pohon sampel. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah intensitas retakan kulit batang (sedikit, sedang dan banyak), ketinggian pengeboran (45 cm, 50 cm, dan 55 cm), dan kedalaman pengeboran (2 cm, 3 cm dan 4 cm). Pemanenan getah dilakukan pada hari ketiga setelah pengeboran. Diamati pula kondisi cuaca dan kelerengan tanah sebagai data pendukung. Hasil penelitian menunjukkan karakter intensitas retakan kulit batang dapat digunakan sebagai indikator produksi getah tusam, dengan perlakuan terbaik menurut uji lanjut Tukey (HSD) yaitu intensitas retakan kulit banyak (berbeda nyata pada taraf uji 0.05). Intensitas retakan kulit batang, ketinggian dan kedalaman pengeboran yang menghasilkan getah tusam paling optimal adalah intensitas retakan kulit banyak, ketinggian pengeboran 55 cm dan pada kedalaman pengeboran 4 cm.

Pinus merkusii Jungh. et de Vriese, that known as tusam is one of wellgrown species in many sites in Indonesia and included as a potential tree. Pine produces resin which is the main raw material of gondorukem and turpentine processing industry is now required in high quantity. An effort to search for pine indications which produces optimum outcome of resin is necessary. One of the indications that can be used to recognize the number of resin production is the intensity character of the bark cracks and variations in drilling. This research is aimed to understand the strength of bark cracks intensity as the indicator of pine resin production, bark cracks intensity, height and depth of drilling that produces the most optimum resin volume. Sampling was taken by purposive sampling with 108 of samples trees. The treatment used in this research is intensity of bark cracks (slight, moderate and many), height of drilling (45 cm, 50 cm and 55 cm) and depth of drilling ( 2 cm, 3 cm, and 4 cm). Resin was harvested on the third day after drilling. Weather and land gradient were also observed as supporting data. Result of this research shows the intensity character of bark cracks can be used as pine resin production indicator, with best treatment according to Tukey (HSD) advanced tests is the highest intensity of bark cracks (significantly different at test level of 0.05). Intensity of bark cracks, height and depth of drilling which produces the most optimum pine resin is intensity of highest bark cracks, 55 cm in height of drilling and 4 cm in depth of drilling

Kata Kunci : Tusam, produksi getah, intensitas retakan kulit batang, ketinggian pengeboran, kedalaman peng

  1. S1-2011-196713-abstract.pdf  
  2. S1-2011-196713-bibliography.pdf  
  3. S1-2011-196713-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2011-196713-title.pdf