PENULARAN SCHISTOSOMA JAPONICUM DI DAERAH ENDEMIS NAPU, KECAMATAN LORE TIMUR KABUPATEN POSO SULAWESI TENGAH

ARY ANGGARA, Dr. Budi Mulyaningsih, Apt., M.S.; dr. Elsa Herdiana Murhandarwati, Ph.D.

2018 | Tesis | MAGISTER ILMU BIOMEDIK

Latar Belakang: Shistosomiasis di sebabkan oleh cacing S. japonicum di Indonesia ditemukan Di Sulawesi Tengah di 3 daerah yaitu dataran tinggi Napu, Lindu dan Bada, Schistosoma japonicum dianggap sebagai cacing paling berbahaya dibandingkan schistosoma lain. Infeksi pada manusia dimulai dari masuknya serkaria secara intra kutan karena adanya serkaria pada saat manusia kontak dengan air, keong O.h lindoensis sebagai hospes perantara, serta dapat menginfeksi mamalia ternak, hewan peliharaan dan hewan liar tikus. Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor risiko penularan S. japonicum di daerah endemis Napu. Kecamatan Lore Timur, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional deskriptif dan analitik, penelitian dilakukan dengan rancangan stusdi cross sectional, yaitu variabel sebab atau risiko, dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan secara simultan atau dalam waktu yang bersamaan. Hasil: Terdapat hubungan antara penderita dengan menggunakan sepatu boot saat bekerja, rutinitas kerja dengan lahan olahan hasi uji statistik chi square diperoleh nilai p <0,05, infection rate pada keong O.h lindoensis 10,3 %, infection rate hewan liar tikus 72 %, dengan nilai infeksi pada mamalia yang di temukan pada babi 16,7% dari 6 sampel yang di periksa. Kesimpulan: Ada hubungan pengunaan sepatu boot, rutinitas kerja dan lahan olahan terhadap kejadian schistosomiasis, masih terdapat siklus penularan pada lingkungan antara hospes perantara keong O.h lindoensis, mamalia babi dan hewan liar tikus.

Background: Shistosomiasis caused by S. japonicum worms in Indonesia is found in Central Sulawesi in three regions namely the highlands of Napu, Lindu and Bada, Schistosoma japonicum is considered the most dangerous worm compared to other schistosomas. Human infection starts from intra-cutaneous entry of cercariae due to cercariae when humans come into contact with water, O.h lindoensis snails as intermediate hosts, and can infect livestock mammals, pets and rat wild animals. Objective: This study was conducted to determine the risk factors for transmission of S. japonicum in Napu endemic areas. East Lore District, Poso, Central Sulawesi Method: The type of this research was observational descriptive and analytical, the study was conducted in cross sectional design, namely cause or risk variables, and the results or cases that occurred in the research object were measured or collected simultaneously or at the same time. Results: There is a relationship between patients using boots when working, work routines with processed land, chi square statistical test obtained p value <0.05, infection rate in snail O.h lindoensis 10.3%, infection rate of wild animals mice 72%, with infection values in mammals found in pigs 16.7% of 6 samples examined. Conclusions: There is a relationship between the use of boots, work routines and processed land for the incidence of schistosomiasis, there is still a cycle of transmission to the environment between the intermediary host of snail O.h lindoensis, mammals of pigs and wild animals of mice

Kata Kunci : Penularan schistosoma japonicum, daerah endemis Napu, Transmission of schistosoma japonicum, Napu endemic area.