Laporkan Masalah

THE IMPACT OF SNI REGULATION ON TEXTILE'S IMPORT FROM CHINA RELATED TO IMPLEMENTATION OF ACFTA

LILIANA SUKAWATI, Yoshino Fumio

2018 | Tesis | Magister Ekonomika Pembangunan

Indonesia telah menandatangani dan menerapkan sejumlah perjanjian perdagangan bebas dengan beberapa negara di seluruh dunia dan menjadi salah satu anggota tetap dari Persatuan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN). Sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia cukup aktif dalam keikutsertaan di perdagangan bebas (FTA). Penelitian ini akan fokus pada ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA), yang diawali dengan penandatanganan perjanjian pada tanggal 5 November 2002 di Phnom pehn dan mulai diberlakukan di Indonesia sejak 1 Januari 2010 yang membawa banyak pengaruh pada aspek industri di Indonesia baik positif maupun negatif. Selanjutnya, industri tekstil adalah salah satu industri yang terpengaruh secara signifikan oleh pemberlakuan ACFTA. Untuk melindungi industri tekstil domestik dari ancaman produk tekstil China yang banyak beredar di pasar Indonesia, dan juga melindungi konsumen domestik dari membeli barang yang tidak memenuhi standar kualitas dan keselamatan, pemerintah Indonesia memperkenalkan Standar Nasional Indonesia (SNI) sebagai standar yang berlaku secara nasional. Penelitian ini menggunakan model peramalan ARIMA untuk meramalkan jumlah perdagangan tekstil antara Indonesia dan Cina antara bulan Mei 2014 hingga bulan Desember 2017. Berdasarkan metode peramalan menggunakan model ARIMA, disimpulkan bahwa Pada dasarnya, baik Indonesia maupun Cina sama-sama mendapat manfaat dari pemberlakuan Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN-China (ACFTA). Namun dalam konteks hubungan perdagangan, China lebih mampu mengoptimalkannya sehingga manfaat yang diterima dapat lebih besar daripada di pihak Indonesia. Sejak Januari 2010 peningkatan ekspor tekstil China ke Indonesia jauh lebih tinggi daripada peningkatan ekspor tekstil Indonesia ke China. Dari sisi Impor, pemberlakuan SNI ini berhasil memberikan dampak positif dalam mengurangi nilai impor tekstil Indonesia dari China sekitar Rp.22,5 miliar per tahun. Nilai ini masih rendah karena hanya mengurangi sekitar 2,27 persen per tahun. Di sisi lain, untuk sisi ekspor, penerapan peraturan SNI tidak memberikan dampak positif bagi peningkatan ekspor tekstil Indonesia ke China, karena apabila dibandingkan dengan kondisi simulasi tanpa penerapan regulasi SNI, nilai ekspor tekstil Indonesia sedikit lebih tinggi dari kondisi riil (dengan peraturan SNI) sekitar Rp.6,6 miliar per tahun. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia harus meningkatkan upaya terkait dengan promosi dan pemantauan pelaksanaan standar nasional Indonesia (SNI), promosi dalam rangka meningkatkan efektivitas peraturan SNI, menunjukkan kebijakan yang berkaitan dengan prosedur SNI yang dapat memberikan lebih banyak manfaat untuk industri tekstil domestik, belajar dari Cina dalam hal kebijakan subsidi pemerintah yang merangsang industri manufaktur untuk menghasilkan produk yang lebih murah dan meningkatkan output mereka, Mengoptimalkan perjanjian ACFTA untuk membawa manfaat lebih banyak bagi kedua negara, terutama Indonesia yang telah mengambil lebih sedikit manfaatnya melalui perjanjian bilateral.

Indonesia has signed and implemented a number of free trade agreements with countries and regions around the world as an independent market as well as a member state of the Association of South East Asian Nations (ASEAN). As one of developing country, Indonesia has been quite active in concluding free trade agreements (FTAs). This research will focus on ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA), which begins with signing of the agreement on November 5th 2002 in Phnom pehn and implemented in Indonesia since 1st January 2010 which is bring many aspects of Indonesian industries that affected either negatively or positively. Furthermore, textiles industry is one industry that is affected significantly due to ACFTA. In order to protect domestic textile industries from threaten of China's textile product that widely circulated in Indonesian market, and also protect domestics consumers from buying goods that don't meet standard in quality and safety, Indonesian government introducing an Indonesian National Standard (SNI) as a standard on tariff barrier that applied nationally. This research focuses on a study model of forecasting the value of textile trade between Indonesia and China relating to the implementation of ASEAN-China Free Trade Agreement and mandatory Indonesian National Standard as a Non tariff barrier that expected could be restrict the amount of import product from China by providing ARIMA models to forecast the amount of textile trade between Indonesia and China in between May 2014 to December 2017. According to forcasting method using ARIMA model, it concluded that Basically, both Indonesia and China are taking benefit from the implementation of ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA). But in the context of trading relationships China is more able to optimize it so the benefits received can be greater than in Indonesia's side since after 2010 the increasing of China's textile export to Indonesia is much more higher than the increasing of Indonesia's textile export to China. From Import side it is succeed give a possitive impact as a non tarriff barrier in reducing the value of Indonesia's textile import from China for about IDR.22.5 billion per year. This value is still low since it is only reduce around 2.27 per cent per year. On the otherhand, for export side, the implementation of SNI regulation does not give a possitive impact to the increasing of Indonesia's textile export to China, since compare to the simulation condition without the implementation of SNI regulation, the value of Indonesia's textile import is slightly lower than the real condition (with SNI regulation) for about IDR.6.6 billion per year. For that reasons, Indonesian government should increase their efforts related to the promotion and inspecting an implementation of Indonesian National standards (SNI) promotion in order to increases the effectiveness of mandatory SNI regulation, point out the policy related to SNI's procedure which can give more benefit for domestic textile industries, learn from China in term of government's subsidies policy which stimulate an industrial maufacture to produce cheaper product and increase their output, Optimazing the agreement of ACFTA in order to bring more benefit to both countries, especially Indonesia which have been taking less benefit of it through a billateral agreement.

Kata Kunci : SNI, ACFTA, ARIMA

  1. S2-2018-402153-abstract.pdf  
  2. S2-2018-402153-bibliography.pdf  
  3. S2-2018-402153-tableofcontents.pdf  
  4. S2-2018-402153-title.pdf