Krematorium di Pantai Matahari Terbit Bali dengan Penekanan pada Pengolahan Karakter Ruang
FELICIA CHANDRA, Ir. Adi Utomo Hatmoko, M.Arch
2018 | Skripsi | S1 ARSITEKTURKetika seseorang meninggal dunia, salah satu cara untuk mengurus jenazahnya adalah dengan melakukan kremasi, atau pembakaran jenazah menjadi abu. Metode kremasi ini merupakan metode yang paling populer di Kota Denpasar, di mana mayoritas penduduknya adalah masyarakat Hindu Bali. Belakangan ini, budaya kremasi di Denpasar mengalami sedikit pergeseran, dari yang awalnya dilakukan di setra (makam adat), atau yang biasa kita kenal dengan Ngaben, menjadi upacara kremasi di krematorium, karena satu dan lain hal. Jumlah masyarakat yang menggunakan krematorium jadi bertambah. Padahal, saat ini Denpasar hanya memiliki tiga mesin tungku kremasi saja, jumlah tersebut bisa dibilang sangat kecil jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yang membutuhkannya. Maka dari itu, dibutuhkanlah sebuah krematorium baru untuk mengakomodasi pertumbuhan kebutuhan ini. Kawasan Pantai Matahari Terbit dipilih sebagai tapak untuk krematorium baru ini, karena Pantai Matahari Terbit merupakan tempat yang populer digunakan sebagai tempat pelarungan abu jenazah pasca kremasi di Denpasar. Pengolahan karakter ruang menjadi fokus utama di dalam perancangan krematorium baru ini, karena krematorium ini dimaksudkan untuk menjadi tempat yang cukup khidmat bagi setiap orang yang ingin memberi penghormatan terakhir kepada kerabatnya. Dimensi, pelingkup, bukaan, dan tektur menjadi elemen yang dimanipulasi untuk menimbulkan kesan tertentu di dalam desain krematorium ini.
When a person dies, one way to take care of his body is to do cremation, or burning the corpse to ashes. This cremation method is the most popular method in Denpasar City, where the majority of the population is Balinese Hindu. In recent years, the culture of cremation in Denpasar has shifted slightly from what was originally done in Setra (customary tomb), or as we originally know as Ngaben, to cremation ceremony in crematorium, for some reason. The number of people who use the crematorium increased. In fact, nowadays, Denpasar only has three cremation stove engines, the amount is very small compared to the number of people who need it. Therefore, a new crematorium is needed to accommodate the growth of this need. The Matahari Terbit Beach area is chosen as a site for this new crematorium, because the Matahari Terbit Beach is often used as a place to throw away the post-cremation remains. Spatial character manipulation become the main focus in the design of this new crematorium, as it is meant to be a solemn place for everyone who wants to pay their last respects to their relatives. Dimensions, scopes, openings, and textures will be manipulated to create a certain impression in the design of this crematorium.
Kata Kunci : kremasi, pantai, Bali, ruang, karakter