Rusia dan Buffer Zone State di Eropa Timur: Studi Kasus Aneksasi Krimea oleh Rusia
REDEMTA GALUH PURBOSARI, Prof. Dr. Mochtar Masoed; Dr. Nur Rachmat Yuliantoro, S.I.P., M.A. (IR); Dr. Diah Kusumaningrum, S.IP., M.A.
2018 | Skripsi | S1 ILMU HUBUNGAN INTERNASIONALKonsep buffer state pada hubungan internasional sudah muncul sejak tahun 1883. Konsep tersebut kembali menjadi topik perbincangan pasca aneksasai Krimea, sebuah republik otonom yang menjadi bagian dari Negara Ukraina pada tahun 2014 lalu. Pada awal perkembangannya, penggunaan konsep negara penyangga hanya berbasis pada faktor keamanan. Negara-negara menggunakan konsep ini dalam kerangka mempertahankan wilayah serta menjalankan kebijakan keseimbangan kekuatan guna mencegah konflik. Seiring berjalannya waktu, konsep negara penyangga telah mengalami transformasi, negara penyangga tidak lagi bekerja berdasarkan konsep perimbangan kekuatan dalam aspek militer, namun juga harus bertumpu pada kekuatan ekonomi, politik, dan informasi. Proses transformasi tersebut dapat kita temukan pada studi kasus aneksasi Republik Otonom Krimea yang dilakukan oleh Rusia pada tahun 2014 lalu. Dalam keadaan yang tidak menentu dan vakum di wilayah Ukraina pasca Uni Soviet runtuh, Rusia lebih memilih untuk menarik Ukraina ke dalam lingkup pengaruhnya dengan tetap menempatkan armada lautnya di Sevastopol daripada menjaga netralitas atas wilayah tersebut. Alih-alih menjadi buffer, Ukraina berubah menjadi quasi-buffer, sebuah bentuk baru dari konsep buffer state.
The buffer state concept in the international relations field emerge in 1883. In 2014, people began to use buffer state term after Russia attempted to annex Crimea, a small autonomous republic that belong to Ukraine. In the beginning, the focus of buffer state is maintaining national security. Countries use it to protect their territory and to maintain balance of power to prevent conflicts. After decades, buffer state has been transformed, countries are not only using it to maintain balance of military power, but also made them reliant in many aspects, such as economic, politic, and information distribution. In a case study of annexation of Autonomous Republic of Crimea by Russian Federation in 2014, we can witness the transformation of the buffer state. In an uncertain situation and with the presence of power vacuum within Ukraine region after the fall of Soviet Union, Russia chose to draw Ukraine to its influence by putting its naval fleet in Sevastopol instead of maintaining neutrality in the region. Since then, Ukraine became a quasi-buffer, a new form of buffer state.
Kata Kunci : uffer state, buffered power, quasi buffer, geopolitik, politik luar negeri, Rusia, Amerika, Ukraina, Krimea, NATO, Sevastopol.