KOMPOSISI NUTRIEN DAN MINERAL PADA DAGING LOBSTER HIJAU PASIR (Panulirus homarus Linnaeus., 1758) PADA FASE Pre-MOLTING, MOLTING, DAN Post-MOLTING
NUR FADLI IKRAM, Drs. Trijoko, M.Si
2018 | Skripsi | S1 BIOLOGILobster termasuk satu dari biota laut yang ada di Indonesia yang memiliki nilai gizi serta ekonomi yang tinggi terutama pada jenis lobster hijau pasir (P. homarus Linnaeus., 1758). Untuk menjaga kelestarian dan pemanfaatan lobster di Indonesia maka perlu dilakukan pengembangan sumberdaya hayati dengan mempertimbangkan aspek-aspek biologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi nutrien dan mineral pada daging lobster hijau pasir (P. homarus Linnaeus., 1758) dalam fase pre-molting, molting, dan post-molting. Sampel yang digunakan berupa 35 lobster berukuran 50-250 g dengan sampel uji daging pada lobster kondisi pre-molting, molting, dan post-molting masing-masing 2 ekor yang dipelihara di Unit Kerja Budidaya Air Laut Sundak (UK BAL Sundak), Yogyakarta, Indonesia. Uji kadar nutrien dalam daging menggunakan metode kjeldahl, dan gravimetri, serta spektrofotometri Uv-Vis pada pengujian kadar mineral. Pada penelitian ini dibandingkan komposisi nutrien dan mineral pada daging lobster sebelum pre- molting, 3-8 jam setelah molting, dan 3-4 hari sesudah post-molting. Hasil menunjukkan bahwa dalam daging lobster kandungan nutrien dalam fase pre-molting, molting dan post-molting memiliki nilai yang bervariasi. Kadar abu pada fase molting lebih rendah dibandingkan dengan kedua fase lainnya. Protein, lemak total dan karbohidrat mengalami peningkatan dalam seluruh fase molting, dimulai dari fase pre-molting, molting, hingga fase post-molting. Kadar mineral Ca tertinggi dalam daging lobster terdapat pada fase molting, sedangkan kadar mineral P tertinggi dalam daging lobster ada pada fase post-molting. Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan kadar nutrien dan mineral mengalami perubahan pada setiap fase molting.
One of the marine biota in Indonesia which has high nutritional and economic value are lobster, especially the scalloped spiny lobster (P. homarus Linnaeus., 1758). In order for the utilization Indonesian marine sustainable, cultivation of lobster it is necessary to conduct resources development by considehhhring the biological aspects. This study aims to determine the composition of nutritional and mineral values in pre-molting, molting, and post-molting phases in scalloped spiny lobster (P. homarus Linnaeus., 1758). The nutritional value of lobster was tested using kjeldahl and gravimetry methods. As for the mineral value, the lobster was tested using UV-vis spectrophotometry. The samples used were 35 lobsters measuring 50-250 g with 2 samples of lobster which were maintained at Unit Kerja Budidaya Air Laut Sundak (UK BAL Sundak), Yogyakarta, Indonesia. In this study, a comparison of descriptive data were analyzed on nutritional and mineral content of lobster before pre-molting, 3-8 hours after molting, and 3-4 days after post-molting. The results showed that the nutritional content of lobster in the pre-molting, molting and post-molting phases had various values. Ash content in the molting phase was lower than the other two phases. Protein, total fat and carbohydrate increased in all molting phases, starting from the pre-molting, molting, and post-molting phases. The highest mineral content of Ca in the lobster was in the molting phase, while the highest P mineral content of the lobster was in the post-molting phase. From this study, we can conclude that nutrition and mineral value of lobster undergo changes in every molting phases.
Kata Kunci : Molting, Lobster, Mineral, Nutrien, Panulirus homarus / Molting, Lobster, Mineral, Nutrien, Panulirus homarus