Eko-Sufisme dalam Pemikiran Ibn Arabi
MOCHAMMAD LATHIF A, Drs. Mustofa Anshari Lidinillah, M.Hum
2018 | Skripsi | S1 FILSAFATPenelitian ini bertujuan mengkaji pemikiran Ibn Arabi tentang eko-sufisme sebagai upaya mengeksplorasi gagasan-gagasan sang tokoh dalam mengatasi permasalahan krisis lingkungan melalui jalan spiritualitas (mistisisme). Masalah krisis lingkungan tidak dapat diatasi hanya melalui reposisi hubungan manusia dengan lingkungan alamnya. Namun, perlu ada perumusan kembali hubungan manusia, alam dan Tuhan yang harmonis berdasarkan spritualitas dan kearifan perenial. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dengan model penelitian historis faktual mengenai tokoh. Pemikiran Ibn Arabi diteliti sebagai karya filsafat sejauh memberikan visi mengenai manusia, alam dan Tuhan menurut hakikatnya. Tahapan penelitian meliputi inventarisasi data, klasifikasi, analisis data, dan penulisan hasil. Metode analisis data dilakukan dengan deskripsi, holistika, interpretasi, dan heuristika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa eko-sufisme Ibn Arabi didasarkan pada konsep wahdat al-wujud yang berpandangan bahwa segala realitas adalah tunggal. Manusia dan alam semesta hanyalah manifestasi dari Wujud Absolut Tuhan. Namun, ini bukanlah pandangan panteistik, melainkan pandangan monorealistik yang menegaskan ketunggalan wujud dengan melihat bahwa segala sesuatu mengambil bentuk dalam wujud ketuhanan. Alam adalah tajalli (teofani) Tuhan yang diciptakan sebagai sarana mengetahui, mengenal dan makrifat kepada-Nya. Alam menjadi jalan bagi manusia untuk mencapai puncak perjalanan sufistiknya kembali bersatu dengan Tuhan dan menjadi manusia sempurna (al-insan al-kamil). Eko-sufisme Ibn Arabi menunjukkan bahwa sufismenya tidak hanya bercorak falsafi, melainkan juga bercorak akhlaqi yang memiliki orientasi pembentukan akhlak manusia. Tujuan perjalanan sufistik adalah penyatuan bersama Tuhan, tetapi bukan dalam arti peleburan diri dan pengabaian terhadap dunia, melainkan hilangnya ketidaktahuan dan tetapnya pengetahuan sejati tentang kesatuan esensial dari Keseluruhan. Eko-sufisme Ibn Arabi berpandangan bahwa dunia merupakan ketunggalan yang dibangun atas dasar rahmah (kasih sayang) antar wujud di dalamnya. Hubungan antar wujud terjalin dalam interaksi yang saling menyempurnakan. Tuhan menjadi pangkal dan ujungnya. Manusia harus menjaga alam karena pada hakikatnya Tuhan-manusia-alam adalah ketunggalan yang mengandung kesucian. Mencintai alam sama dengan mencintai Tuhan, dan merusaknya adalah perbuatan mendurhakai Tuhan. Manusia harus mampu mentransformasikan dirinya dari manusia hewan menuju manusia sempurna melalui takhalluq bi akhlaqi Allah (berakhlak dengan akhlak Allah) sehingga bisa mengemban tugas pokoknya sebagai khalifah (wakil Tuhan) di bumi yang mengatur kehidupan, memimpin, menjaga, dan melestarikan lingkungan sekitar, serta menjadi rahmat bagi semesta alam.
This research was aimed to explore thoughts of Ibn Arabi as an effort to explore his ideas in order to overcome the problems of the environmental crisis through the path of spirituality (mysticism). The problem of the environmental crisis could not be overcome only through repositioning human relations with their natural environment. However, it also needs a formulation of harmonious human, natural, and God relations based on spirituality and perennial wisdom. This study was a library research with historical factual research model. The subject matter of this research was philosophical thought of Ibn Arabi. The stages of research included data inventory, classification, data analysis, and compilation of the results. The methods of data analysis were using a philosophical-methodical element that was description, holistic, interpretation, and heuristic. The results of the study show that eco-sufism of Ibn Arabi is based on the concept of wahdat al-wujud which holds that all reality was one. Humans and the universe are only manifestations of the Absolute Being of God. However, this is not a pantheistic view, but a monorealistic view which affirms the unity of being by finding that everything takes shape in the form of divinity. Nature is tajalli (theophany) of God which is created as a means for knowing, recognizing and defining Him. The nature becomes a way for humans to reach the peak of their sufistic journey, reunites with God and become perfect humans (al-insan al-kamil). Ibn Arabi's eco-sufism shows that his sufism is not only philosophical, but also a moral pattern that has the orientation of human moral formation. The purpose of the mystical journey is to unite with God, but not in the sense of self-dissolution and neglecting the world, but the loss of nescience and the gaining of true knowledge of the essential unity of the whole. Ibn Arabi's eco-sufism holds that the world is a unity built on the basis of rahmah (love) between beings in it. Relationships between beings are intertwined in mutually complementary interactions. The God is the base and the end. The humans have to take care of nature because in essence God-human-nature is unity that contains holiness. Loving nature is like loving God, and damaging it is the act of disobeying God. They must be able to transform themselves from humans animal to perfect humans through takhalluq bi akhlaqi Allah (having the character of Allah) so that they can carry out their basic duties as khalifah (deputy of God) on earth who regulate life, lead, maintain, and preserve the surrounding environment, and become rahmah that spread love for the universe.
Kata Kunci : eko-sufisme, Ibn Arabi, lingkungan, mistisisme