NILAI TUKAR RUMAH TANGGA TANI BAWANG MERAH DI KECAMATAN WANASARI KABUPATEN BREBES
FITRIA IDA NURJANAH, Pinjung Nawang Sari, S. P., M. Sc.; Arini Wahyu Utami, S. P., M.Sc., Ph. D.
2018 | Skripsi | S1 EKONOMI PERTANIAN DAN AGRIBISNISPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) kelayakan usahatani bawang merah 2) kontribusi usahatani bawang merah terhadap pendapatan rumah tangga petani 3) tingkat nilai tukar pada rumah tangga tani bawang merah di Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis. Lokasi penelitian ditentukan dengan metode purposive sampling, sedangkan sampel responden ditentukan dengan metode proportional random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 60 petani bawang merah. Metode yang digunakan untuk mengetahui kelayakan usahatani dengan analisis Break Even Point (BEP) dan phi/C Rasio, metode yang digunakan untuk mengetahui kontribusi pendapatan dengan membandingkan pendapatan dari usahatani bawang merah terhadap pendapatan total, sedangkan untuk mengetahui nilai tukar rumah tangga tani digunakan analisis Nilai Tukar Barter (NTB), Nilai Tukar Penerimaan (NTR), dan Nilai Tukar Subsisten (NTS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani bawang merah di Kecamatan Wanasari layak untuk diusahakan, memiliki kontribusi pendapatan yang sangat tinggi terhadap pendapatan total rumah tangga tani (79,28%), serta memiliki nilai tukar, baik NTB, NTR, dan NTS yang surplus (>1).
The objectives of this research are to determine : 1) the feasibility of shallot farming 2) the contribution of shallot farming to household income of farmers 3) the exchange rate level in the household of shallot farming in Wanasari, Brebes district. The method used in this research is descriptive analysis. The researchs location is determined by purposive sampling method, while the sample is determined by proportional random sampling with number of respondents was 60 shallot farmers. The method used to determine the feasibility of farming is Break Even Point (BEP) and phi/C Ratio analysis. While in determining the income contribution, it was done by comparing the income from shallot farming to total income of household. And in order to find out the exchange rate of household farmers, the researcher used barter exchange rate (NTB), revenue exchange rate (NTR), and subsistence exchange rate (NTS). The results show that shallot farming in Wanasari is feasible, has a very high income contribution to total household income (79,28%), and has an exchange rate, both NTB, NTR, and NTS which are surplus (>1).
Kata Kunci : feasibility, income contribution, barter exchange rate (NTB), revenue exchange rate (NTR), subsistence exchange rate (NTS)