MERAJUT ROMANTIKA MENUAI KUASA: PERJUANGAN GRUP MUSIK DANGDUT HIPHOP NDX A.K.A YOGYAKARTA
EDY PURWANTO, Dr Oki Rahadianto, S.Sos., M.Si.
2018 | Tesis | MAGISTER SOSIOLOGIINTISARI Perkembangan industri musik di Indonesia pada era late modernity ditandai oleh pertumbuhan pesat produksi musik dengan kultur DIY (Do it Yourself) yang dibawakan oleh sejumlah Band Indie Label yang menjamur di beberapa kota besar. Beberapa diantara Band berlabel indie hadir untuk menawarkan musik alternatif bagi masyarakat yang serta merta menambah daftar preferensi selera musik di Indonesia. Salah satu Band Indie yang lahir dengan sepak terjangnya yang cukup menarik untuk diamati yakni Grup Band NDX AKA Yogyakarta. Grup Band yang semula hanya sebagai Kuli Bangunan di Imogiri, Bantul Yogyakarta ini berhasil membawakan genre dangdut hip-hop bernuansa romantika anak muda yang mampu melahirkan penggemar (fans) dengan sebutan Familia dan LadyFams. Kajian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan Theory of Practice dari Pierre Bourdieu mengenai bagaimana Grup NDX AKA menyusun habitus dalam bermusik dan bagaimana strategi konversi kapital mereka dalam mengakses berbagai sumber daya hingga bagaimana mereka mereproduksi doxa dari kelompok dominan dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan posisi mereka dalam ranah perjuangan. Adapun data dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara dan observasi lapangan. Setelah melalui proses analisis data, ditemukan bahwa Grup Musik NDX AKA menyusun habitus bermusiknya dari akumulasi embodied cultural capital yang terbentuk dari keluarga dan lingkungan pergaulan yang melahirkan spirit dalam berkarya di industri musik. Grup NDX berupaya menciptakan strategi konversi melaui investasi simbolis dari lagu-lagu bernuansa romantika dengan bahasa Jawa yang melahirkan legitimasi kekuasaan hingga upaya diversifikasi berupa jalinan kelembagaan pada organisasi sosial dan kepemudaan. Grup NDX AKA Yogyakarta juga melakukan strategi reproduksi dari ekspansi brand original yang dikelola dalam gerai yang menghasilkan modal simbolik. Walaupun pada realitanya Grup NDX AKA mereproduksi kembali doxa dari kelompok dominan, namun terdapat hubungan yang bersifat mutualisme dimana kelompok dominan berupaya bertengger pada popularitas Grup NDX AKA sebagai momentum dalam mempertahankan status quo mereka. Kata kunci: Capital, Doxa, Hip-hop, Dangdut, Yogyakarta.
ABSTRACT The development of the music industry in Indonesia in late modernity era is marked by the rapid growth of music production with DIY culture (Do it Yourself) presented by a number of Indie Label Bands mushroomed in several big cities. Some of them, present to offer an alternative music for the community which necessarily add to the list of music preferences taste in Indonesia. One of the Indie Bands that was born with an interesting struggle to observe is NDX AKA Yogyakarta. Music Group which originally raised as a Construction Laborers in Imogiri, Bantul Yogyakarta succeeded in bringing the genre of hip-hop dangdut nuances of romance of young people who are able to create a fans both Familia and LadyFams. This study uses a qualitative descriptive method with Pierre Bourdieu's Theory of Practice approach on how the NDX AKA Group establishes the musical habitus and how their capital conversion strategies in accessing various resources and also about how they reproduce the doxa from the dominant group in order to maintain and improve their position within the field of struggle. The data in this study were obtained by interviews and field observations. After going through of the data analysis process, it was discovered that the NDX AKA Music Group composed its musical habitus from the accumulation of embodied cultural capital formed by family and social environment involving the spirit of working in the music industry. The NDX Group seeks to create a conversion strategy through symbolic investments of romantic songs with Javanese language that spawned legitimacy of power and also showed the diversification efforts are in the form of institutional ties in a social and youth organizations. NDX AKA Group also performs a reproduction strategy from the expansion of original brand managed in a store that created a symbolic capital. Although in reality the NDX AKA Group reproduces the doxa from the dominant group, yet there is a mutualism relationship in which the dominant group seeks to perch on the popularity of the NDX AKA Group as a momentum in maintaining their status quo. Keywords: Capital, Doxa, Hip-hop, Dangdut, Yogyakarta
Kata Kunci : Capital, Doxa, Hip-hop, Dangdut, Yogyakarta