REDESAIN TAMAN SATWA TARU JURUG SURAKARTA
HAVILA MAHARANI MULIA, Dr. Eng., Ir. Laretna Trisnantari Adishakti, M.Arch.
2018 | Skripsi | S1 ARSITEKTURKota Surakarta atau yang dikenal dengan nama Solo, terletak di Jawa Tengah. Kota ini terkenal dengan slogan Kota Solo, The Spirit of Java, sebagai upaya pencitraan kota Surakarta sebagai pusat kebudayaan Jawa. Kota Solo ini kaya akan budayanya, sehingga mampu meningkatkan jumlah pengunjung setiap tahunnya. Namun, dari 10 daftar rekomendasi tempat wisata oleh Dinas Pariwisata, 3 diantaranya terletak di luar kota. Sangat disayangkan, karena Solo itu sendiri memiliki beberapa tempat yang berpotensi sebagai tempat wisata jika ada penataan yang lebih baik. Salah satunya adalah Taman Satwa Taru Jurug. Taman Satwa Taru Jurug merupakan kebun binatang yang dibangun pada tahun 1878. Di tahun 90-an tempat ini sempat menjadi primadona, namun saat ini kebun binatang kehilangan pamornya karena pengelolaan area yang kurang. Kondisi satwa sangat memprihatinkan, disana tidak ada sesuatu yang baru yang menarik perhatian, juga terdapat banyak fasilitas yang terbengkalai, seperti bangunan, jalan setapak, terlebih area satwa. Itulah mengapa Taman Satwa Taru Jurug perlu di re-desain. Seorang desainer kebun binatang, Jon Charles Coe, mengemukakan terdapat beberapa trend dalam pameran satwa yang dapat dikembangkan untuk kesejahteraan satwa serta menarik pengunjung. Salah satu tren adalah Immersion Exhibits sebagai focus utama, dimana membuat area pameran satwa seperti habitat aslinya, sedangkan tren yang lain sebagai pelengkap area pameran. Diharapkan re-desain Taman Satwa Taru Jurug ini dapat menjadi area konservasi, edukasi, dan rekreasi yang baru, menjadi salah satu wisata unggulan di Solo, serta memberi arahan bagi pengunjung untuk menghargai satwa.
Surakarta, or also known as Solo, is a city located in Central Java. Popular with the tagline Solo the Spirit of Java, the city is rich in Javanese culture, and tourists visiting this city is increasing each year. However, the Tourism Official of the city lists 10 recommended tourism spots with 3 of them are located not even in the same city. It is such a waste since Solo itself has a lot of potential tourism spots if they can be planned better. One of those potential tourism spots is Taman Satwa Taru Jurug. Taman Satwa Taru Jurug is a zoo, built in 1878. In 90s Jurug was popular in the city, but nowadays this zoo is not as interesting as its old days because of poor governments management. The animals are in poor state, there is no something new and interesting on the exhibits area, also a lot of abandoned facilites such as buildings, pathways, and areas. These are the reasons why it is important to re-design Taman Satwa Taru Jurug. A zoo designer, John Charles Coe, explained trends on zoos animal exhibitions that could both attracts visitors and keeps the animals wellbeing. One of these trends, titled Immersion Exhibits, will be the re-designs main focus. Immersion Exhibits itself is focused on the nature aspects of the zoo, making the exhibits area as natural as possible like in its real habitat. With Immersion Exhibits as the main theme and other Coes Trends of Exhibits as the compliments, hopefully this Taman Satwa Taru Jurug re-design will be able to be a new recreation, education, and conservation area, a recommended tourism spot, and also educate its visitor to respect animals more.
Kata Kunci : Taman Satwa Taru Jurug, kebun binatang, re-desain, pameran satwa, Immersion Exhibits.