Laporkan Masalah

Redesain Stasiun Kiaracondong dengan Konsep Open Transit

POETI RIA, Dr. Dyah Titisari Widyastuti, S.T., MUDD.

2018 | Skripsi | S1 ARSITEKTUR

Pertumbuhan penduduk Kota Bandung yang meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun membuat kondisi kota menjadi lebih padat. Pertumbuhan tersebut berpengaruh ke dalam berbagai macam aspek termasuk transportasi. Tingginya jumlah penduduk membuat aktivitas dan kebutuhan semakin bertambah, serta mobilitas masyarakat yang meningkat mengikuti aktivitas tersebut. Aktivitas dan mobilitas yang tinggi berdampak pada pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor pribadi yang juga ikut meningkat tiap tahunnya, namun tidak seimbang dengan pengembangan fasilitas jalan dan pelayanan transportasi umum yang akhirnya menimbulkan kemacetan. Masalah tersebut membuat Pemerintah Kota Bandung mengusulkan Bandung Urban Mobility Project guna meningkatkan kualitas transportasi umum yang ada di Kota Bandung, termasuk Stasiun Kiaracondong. Stasiun Kiaracondong sebagai stasiun terbesar kedua di Kota Bandung merupakan stasiun yang cukup sibuk, melayani penumpang jarak jauh dan komuter yang berlalulalang setiap hari. Namun, kesibukan tersebut tidak didukung dengan fasilitas dan aksesibilitas yang memadai sehingga kondisi stasiun menjadi kurang nyaman untuk dilalui penumpang. Kawasan Kiaracondong merupakan salah satu kawasan padat karena selain terdapat stasiun, terdapat juga pemukiman, area industri, area komersil, dan fasilitas pendidikan. Padatnya kawasan ini tidak didukung dengan fasilitas ruang terbuka yang dapat digunakan bersama oleh masyarakat Kiaracondong. Sebagai stasiun besar, tentu Stasiun Kiaracondong butuh pengembangan fasilitas yang dapat memenuhi kebutuhan penggunanya. Stasiun yang berfungsi tidak hanya untuk menaikturunkan penumpang tetapi juga menjadi tempat aktivitas masyarakat akan membuat stasiun berkelanjutan. Konsep open transit dipilih menjadi konsep dalam mengembangkan Stasiun Kiaracondong karena prinsipnya yang melibatkan integrasi transportasi, TOD, dan ruang ikonik akan mendukung stasiun sebagai stasiun yang berkelanjutan.

Population growth in Bandung City increasing significantly year to year making Bandung denser than before. It affects many aspects such as transportation. Population growth conduce people’s needs and acitivites increasing, followed by mobility to support their activites. This causes vehicle growth each year, yet not followed by road facility development and public transportation service which result traffic jam. This problem makes Bandung City Government propose Bandung Urban Mobility Project to increase the quality of city public transportation in Bandung, including Kiaracondong Station. Kiaracondong Station is the second largest station in Bandung, consider as a busy station, serving long-distance passangers and commuters everyday. However, these activites are not supported by convenient facilities and accessibility to be used by passengers. Kiaracondong area is one of the densest area in the city, because other than the station, the area also consists of housing area, industry, commercial, and education facility. Nevertheless, the density of this area is not supported by the existence of public space that could facilitate all the activities. As a big station, Kiaracondong Station sure needs facility development which can fulfill its user needs. Station that is not only functioned as transit place, but also being a place that facilitate its people activity will make the station sustainable. Open transit concept is chosen to be the idea to develop Kiaracondong Station because of its principles that include transportation integration, TOD, and iconic space will support the station as a sustainable station.

Kata Kunci : Transportasi Umum, Stasiun Kiaracondong, Open Transit

  1. S1-2018-366753-abstract.pdf  
  2. S1-2018-366753-bibliography.pdf  
  3. S1-2018-366753-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2018-366753-title.pdf