PENGARUH KOMPLEKSITAS ANTARMUKA DAN KOMPLEKSITAS AKTIVITAS PADA SITUS E-LEARNING TERHADAP BEBAN KOGNITIF DITINJAU MENGGUNAKAN EYE TRACKING
PRABARIA VESCA Y, Dr.Eng. Sunu Wibirama, S.T., M.Eng.;P. Insap Santosa, Ir., M.Sc., Ph.D.
2018 | Tesis | MAGISTER TEKNIK ELEKTRODi Indonesia, e-learning telah banyak digunakan oleh berbagai institusi pendidikan mulai dari sekolah menengah hingga perguruan tinggi. Namun pada pelaksanaannya, penerapan e-learning di Indonesia masih menemui beberapa permasalahan, yang salah satunya yaitu keengganan pengguna untuk mengakses dan berinteraksi dengan e-learning. Interaksi antara pengguna dengan e-learning sendiri dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu kompleksitas antarmuka e-learning dan kompleksitas aktivitas. Walaupun begitu, penelitian terhadap desain antarmuka e-learning, khususnya kompleksitas antarmuka masih sangat terbatas dan belum ada penelitian yang menguji pengaruh keduanya secara bersamaan terhadap pengguna. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kompleksitas antarmuka pada situs e-learning dan kompleksitas aktivitas terhadap beban kognitif pengguna. Di samping itu, penelitian ini juga menguji kompleksitas antarmuka e-learning seperti apakah yang paling sesuai bagi pengguna untuk mengerjakan aktivitas dengan tingkat kompleksitas berbeda. Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu teknik eye tracking dan kuesioner, yang terdiri atas kuesioner beban kognitif, SUS, dan UEQ. Partisipan pada penelitian ini berjumlah 42 orang yang keseluruhnya merupakan mahasiswa dan direkrut secara sukarela. Metode analisis data pada penelitian ini yaitu deskriptif kuantitatif menggunakan uji statistik. Berdasarkan hasil penelitian, kompleksitas antarmuka e-learning dan kompleksitas aktivitas memberikan pengaruh yang signifikan terhadap beban kognitif pengguna. Hasil uji statistik menggunakan two-way mixed ANOVA menunjukkan bahwa kompleksitas antarmuka e-learning memberikan pengaruh signifikan terhadap pengukuran eye tracking yang terdiri atas jumlah fiksasi (F(2,39) = 6,345; p < 0,05), durasi fiksasi (F(2,39) = 3,791; p < 0,05), waktu penyelesaian aktivitas (F(2,39 = 8,719; p < 0,05), dan skor beban kognitif (F(2,39) = 4,649; p < 0,05). Selain kompleksitas antarmuka e-learning, kompleksitas aktivitas juga memberikan pengaruh signifikan terhadap jumlah fiksasi (F(1,39) = 216,661; p < 0,001), durasi fiksasi (F(1,39) = 194,619; p < 0,001), waktu penyelesaian aktivitas (F(1,39) = 244,949; p < 0,05), dan skor beban kognitif (F(1,39) = 68,272; p < 0,05). Lebih lanjut, berdasarkan hasil pengujian menggunakan eye tracking, kuesioner beban kognitif, SUS, dan UEQ, diketahui bahwa e-learning dengan kompleksitas antarmuka sedang adalah yang paling sesuai dan optimal bagi pengguna. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi secara ilmiah dan secara praktis terutama dalam menyelesaikan permasalahan e-learning di Indonesia dan mengembangkan e-learning yang berkelanjutan dan dapat mengakomodasi kebutuhan dan gaya belajar masing-masing penggunanya.
In Indonesia, e-learning has been widely used by many education institutions from high school to university level. However, the implementation of e-learning in Indonesia as learning facilitator still faces some problems, including users' reluctance to access and interact with e-learning. Interaction between users and e-learning itself can be affected by two factors, which are interface complexity and task complexity. However, preceding studies on e-learning design, particularly interface complexity is still limited and there is yet any studies examining both interface complexity and task complexity in e-learning sites environment. The purpose of this study was to examine the effect of interface complexity of e-learning sites and task complexity to users' cognitive load. Furthermore, this study also examined which interface complexity of e-learning would be the most suitable one for users in each level of task complexity. Data collecting techniques used in this study were eye tracking technique and questionnaires which consisted of cognitive load questionnaire, SUS, and UEQ. While data analysis technique used in this study was descriptive quantitative using statistical tests. The participants for the experiments in this study consisted of 42 university students recruited voluntarily. Based on results of this research, interface complexity of e-learning and task complexity significantly affected users' cognitive load. The results of two-way mixed ANOVA showed that interface complexity of e-learning significantly affected eye tracking metrics including fixation count (F(2,39) = 6,345; p < 0,05), fixation duration (F(2,39) = 3,791; p < 0,05), time on task (F(2,39 = 8,719; p < 0,05), and cognitive load score (F(2,39) = 4,649; p < 0,05). Beside interface complexity, task complexity also significantly affected fixation count (F(1,39) = 216,661; p < 0,001), fixation duration (F(1,39) = 194,619; p < 0,001), time on task (F(1,39) = 244,949; p < 0,05), and cognitive load score (F(1,39) = 68,272; p < 0,05). Furthermore, based on the results of eye tracking metrics, cognitive load questionnaire, SUS, and UEQ, it was found that compared to e-learning with low and high complexity, e-learning with medium complexity is the most suitable and optimum for users. The results of this research are expected to both scientifically and practically contribute in solving problems regarding the implementation of e-learning in Indonesia and in developing sustainable and adaptive e-learning.
Kata Kunci : kompleksitas antarmuka,kompleksitas aktivitas,beban kognitif,e-learning,eye tracking,SUS,UEQ