Model Pelestarian Berbasis Pemanfaatan Pada Stasiun Maguwo Lama, Desa Maguwoharjo, Yogyakarta
INTAN KEMALA DEWI, Sektiadi, S.S., M.Hum
2018 | Skripsi | S1 ARKEOLOGIPenelitian ini membahas mengenai model pelestarian pada Stasiun Maguwo Lama yang terletak di Yogyakarta. Stasiun Maguwo Lama merupakan Stasiun yang dibangun pada tahun 1872 dan mulai beroperasi pada tahun yang sama seiring dengan mulai beroperasinya jalan rel rute Klaten- Lempuyangan (30 km). Stasiun Maguwo Lama pernah dibongkar pada tahun 1930 yang kemudian dibangun kembali dengan bangunan yang seperti sekarang. Selain itu pada tahun 2010, Pusat Pelestarian Benda dan Bangunan PT. Kereta Api Indonesia melakukan restorasi dan perawatan terhadap Stasiun Maguwo Lama. Saat ini Stasiun Maguwo Lama dikelola oleh PT. Kereta Api Indonesia. Meskipun demikian, kegiatan pelestarian yang sudah dilakukan dirasa masih terbatas pada upaya pelindungan saja dan juga tidak berkelanjutan. Oleh karenanya dibutuhkan sebuah model pelestarian yang dapat diterapkan Stasiun Maguwo Lama. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan penalaran induktif. Pendekatan yang digunakan adalah CRM sebagai acuan dalam upaya membuat model pelestarian yang sesuai dengan kondisi Stasiun Maguwo Lama. Model yang dibuat didasarkan pada peraturan-peraturan mengenai cagar budaya yakni Undang-undang No 11 Tahun 2010 mengenai cagar budaya dan juga peraturan yang bersifat lokal. Tahap penelitian diawali dengan identifikasi objek penelitian, analisis nilai penting, analisis konsep pelestarian berdasarkan peraturan perundang-undangan analisis masalah pelestarian, dan pembuatan model pelestarian berbasis pemanfaatan pada Stasiun Maguwo Lama. Model pelestarian yang disarankan berupa adaptive reuse dengan mengubah fungsi Stasiun Maguwo Lama menjadi Museum Kereta Api. Pengelolaan Stasiun Maguwo Lama dirancang dengan melibatkan berbagai pihak mulai dari Pemerintah Daerah, PT. Kereta Api Indonesia, BPCB, tenaga ahli permuseuman, dan juga masyarakat.
This research deals with the preservation model of Stasiun Maguwo Lama which is located in Yogyakarta. Stasiun Maguwo Lama is the station which was built in 1872 and began operations the same year along with the start of operation of rail road route Klaten-Lempuyangan (30 km). Stasiun Maguwo Lama ever dismantled in 1930 which was subsequently rebuilt with buildings like the present. In addition in year 2010, Preservation and architecture unit of PT. Kereta Api Indonesia doing the restoration and maintenance of Stasiun Maguwo Lama. Stasiun Maguwo Lama is currently managed by PT. Kereta Api Indonesia, nevertheless the activities of preservation that has done reasonably still be limited to an attempt shield cover only and is also not sustainable. Therefore it takes a model preservation that can be applied to Stasiun Maguwo Lama. This research is qualitative research using inductive reasoning. The approach used is the CRM as a reference in the quest to make preservation model that corresponds to the condition of Stasiun Maguwo Lama. Models are created based on the regulations regarding cultural heritage i.e. Law No. 11 Year 2010 about heritage and also the local rules. Research phase begins with the identification of the object of research, significance value analysis, analysis of the concept of preservation based on legislation, the analysis of the problems of preservation on Stasiun Maguwo Lama, and manufacture of models based on utilization of preservation Stasiun Maguwo Lama. The suggested form of preservation model adaptive reuse by changing the function of Stasiun Maguwo Lama being a Railway Museum. Management of Stasiun Maguwo Lama is designed by involving the various parties ranging from local government, PT Kereta Api Indonesia, BPCB, experts of the museum, and also the community.
Kata Kunci : pelestarian, pemanfaatan, stasiun maguwo lama, cagar budaya, CRM