PERGESERAN IMPLEMENTASI TARBIYAH DI ORGANISASI KESATUAN AKSI MAHASISWA MUSLIM INDONESIA (KAMMI)
MUHAMMAD FAKHRURRAZI, Dr. Arie Sujito, S.Sos., M.Si.
2018 | Skripsi | S1 SOSIOLOGIBeberapa saat sebelum momentum reformasi terjadi, gerakan tarbiyah melalui momentum Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus Nasional X di Malang, mendirikan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia. Pendirian KAMMI bertujuan menjadi kendaraan politik gerakan tarbiyah untuk berpartisipasi dalam perjuangan reformasi, dianggap berhasil dan meletakkannya sebagai organisasi yang dikenal dari momentum tersebut dengan mobilisasi massa berjumlah besar di awal masa bergeraknya. Namun, seiring perkembangannya KAMMI yang awalnya mapan dengan bergantung pada kekuatan gerakan tarbiyah, tumbuh menjadi organisasi yang mandiri dengan instrumen yang telah dibangunnya. Penelitian ini berusaha menjelaskan tentang pergeseran implementasi tarbiyah di tubuh KAMMI, seriring dengan kader-kader organisasi ini yang sudah ingin KAMMI menjadi gerakan yang independen. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan menggunakan studi literatur dan wawancara. Ruang lingkup dari penelitian ini adalah KAMMI secara umum. Hasil dari penelitian ini, diketahui bahwa pergeseran implementasi tarbiyah di tubuh KAMMI, bergerak dari tiga konteks yaitu: Konteks Dependensi-Independensi, Konteks Waktu, dan Konteks Pengaruh Eksternal. Konteks Dependensi-Independensi antara lain: (1) Diterapkannya Paradigma Gerakan KAMMI: Sosial Indpenden dan Politik Ekstraparlementer, yang berimplikasi pada munculnya pandangan bahwa KAMMI harus melepas pengaruh tarbiyah, (2) Musyawarah Luar Biasa PP KAMMI 2009 yang berimplikasi pada respon masalah independensi KAMMI dari pengaruh tarbiyah. Konteks Waktu terjadi karena faktor pendewasaan yang terjadi di tubuh KAMMI itu sendiri disertai berlarutnya polemik antara relasi KAMMI-tarbiyah yang buntu, hal ini berimplikasi pada kebosanan gelombang tuntutan Independensi KAMMI terhadap polemik KAMMI dan PKS. Konteks Pengaruh Eksternal: (1) KAMMI adalah underbow PKS, yang telah menjadi pandangan umum, hal ini berimplikasi pada krisis kepercayaan kader-kader KAMMI terhadap tarbiyah, dan (2) Penerapan Uang Kuliah Tunggal, mulai tahun 2013 yang berimplikasi pada pelonggaran tanggung jawab kader tarbiyah terhadap KAMMI, dan melonggarkan kewajiban kader tarbiyah untuk ikut dalam alur kaderisasi KAMMI. Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa secara umum, pergeseran yang terjadi di tubuh KAMMI terhadap penerapan tarbiyah adalah proses usaha independensi kader-kader KAMMI dalam menciptakan organisasi yang lebih independen. Namun, karena diikuti momentum polemik kebijakan politik praktis tarbiyah yang turut mempengaruhi kebijakan KAMMI, maka pergeseran yang terjadi juga berupa krisis kepercayaan kader-kader tarhadap tarbiyah itu sendiri.
Beberapa saat sebelum momentum reformasi terjadi, gerakan tarbiyah melalui momentum Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus Nasional X di Malang, mendirikan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia. Pendirian KAMMI bertujuan menjadi kendaraan politik gerakan tarbiyah untuk berpartisipasi dalam perjuangan reformasi, dianggap berhasil dan meletakkannya sebagai organisasi yang dikenal dari momentum tersebut dengan mobilisasi massa berjumlah besar di awal masa bergeraknya. Namun, seiring perkembangannya KAMMI yang awalnya mapan dengan bergantung pada kekuatan gerakan tarbiyah, tumbuh menjadi organisasi yang mandiri dengan instrumen yang telah dibangunnya. Penelitian ini berusaha menjelaskan tentang pergeseran implementasi tarbiyah di tubuh KAMMI, seriring dengan kader-kader organisasi ini yang sudah ingin KAMMI menjadi gerakan yang independen. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan menggunakan studi literatur dan wawancara. Ruang lingkup dari penelitian ini adalah KAMMI secara umum. Hasil dari penelitian ini, diketahui bahwa pergeseran implementasi tarbiyah di tubuh KAMMI, bergerak dari tiga konteks yaitu: Konteks Dependensi-Independensi, Konteks Waktu, dan Konteks Pengaruh Eksternal. Konteks Dependensi-Independensi antara lain: (1) Diterapkannya Paradigma Gerakan KAMMI: Sosial Indpenden dan Politik Ekstraparlementer, yang berimplikasi pada munculnya pandangan bahwa KAMMI harus melepas pengaruh tarbiyah, (2) Musyawarah Luar Biasa PP KAMMI 2009 yang berimplikasi pada respon masalah independensi KAMMI dari pengaruh tarbiyah. Konteks Waktu terjadi karena faktor pendewasaan yang terjadi di tubuh KAMMI itu sendiri disertai berlarutnya polemik antara relasi KAMMI-tarbiyah yang buntu, hal ini berimplikasi pada kebosanan gelombang tuntutan Independensi KAMMI terhadap polemik KAMMI dan PKS. Konteks Pengaruh Eksternal: (1) KAMMI adalah underbow PKS, yang telah menjadi pandangan umum, hal ini berimplikasi pada krisis kepercayaan kader-kader KAMMI terhadap tarbiyah, dan (2) Penerapan Uang Kuliah Tunggal, mulai tahun 2013 yang berimplikasi pada pelonggaran tanggung jawab kader tarbiyah terhadap KAMMI, dan melonggarkan kewajiban kader tarbiyah untuk ikut dalam alur kaderisasi KAMMI. Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa secara umum, pergeseran yang terjadi di tubuh KAMMI terhadap penerapan tarbiyah adalah proses usaha independensi kader-kader KAMMI dalam menciptakan organisasi yang lebih independen. Namun, karena diikuti momentum polemik kebijakan politik praktis tarbiyah yang turut mempengaruhi kebijakan KAMMI, maka pergeseran yang terjadi juga berupa krisis kepercayaan kader-kader tarhadap tarbiyah itu sendiri.
Kata Kunci : Reformasi, KAMMI, tarbiyah, pergeseran implementasi