Laporkan Masalah

OPTIMASI PROSES PEWARNAAN KAIN BATIK MENGGUNAKAN PEWARNA ALAMI KUNING DENGAN PENDEKATAN DESIGN OF EXPERIMENT

M SYUKRI SALAM, Andi Sudiarso, S.T., M.T., M.Sc., Ph.D.

2018 | Skripsi | S1 TEKNIK INDUSTRI

Pewarna alami batik merupakan pewarna yang diproses dengan cara diekstrak langsung dari bagian-bagian tumbuhan tertentu yang memiliki pigmen warna. Cara mengekstrak bagian tumbuhan bisa dilakukan dengan direbus atau difermentasi. Pewarna alami batik telah digunakan sejak zaman dahulu, namun karena proses ekstraksi warna hingga proses pewarnaan yang lama serta warna yang dihasilkan cenderung lebih pudar membuat pengrajin batik banyak yang beralih ke pewarna sintetis. Proses pewarnaan dengan pewarna sintetis tidak memakan waktu lama, praktis, dan menghasilkan warna yang cerah, namun karena proses pembuangan limbah yang tidak terkontrol menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. Proses pewarnaan kain batik menggunakan pewarna alami perlu dioptimalkan sehingga dapat mengurangi jumlah dan dampak dari pembuangan limbah batik pewarna sintetis. Penelitian ini menganalisis tentang optimasi proses pewarnaan kain batik dengan pewarna alami dengan sejumlah faktor yang diuji yaitu jumlah pencelupan (1, 2, 4), jeda sebelum proses pelorodan (1 jam, 12 jam, 24 jam), dan jenis fiksasi (tawas atau Al2(SO4)3, gamping atau CaCO3, kapur atau CaO). Jenis kain yang digunakan yaitu kain sanforis, bahan pewarna yang digunakan adalah campuran tegeran dan jolawe dengan perbandingan 25:75 yang menghasilkan warna kuning, durasi ekstraksi bahan pewarna selama 30 menit, durasi pencelupan selama 15 menit, dan durasi fiksasi selama 10 menit. Desain eksperimen yang digunakan adalah Taguchi Orthogonal Array L9 dengan jumlah replikasi tiga kali. Respon yang akan dioptimasi adalah nilai warna berdasarkan hasil La*b* dengan pertimbangan parameter optimal berdasarkan preferensi responden. Analysis of Variance (ANOVA) dilakukan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh signifikan terhadap respon. Nilai warna terbaik didapatkan pada kombinasi jumlah pencelupan empat kali, jeda sebelum pelorodan selama 12 jam, dan jenis fiksasi tawas. Faktor yang paling berpengaruh terhadap respon yang dihasilkan adalah jenis fiksasi, kemudian jumlah pencelupan. Faktor jeda sebelum pelorodan tidak berpengaruh signifikan terhadap respon. Persamaan regresi dirumuskan untuk memprediksi nilai respon yang dihasilkan.

Natural batik dyes is a dye that is extracted directly from certain parts of plants that have color pigment. Color extraction process from plants can be done by boiling or fermentation. Natural dyes batik have been used since ancient times, but many batik craftsmen switched to synthetic dyes as color extraction to coloring process using natural dyes need longer time and give more faded color compared to synthetic dyes. Coloring process with synthetic dyes need shorter time, more practical, and give bright color, but its uncontrolled waste disposal process causes environmental pollution. The process of dyeing batik cloth using natural dyes needs to be optimized to minimize the amount and impact of batik synthetic dyes waste. This study analyzed the optimization of batik dyeing process using natural dyes with three factors: number of immersion (1, 2, 4), pelorodan interlude time (1 hour, 12 hours, 24 hours), and type of fixation (alum or Al2(SO4)2, limestone or CaCO3, lime or CaO. Type of fabric used is sanforis fabric, dye used is mixture of tegeran wood and jolawe with ratio 25:75 that produce yellow color, duration of dye extraction for 30 minutes, duration of dyeing for 15 minutes, and duration of fixation for 10 minutes. The design of experiment used is Taguchi Orthogonal Array L9 with three replications. The optimized response is the color score based on the results of La*b* with the consideration of the optimal parameters based on consumer preference. Analysis of Variance (ANOVA) is done to determine the factors that have a significant effect on the response. The best color score is obtained from combining four times of immersion, 12 hours of pelorodan interlude time, and alum fixation type. The most influential factor on response is fixation type, then the number of immersion. The interlude time factor before pelorodan has no significant effect on the response. The regression equation is formulated to predict the value of the resulting response.

Kata Kunci : batik, pewarna alami kuning, tegeran, jolawe, Taguchi, optimasi, regresi, nilai warna L*a*b*.

  1. S1-2018-367311-abstract.pdf  
  2. S1-2018-367311-bibliography.pdf  
  3. S1-2018-367311-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2018-367311-title.pdf