Laporkan Masalah

Lingkungan Pengendapan Dan Rekonstruksi Evolusi Paleomire Batubara, Daerah Samarinda, Cekungan Kutai, Kalimantan Timur

DIYAN PAMUNGKAS, Dr. Ferian Anggara S.T., M.Eng

2018 | Skripsi | S1 TEKNIK GEOLOGI

Cekungan Kutai merupakan salah satu cekungan pembawa batubara terutama pada Formasi Balikpapan dan Pulau Balang. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui lingkungan pengendapan batubara menggunakan pendekatan stratigrafi sikuen, karakteristik maseral batubara dan rekonstruksi evolusi paleomire di daerah penelitian. Daerah penelitian berada di dua jalur pengukuran singkapan Palaran, Samarinda Seberang, Kalimantan Timur yang terdiri dari empat lokasi titik amat dan melakukan pengambilan sampel batubara secara ply-by-ply sejumlah 26 seam dan digunakan 9 seam batubara yang terdiri dari 32 ply yang digunakan untuk analisis petrogafi organik (sampel crushed dan block), kandungan abu, zat lengas dan belerang. Suksesi vertikal pengukuran stratigrafi daerah penelitian menggambarkan karakteristik batupasir, batulanau, serpih, batugamping dan batubara dimana batuan tersebut dijadikan sebagai dasar dalam penentuan fasies dan asoisasi fasies untuk menentukan lingkungan pengendapan. Lingkungan pengendapan singkapan Jalur A berada di upper delta plain yang berubah menjadi lower delta plain yang dikontrol oleh perubahan parasikuen regresif menjadi parasikuen transgesif; singkapan Jalur B berada di lower delta plain yang berubah menjadi delta front yang dikontrol oleh batas sikuen pada parasikuen regresif. Batubara daerah penelitian merupakan batubara peringkat rendah dengan Rmaks (0,40-0,61%) dengan maseral huminite (0,36-58,73% vol), inertinite (0,00-10,91% vol) dan liptinite (0,00-15,45% vol). Kandungan mineral 0,12-6,22%, kandungan zat lengas berkisar 5,85-10,93%, kandungan abu berkisar 4,00%-15,38% dan sulfur 1,31-6,66%. Litotipe batubara yang berkembang berupa dull-non-banded di bagian bawah dan banded bright menuju bright di bagian atas dengan variasi ketebalan berkisar 20-90 cm. Analisis petrografi organik digunakan untuk menentukan mikrofasies batubara berdasarkan kelimpahan dan asosiasi maseral serta merekonstruksi evolusi dan tipe paleomire. Mikrofasies yang berkembang di daerah penelitian berupa batubara dengan dominasi huminite-liptinite di bagian bawah, telohuminite di bagian tengah dan telohuminite-detrohuminite di bagian atas. Evolusi paleomire yang terjadi berupa perubahan shifted mire dari topogenous menjadi ombrogenous dengan tipe mire yang berkembang berupa wet forest swamp.

Kutai Basin is one of the coal-bearing basins in Indonesia. The coal seams are found especially in Balikpapan and Pulau Balang Formation. This research is aimed to identify the coal deposition environment using stratigraphic sequence approach, maceral characteristic, and reconstruction of paleomire evolution in research area. The research area is located in two measurement paths of Palaran outcrop, Samarinda Seberang, East Kalimantan which consist of four observation points. Coals are sampled from 29 seams ply-by-ply and there are 32 plies from 9 seams which is further analyzed by using organic petrography method (crushed and block samples), ash content, moisture content, and sulfur analysis. The vertical succession of the stratigraphic measurement of the research area represents the characteristic of sandstone, shale, limestone, and coal where the rocks can be used as the basis for determining facies and facies accosiation to interprate the depositional environment. The depositional environment of Line A outcrop is upper delta plain that becomes a lower delta plain controlled by regressive parasequence changes into transgesive parasequence; Line B outcrop is lower delta plain that turns into a delta front controlled by the sequence boundary on the regressive parasequence. Coal of research area is low rank coal with Rmax (0.40 - 0.61%) with huminite maceral (0.36-58.73 vol%), inertinite (0.00-10.91 vol%) and liptinite (0.00-15.45% vol). Mineral content 0.12-6.22%, moisture content ranged from 5.85 to 10.93%, ash content ranged from 4.00%-15.38% and sulfur 1.31 to 6.66%. Coal lithotype that is dull-non-banded at the bottom and banded bright to bright at the top with a thickness variation ranging from 20-90 cm. An organic petrography analysis is used to determine the coal microfasies based on maceral abundance and association as well as reconstruct the evolution and type of the paleomire. Microfasies that developed in the research area is coal with huminite-liptinite dominance at the bottom, telohuminite in the middle and telohuminite-detrohuminite at the top. Paleomire evolution that occurred is the shifted mire changes from topogenous to ombrogenous with mire type that developed in the form of wet forest swamp.

Kata Kunci : batubara, lingkungan pengendapan, mikrofasies, paleomire, Cekungan Kutai/ Coal, depositional environment, microfacies, paleomire, Kutai Basin

  1. S1-2018-363606-abstract.pdf  
  2. S1-2018-363606-bibliography.pdf  
  3. S1-2018-363606-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2018-363606-title.pdf