Metafora dalam Pantun Melayu pada Upacara Pernikahan Adat Melayu di Kota Pontianak Kalimantan Barat
KHOLILAH, Prof. Dr. I Dewa Putu Wijana, S.U., M.A.
2018 | Tesis | MAGISTER LINGUISTIKPantun Melayu merupakan karya sastra lisan yang sarat dengan bahasa indah di dalamnya. Pantun Melayu merupakan jenis puisi terikat yang pada umumnya terdiri dari empat larik dengan rima akhir a-b-a-b (Piah dalam Piah et al. 2006). Penelitian ini bertujuan menguraikan tiga rumusan masalah, bentuk, ranah sumber dan ranah target serta fungsi, metafora dalam pantun Melayu pada upacara pernikahan adat Melayu di kota Pontianak Kalimantan Barat. Seluruh data diambil dari pantun-pantun dalam prosesi-prosesi pernikahan adat Melayu. Penelitian ini menggunakan menggunakan metode deskripstif dalam menguraikan metafora pada ranah pernikahan. Berdasarkan hasil analisis, terdapat tiga temuan dalam penelitian ini, yaitu bentuk-bentuk metafora, ranah sumber dan ranah target, serta fungsi metafora dalam pantun Melayu. Bentuk-bentuk metafora dalam pantun Melayu berupa metafora nominatif, metafora predikatif, dan metafora kalimatif (Wahab, 1998: 70-71). Selain itu, ditemukan 15 kategori ranah sumber dan 13 kategori ranah target yang dikelompokkan berdasarkan teori Haley via Wahab (1991: 86) dan Kovecses (2010: 18-23) sebagai acuannya. Fungsi metafora yang digunakan dalam pantun Melayu yaitu sebagai media untuk penyederhanaan, untuk merekonseptualisasi pengalaman, mengkonkretkan konsep abstrak dengan analogi dan pemodelan, mengungkapkan ideologi, mengungkapkan kesopanan, keindahan berbahasa, melebih-lebihkan (hiperbola) dan menyanjung, menyamarkan hal-hal tabu, mempererat keakraban, sebagai sebuah ajakan atau tindakan penyelesaian masalah, dan digunakan untuk penataan teks.
Malay pantun is a work of oral literature which fulls of a beautiful language in it. Malay pantun is a type of bound poetry which generally consists of four lines with the final rhyme a-b-a-b (Piah dalam Piah et al. 2006). This study aims to describe three formulations of problem consists of form, source domain and target domain and function, of metaphor in Malay pantun at traditional Malay wedding ceremony in Pontianak city of West Kalimantan. The datas are taken from the pantuns in Malay traditional wedding processions. This study uses descriptive method in describing the metaphor in marriage domain. Based on the results of the analysis, there are three findings in this research, namely the forms of metaphor, the source domain and the target domain, as well as the metaphorical functions in the Malay pantun. Metaphorical forms in the Malay pantun are nominative metaphor, predicative metaphor, and sentensial metaphor (Wahab, 1998: 70-71). In addition, there are 15 categories of source domain and 13 categories of target domain which are grouped by Haley's theory via Wahab (1991: 86) and Kovecses (2010: 18-23) as a references. The metaphorical functions are used in the Malay pantun as a medium for simplification, conceptual experiences, concrecting abstract concepts by analogy and modeling, expressing ideology, expressing modesty, the aesthetics of language, exaggeration (hyperbole) and flattering, disguising things taboo, to cultivating intimacy, solicitation or metaphorical calls to action or problem-solving and textual structuring.
Kata Kunci : Keywords: Malay tradition, Malay pantun, metaphor, wedding.