Nyai pada Masa Revolusi di Jawa 1945-1949
BAGUS ZIDNI ILMAN N, Dr. Abdul Wahid, M.Hum., M.Phil.
2018 | Skripsi | S1 SEJARAHPenelitian ini membahas tentang nyai. Fokus dan permasalahan utama yang dikaji adalah apa yang terjadi pada nyai, dan bagaimana mereka bertahan pada masa Revolusi. Berdasarkan historiografi yang ada, pada masa Revolusi sentimen anti-Barat menguat di Indonesia, khususnya di Jawa. Menurut sudut pandang orang-orang Republik Indonesia, pihak-pihak yang pernah meraup keuntungan pada masa kolonial, merupakan kaki tangan penjajah atau pengkhianat yang mesti disingkirkan. Pandangan tersebut mendorong merebaknya pelbagai bentuk aksi kekerasan yang menjadikan orang-orang Belanda dan Indo sebagai target. Dalam kondisi seperti, itu nyai menjadi pihak yang masuk dalam kelompok tersebut, karena mereka dianggap pernah memiliki hubungan erat dengan laki-laki Belanda sebagai teman hidup atau gundik. Dengan menggunakan pelbagai sumber sejarah yang meliputi: arsip-arsip masa Revolusi, koran-koran yang sezaman, dan kesaksian beberapa keluarga nyai, penelitian ini mengungkapkan realitas sosial dan permasalahan yang menimpa nyai pada masa Revolusi. Di antaranya adalah: ancaman kekerasan dan persekusi, perpisahan dengan keluarga, perampasan harta benda dan aset, serta status kewarganegaraan yang simpang siur. Untuk menghadapi permasalahan tersebut nyai melakukan pelbagai macam strategi untuk bertahan hidup, dan untuk menyelamatkan anak-anaknya, di antaranya: menikah kembali dengan lelaki pribumi atau Tionghoa, dan menyembunyikan atau menutupi identitas anak-anaknya.
This research discusses about nyai. The main focus and research problem of this study is what did happen to nyai, and how did they survive the Revolution period. Based on the existing historiography, during the Revolution period anti-Western sentiment strengthened in Indonesia, especially in Java. From the point of view of the people of Republik Indonesia, those who made a fortune in the colonial period were hencemen of colonizers or traitors, therefore had to be sweft aside. That view encouraged the spread of various forms of violence which put the Dutch and Indo people as target. Under such conditions, nyai becomes a part of that targeted group, as they are thought to have had close relationships with the Dutchman as their living companions or concubines. Using various historical sources that includes: archieves from revolution period, the newspapers, and testimonies of several nyai’s families, this study reveals the social realities and problems faced by nyai during the revolution period. They are: threats of violence and persecution, separation from families, property and asset confiscation, and unsettled citizenship status. To deal with these problems, nyai had to do various strategies to survive and to save their children, namely: remarried with native (Indonesian) or Chinese man, and hiding or covering the identity of their children.
Kata Kunci : nyai, revolusi, bertahan, strategi