Laporkan Masalah

Tata Ruang dan Perkembangan Kompleks Pabrik Gula Tanjung Tirto Tahun 1920-1944, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman

OKTAVIAN ARDANA P, Dr. Niken Wirasanti, M.Si.

2018 | Skripsi | S1 ARKEOLOGI

Abstrak Tata Ruang dan Perkembangan Pabrik Gula Tanjung Tirto Tahun 1920-1944, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman Penulis : Oktavian Ardana Putra Tahun Lulus : 2018 Pembimbing : Dr. Niken Wirasanti, M. Si. Pada masa kejayaan industri gula di Jawa, Yogyakarta memiliki peran penting dalam mensuplai produksi gula bagi pemerintah Hindia Belanda. Hingga tahun 1909, tercatat 18 pabrik gula pernah berdiri di Yogyakarta. Depresi ekonomi atau malaise pada tahun 1930 membuat sebagian besar pabrik gula di Yogyakarta pada masa itu bangkrut dan tidak mampu beroperasi kembali. Pabrik gula Tanjung Tirto merupakan salah satu pabrik gula yang masih beroperasi menghadapi dampak depresi ekonomi tersebut. Pergantian masa kependudukan dari Belanda ke Jepang turut mempengaruhi eksistensi pabrik gula Tanjung Tirto hingga terjadinya perubahan fungsi yang terjadi saat ini. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tata ruang dan dinamika yang terjadi pabrik gula Tanjung Tirto. Metode yang digunakan pada penilitian ini bersifat desktiptif yaitu memberikan gambaran data arkeologi yang ditemukan, baik dalam kerangka waktu, bentuk, maupun keruangan serta mengungkapkan hubungan diantara berbagai variabel penelitian. Metode penalaran yang digunakan bersifat induktif yaitu penelitian yang berdasarkan pengamatan yang bergerak dari fakta-fakta atau gejala-gejala yang bersifat khusus sampai dengan penyimpulan, sehingga terbentuk generalisasi empirik. Hasil Penelitian ini menunjukkan pabrik gula Tanjung Tirto terdiri dari komponen bangunan-bangunan yang saling terhubung dan disusun berdasarkan pertimbangan tertentu. Berdasarkan keletakannya kompleks pabrik dibagi menjadi kompleks bangunan inti dan kompleks perumahan pegawai. Kompleks inti pabrik tersusun berpola memusat (konsentris). Pola memusat tersebut didasari oleh faktor fungsional. Pola berbeda ditunjukkan di kompleks perumahan pegawai. Kompleks ini terbagi menjadi 3 perumahan yaitu perumahan pegawai staf tinggi, perumahan staf menengah, dan perumahan pegawai staf rendah. Pengelompokan perumahan pegawai ini didasarkan atas struktural jabatan pabrik gula Tanjung Tirto. Selain itu, dalam kurun waktu 1920 hingga 1944 pabrik gula Tanjung Tirto mengalami perkembangan kompleks tata ruang. Dinamika yang terjadi di pabrik gula Tanjung Tirto ini disebabkan oleh dampak dari kebijakan politik yang diterapkan Pemerintah Hindia Belanda dan Jepang serta faktor ekonomi yang berkembang pada saat itu.

Abstract Spatial and Development of Tanjung Tirto Sugar Factory in 1920-1944, Subdistrict Berbah, District Sleman Author : Oktavian Ardana Putra Graduation Year : 2018 Supervisor : Dr. Niken Wirasanti, M.Si. In the golden age of sugar industry in Java, Yogyakarta had important role on supplying sugar production for Dutch East Indies government. Economic depression or malaise in the 1930 cause most of the sugar factory in Yogyakarta gone bankruptcy and unable to operate. Tanjung Tirto sugar factory is one of many factory which still running in the face of economic depression. The authority changes from Dutch to Japan affecting the existence of Tanjung Tirto which cause current functional changes. This study was conducted in order to reveal spatial and dynamics of Tanjung Tirto sugar factory. This study use descriptive method, in order to provide overview of archaeological data which found in both time frames, forms, spatial and discloses relationships among various research variables. The reasoning method used is inductive, in another word, the research based on observations that move from facts or phenomenon that are peculiar to the conclusion, thus forming empirical generalizations. The results of this study indicate that the Tanjung Tirto sugar factory consists of components of interconnected buildings and are arranged based on certain considerations. Based on the layout, factory complex is divided into complex of core building and employees housing complex. The factory core complex is arranged in concentric pattern. The concentric pattern is based on functional factors. Different patterns are shown in the employees housing complex. The complex is divided into 3 housing areas, housing of high position official, medium position official housing, and low position official housing. This housing grouping is based on the structural position of the Tanjung Tirto sugar factory employees. In addition, within the period of 1920 to 1944 the Tanjung Tirto sugar factory undergone a spatial development. The dynamics occurring in the Tanjung Tirto sugar factory is due to the impact of the political policies adopted by the Dutch East Indies Government and Japan, as well as the economic factors that developed at the time.

Kata Kunci : Pabrik gula, tata ruang, perkembangan, industri gula

  1. S1-2018-312401-abstract.pdf  
  2. S1-2018-312401-bibliography.pdf  
  3. S1-2018-312401-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2018-312401-title.pdf