Laporkan Masalah

RESIPROSITAS DALAM TRADISI NYUMBANG : Studi Kasus Ibu Rumah Tangga Ekonomi Menengah ke Bawah di Perkotaan

QOSWAN INDRAPRASTANTI PRAMUDIAN N, Dr. Pande Made Kutanegara, M.Si.

2018 | Skripsi | S1 ANTROPOLOGI BUDAYA

Tradisi nyumbang yang umum kita kenal merupakan bagian dari sebuah praktik resiprositas. Resiprositas adalah sebuah aktivitas pertukaran yang mengandung unsur timbal-balik antarpelakunya, baik itu individu maupun kelompok. Faktor timbal-balik yang berlaku pada tradisi nyumbang tersebutlah yang kemudian menjadi dasar atas masih kentalnya nilai resiprokal pada berbagai jenis sumbangan yang selama ini dilakukan. Perempuan sebagai salah satu subjek yang turut pula aktif dalam tradisi nyumbang adalah pihak yang berurusan langsung terhadap segala hal yang terkait dengan pernak-pernik sumbangan. Rangkaian proses penyusunan penelitian terkait permasalahan berikut diperoleh melalui sudut pandang lima ibu rumah tangga dari kelas ekonomi menengah ke bawah yang ada di Kota Magelang, Jawa Tengah. Proses penelitian dimulai dari Oktober 2016 hingga awal 2017. Metode yang digunakan yakni observasi partisapasi dan berfokus pada bagaimana mereka menjalankan kesehariannya hingga pola pengelolaan ekonomi seperti apakah yang digunakan untuk bertahan hidup. Hal tersebut ditujukan untuk melihat posisi perempuan sebagai agen penting dalam rumah tangga serta kaitannya dengan peran mereka dalam membangun dan menjaga relasi sosialnya. Adapun berbagai strategi yang biasa diterapkan yaitu mencari penghasilan tambahan, menabung, mencari hutang, hingga berpegang teguh pada konsep rezeki yang selama ini mereka yakini. Pendekatan secara personal memungkinkan penelitian ini untuk melihat pengalaman setiap ibu rumah tangga sebagai sebuah rangkaian cerita yang khas. Kedudukan perempuan pada masyarakat Jawa menempatkan mereka sebagai sosok yang bertugas mengatur segala urusan domestik termasuk di antaranya adalah pengelolaan keuangan rumah tangga. Tidak heran jika bagi beberapa rumah tangga, keterbatasan pemasukan menjadi salah satu hal yang cukup menyulitkan untuk turut berpartisipasi dalam tradisi nyumbang. Kini uang dianggap sebagai media sumbangan yang jauh lebih praktis daripada barang apalagi jasa, seperti yang ada pada tradisi rewang. Kenyataan tersebut memberikan tekanan tersendiri bagi mereka untuk menentukan nominal yang harus disumbangkan. Secara garis besar studi kasus dalam penelitian ini menunjukkan bahwa menarik diri dari segala bentuk tradisi nyumbang hanya akan memojokkan mereka secara sosial. Bagaimanapun juga tradisi nyumbang merupakan sebuah fasilitas kultural yang mampu memberikan kenyamanan sosial lantaran menjadi perlambang bahwa mereka peduli dengan lingkungan sekitar. Akan tetapi, sekalinya mereka memutuskan untuk tidak terlibat maka di saat itu pulalah akan ada konsekuensi sosial yang harus dihadapi. Padahal lingkungan sekitarlah yang nantinya justru sangat dibutuhkan untuk membantu mereka ketika sedang berada dalam kesulitan.

The tradition of nyumbang is an example of reciprocity in Indonesia. Reciprocity is an exchange activity that contains reciprocal elements between its participants, whether individuals or groups. Reciprocal factors that apply to the nyumbang are the basis reasons of why this tradition still has a big values and impacts for the community. Women as one of the subjects who also participate actively in the tradition of nyumbang had to deal with all things related to any forms of sumbangan (donation). Therefore, this study tend to place households as the main variable to understand the poor how they managed the crises. This approach allows us to assess poor housewives in viewing their involvement in the tradition of nyumbang. This research took place about four months from October of 2016 up to early 2017 in Kota Magelang, Central Java with the help of five housewives from middle-lower class. Starting from how they run the household up to what kind of solutions they made to survive financially. Each of them had their own know-how to cover the imbalance between income and expenditure. There are various kinds of strategies they used to do such as looking for side jobs they could afford, savings, debts, and also believe in the concept of rezeki. Javanese places women as a figure who is in charge of managing all the domestic affairs including household finance. No wonder that some poor households put nyumbang as an activity that is quite difficult to participate. It is all because they have limited income to begin with. These days, money is considered as an effective media that is more practical than goods and services such as tradition of rewang. It gives pressure for certain parties to determine the nominal that would be donated. In the other hand, they truly understand and aware of the consequences from not participating in this tradition. However, nyumbang is a cultural facility that is able to provide social comfort and also a symbol of caring within community. Once they decide not to get involved then there would be social consequences that must be faced. They might be socially discredited by neighborhood. In fact, their neighboor would be the one who help them while they are in trouble though.

Kata Kunci : resiprositas, tradisi nyumbang, rumah-tangga, perempuan, solidaritas sosial / reciprocity, nyumbang, household, women, social solidarity

  1. S1-2018-311739-abstract.pdf  
  2. S1-2018-311739-bibliography.pdf  
  3. S1-2018-311739-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2018-311739-title.pdf