Laporkan Masalah

PADI DALAM PANDANGAN MASYARAKAT SASAK-LOMBOK: KAJIAN LINGUISTIK ANTROPOLOGIS

SAHARUDIN, Dr. Suhandano, M.A.; Prof. Dr. Marsono, S.U.

2018 | Disertasi | DOKTOR ILMU-ILMU HUMANIORA

Padi dalam pandangan masyarakat modern biasanya dianggap dan dipahami sebagai sumber makanan pokok dan entitas fisik semata. Implikasinya padi hanya dikaji dengan pendekatan inderawi saja seperti yang dilakukan oleh ilmu biologi modern. Sementara itu, dalam masyarakat tradisional (seperti sebagian masyarakat Sasak agraris), padi adalah budaya material yang sangat penting sehingga diperlakukan sebagai tumbuhan yang istimewa. Keistimewaan padi ini terepresentasikan melalui kompleksitas bahasa yang melabelinya. Oleh karena itu, tujuan utama studi ini adalah mendeskripsikan sistem klasifikasi kebahasaan tentang padi (pare) pada penutur bahasa Sasak-Lombok dan pandangan budaya yang terkandung di dalam klasifikasi kebahasaan tersebut. Untuk tujuan tersebut, langkah pertama yang dilakukan adalah inventarisasi satuan-satuan kebahasaan untuk leksikon pare dan beragam peristiwa budaya yang berkaitan dengannya. Langkah kedua adalah penganalisisan terhadap satuan-satuan kebahasaan etnobotani tumbuhan padi. Sesuai paradigma etnosains, pada tahap analisis ini dimulai dari ranah semantik lalu ke penafsiran dengan metode etnohermeneutik. Dari segi bentuk satuan kebahasaan yang dipakai untuk melabeli leksikon pare, penutur bahasa Sasak banyak menggunakan bentuk leksem kesatuan sederhana, leksem kesatuan kompleks, leksem gabungan, sinonimi, dan metafora. Satuan-satuan kebahasaan tersebut terdapat dalam hubungan leksikon pare dengan penyemaian, penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, jenis-jenis padi, hasil pemrosesan, hingga fungsi kulturalnya. Analisis sistem klasifikasi taksonomi padi menguatkan teori Berlin (1992), yakni dalam kasus budaya suku bangsa tertentu, setelah taksa kategori generik akan muncul taksa kategori subgenerik (yang bisa dibuktikan secara linguistik, semantik, dan taksonomi). Taksa subgenerik (dari taksa generik pare) ada dua, yakni pare jamaq dan reket. Taksa subgenerik pare jamaq membawahi 16 taksa spesifik dan 15 taksa varietal; sedangkan taksa subgenerik reket membawahi 9 taksa spesifik dan 2 taksa varietal. Selanjutnya, tata nama yang digunakan dalam klasifikasi taksonomi padi dalam bahasa Sasak secara umum sesuai dengan teori nomenclature etnobiologi yang disampaikan Berlin dkk. (1973) dan Berlin (1992). Namun, pada kasus taksa kategori subgenerik, penutur bahasa Sasak membuat penamaan dengan pola tertentu karena alasan tertentu. Untuk klasifikasi fungsional, studi ini menemukan bahwa klasifikasi padi erat kaitannya dengan fungsi padi sebagai penghasil bahan makanan pokok; fungsi keperluan ritual-magis dan kosmetik; serta fungsi sosial-keagamaan (fungsi kebajikan). Sementara itu, pandangan budaya yang terkandung dalam beragam klasifikasi kebahasaan leksikon pare pada penutur bahasa Sasak-Lombok adalah kesadaran berke-Tuhan-an melalui kesadaran kosmos yang termanifestasikan dalam konsep pemole (pemulian), pare pemon (padi penanda), pare buyuq (induk padi), pare beaq (padi merah), pare puteq (padi putih), dan pare bireng (padi hitam).

Modern people typically regard on and value rice as a mere physical entity. Consequently, rice is only examined using sensory approach based on modern biological science. In the meantime, for a traditional society (like most agricultural Sasak society), rice is such an important material culture that it is treated as a special seedling. The distinctiveness of rice in this society is represented through the complexity of expression that classifies it. Therefore, the main objective of this study is to describe language classification system about rice (pare) in Sasak-Lombok language speaker and cultural view embedded in the classification. For that aim, the first step was to conduct inventory of language units for pare lexicon and a range of cultural events related to them. The second step was to analyze the ethnobotany language units of rice plant. In accordance with the ethnoscience perspective, this step of analysis was set out of semantic field and continued with interpretation based on ethnohermeneutic method. As of its form of language unit employed to label the pare lexicon, Sasak speakers use a lot of simple unitary lexemes, complex unitary lexemes, composite lexemes, synonymy, and metaphor. Those linguistic units are included in the relation between pare lexicon with seeding, field grounding, planting, cultivating, harvesting, rice species, processing result, and cultural function. Analysis on taxonomy classification system of rice confirms Berlin theory (1992), that in the case of the culture of certain ethnic group, generic taxa will be followed by subgeneric taxa (which can be attested linguistically, semantically, and taxonomically). There are two kinds of subgeneric taxa (from pare generic taxa), namely pare jamaq and reket. Under the subgeneric taxa pare jamaq there are 16 specific taxa and 15 varietal taxa; on the other hand under the subgeneric taxa reket there are 9 specific taxa and 2 varietal taxa. Further, in general, labeling procedure applied in Sasak language corresponds with ethnobiology nomenclature theory by Berlin et.al (1973) and Berlin (1992). Nevertheless, in the case of subgeneric taxa, Sasak speakers created their own way of naming with certain pattern for particular reasons. For functional classification, this study discovered that rice classification is closely related to the function of rice as producer of staple food; the function for magical-ritual necessity and cosmetics; and social-religious function (the function of righteousness). Meanwhile, cultural view embedded in various classification of pare lexicon in Sasak-Lombok language is the awareness of believing in God through the awareness of cosmos which is manifested in the concepts of pemole (refinement), pare pemon (rice marker), pare buyuq (mother rice), pare beaq (red rice), pare puteq (white rice), and pare bireng (black rice).

Kata Kunci : leksikon pare, klasifikasi kebahasaan, pandangan budaya / pare lexicon, linguistic classification, cultural view

  1. S3-2018-351468-abstract.pdf  
  2. S3-2018-351468-bibliography.pdf  
  3. S3-2018-351468-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2018-351468-title.pdf