Laporkan Masalah

PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP KADAR KORTISOL SALIVA SEBAGAI BIOMARKER STRES PADA ANAK DENGAN LEUKEMIA YANG MENDAPATKAN TINDAKAN PEMASANGAN INFUS DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA

IDYATUL HASANAH, Dr. dr. Sri Mulatsih, MPH., Sp.A(K); Dr. Fitri Haryanti, S.Kp., M.Kes

2018 | Tesis | MAGISTER KEPERAWATAN

INTISARI Latar belakang: Tindakan pemasangan infus seringkali dapat menyebabkan kondisi stres yang mengakibatkan perubahan neurohormoal salah satunya adalah peningkatan kadar kortisol. Terapi komplementer diperlukan untuk mengatasi peningkatan hormon kortisol, salah satunya adalah dengan memberikan terapi musik. Tujuan: Menguji pengaruh terapi musik terhadap kadar kortisol saliva sebagai biomarker stres pada anak dengan leukemia yang mendapatkan tindakan pemasangan infus di RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta. Metode: Jenis Penelitian yang digunakan adalah pre eksperimental dengan rancangan the one group pre-test and post-test design. Sampel penelitian sebanyak 30 anak dengan tekhnik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Kriteria sampelnya yaitu anak leukemia yang sedang mendapatkan tindakan pemasangan infus, berumur 6-18 tahun, tidak mengalami gangguan pendengaran, memiliki kesukaan terhadap musik dan tidak makan minum 30 menit sebelum pengambilan sampel saliva. Instrumen penelitian variabel kadar kortisol saliva menggunakan Cortisol free in saliva ELISA DES6611 96 wells. Analisis data untuk menguji pengaruh terapi musik terhadap kadar kortisol menggunakan uji Wilcoxon test. Perubahan kadar kortisol dianggap bermakna secara klinis jika terdapat perbedaan >0,05 ng/ml. Hasil: Kadar kortisol sebelum dan setelah terapi musik memiliki nilai median (min-max) sebesar 4,14 (0,25-9,89) dan 3,47 (0,16-15,31). Selisih median sebesar 0,67 ng/ml. Perubahan ini >0,05 yang berarti bahwa secara klinis terapi musik berpengaruh terhadap kadar kortisol. Secara statistik tidak ada pengaruh terapi musik terhadap kadar kortisol saliva (p =0,99, p >0,05). Walaupun terapi musik tidak berpengaruh terhadap kadar kortisol secara statistik, namun penelitian ini menunjukkan bahwa secara klinis terapi musik berpengaruh dalam menurunkan kadar kortisol.

ABSTRACT Background: The IV-line insertion procedure can often lead to stressful conditions that can lead to increase in cortisol. Complementary therapy is needed to overcome the increase of cortisol and one of them is by providing music therapy. Objective: To test the effect of music therapy on salivary cortisol level as a stress biomarker in children with leukemia undergoing IV-line insertion. Method: This research is a pre-experimental study with one group of pre-test and post-test design. The number of research samples is 30 children. The instrument used to measure salivary cortisol levels was "Cortisol free in saliva ELISA DES6611 96 wells." Wilcoxon test was used to test the effect of music therapy on cortisol levels. Changes in cortisol levels were considered clinically significant if the differences were >0.05 ng/ml. Finding: Levels of cortisol before and after music therapy had a Median (min-max) of 4.14 (0.25-9.89) and 3.47 (0.16-15.31). The median difference of 0.67 ng/ml. This changes >0.05, which means that music therapy has a clinical effect on cortisol levels. Statistically, the music therapy has no effect on salivary cortisol levels (p=0.99, p>0.05). Although music therapy statistically has no effect on cortisol levels, this study showed the clinical effect of music therapy in reducing cortisol level.

Kata Kunci : Leukemia, music therapy, IV-line insertion, salivary cortisol levels.