PENGARUH PEMBERIAN ANTIKOAGULAN TERHADAP INFEKSI VIRUS DENGUE PADA NYAMUK Aedes aegypti DI INSEKTARIUM

RAHMA TRIYANA Y, Dr. drh. Sitti Rahmah Umniyati, S. U.; Dr. Budi Mulyaningsih, M.S., Apt.

2018 | Tesis | MAGISTER ILMU BIOMEDIK

Latar belakang. Nyamuk Ae. aegypti merupakan vektor utama virus dengue yang menyebabkan virus tumbuh dan berkembang dengan baik. Metoda Artificial Membrane Feeding (AMF) merupakan metoda penularan virus dengue secara tidak langsung dalam tubuh nyamuk Ae. aegypti. Metoda ini menggunakan pakan darah berantikoagulan dan virus DEN-3 di insektarium. Antikoagulan berfungsi memperlambat terjadinya penjendalan darah untuk pakan nyamuk Ae. aegypti. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan perbedaan pengaruh pemberian antikoagulan EDTA dan heparin terhadap persentase nyamuk Ae.aegypti yang mampu menghisap darah sampai kenyang darah, persentase mortalitas nyamuk setelah terinfeksi virus DEN-3 per oral melalui metoda AMF pada masa inkubasi 6 dan 12 hari, menentukan Positive Infection Rate virus DEN3 dengan pemeriksaan Imunositokimia SBPC serta menentukan nilai Minimum Infection Rate (MIR) virus DEN-3 dengan pemeriksaan one-step PCR dan nested PCR. Metode. Rancangan penelitian ini adalah eksperimental. Nyamuk Ae.aegypti diinfeksikan menggunakan darah berantikoagulan yang mengandung virus DEN-3 secara per oral sebagai sampel infeksius. Kontrol negatif menggunakan nyamuk Culex Sp dan kontrol positif menggunakan nyamuk Ae.aegypti dewasa yang diinfeksi virus DEN-3 secara injeksi. Pendeteksian virus DEN-3 pada tubuh nyamuk Ae.aegypti melalui pemeriksaan Imunsitokimia SBPC, one-step PCR dan nested PCR. Hasil. Antikoagulan EDTA (45%) lebih baik dibandingkan heparin (31%) terhadap persentase nyamuk Ae. aegypti yang mampu menghisap darah sampai kenyang darah setelah diinfeksi virus DEN-3 per oral melalui metoda AMF (p=0,002). Positive Infection Rate nyamuk Ae.aegypti dengan pemberian antikoagulan EDTA (23,20%) lebih baik dibandingkan heparin (17,80%) melalui pemeriksaan Imunositokimia SBPC. Antikoagulan EDTA dan heparin tidak mempengaruhi persentase mortalitas nyamuk Ae.aegypti yang terinfeksi virus DEN-3 per oral melalui metoda AMF pada masa inkubasi 6 hari (p=0,382) dan 12 hari (p=0,278). Nilai Minimum Infection Rate (MIR) adalah nol, artinya tidak terdeteksi virus DEN-3 yang menggunakan antikoagulan EDTA dan heparin melalui pemeriksaan one-step PCR dan nested PCR. Kesimpulan. Antikoagulan EDTA lebih baik dibandingkan heparin terhadap infeksi virus DEN-3 dalam tubuh nyamuk Ae.aegypti yang diberi pakan darah manusia secara per oral melalui metoda AMF.

Background. Aedes aegypti is the main vector of dengue virus. Artificial Membrane Feeding (AMF) assay is a method of indirectly transmitting dengue virus in Ae.aegypti. This method uses blood-coagulanted and DEN-3 virus in insectarium. Anticoagulants function to slow the occurrence of the blood sprinkling for Ae.aegypti mosquito fed. Objectives. The aim of this study was determine the difference of anticoagulant effect of EDTA and heparin on the percentage of Ae.aegypti which is capable of sucking blood to full blood, and the percentage of mosquito mortality after DEN-3 virus infected via AMF method in the incubation period of 6 and 12 days. It also determines Positive Infection Rate of DEN-3 virus with SBPC immunocytochemical examination. The last, it determines Minimum Infection Rate (MIR) of DEN-3 virus with one-step PCR and nested PCR examination. Methods. This study was experimental. Aedes aegypti mosquitoes were infected using antistatic blood containing per oral virus DEN-3 as infectious samples and for negative control using Culex sp. Positive control using Ae.aegypti infected by DEN-3 virus by injection. Immunocytochemical assay, one-step and nested PCR are used to detect the DEN-3 virus in Ae.aegypti . Results. EDTA anticoagulant (45%) was better than heparin (31%) to the percentage of Ae.aegypti which is capable of sucking blood until satiated after infected with DEN-3 virus via oral AMF method (p=0.002). Positive Infection Rate of Ae. aegypti with anticoagulant EDTA (23.20%) was better than heparin (17.80%) with SBPC Immunocytochemical assay. The anticoagulant EDTA and heparin did not influence the percentage mortality of Ae.aegypti infected with DEN-3 virus via oral AMF method at incubation period of 6 days (p=0,382) and 12 days (p=0,278). The Minimum Infection Rate (MIR) value was zero which proved that there was no DEN-3 virus infection in the Ae.egypti had used anticoagulant EDTA and anticoagulant heparin with one-step and nested PCR examination. Conclusions. EDTA anticoagulant is better than anticoagulant heparin against DEN-3 virus infection in Ae.aegypti fed via oral the AMF method.

Kata Kunci : EDTA, heparin, AMF, blood feeding, Ae. aegypti, heparin, AMF, blood feeding, Ae. aegypti