Laporkan Masalah

DIPLOMASI PUBLIK INDONESIA TERHADAP MALAYSIA: MEMBANGUN KESEPAHAMAN DAN MEMELIHARA RELASI DALAM KESERUMPUNAN

IVA RACHMAWATI, Prof. DR. Mohtar Mas'oed

2018 | Disertasi | DOKTOR ILMU POLITIK

Diplomasi publik Indonesia terhadap Malaysia dipraktikkan sebagai upaya baik oleh negara maupun aktor non negara untuk membangun kesepahaman dan memelihara relasi bilateral melalui identitas budaya/keserumpunan. Aktor non negara memiliki peran penting dalam bagaimana diplomasi publik Indonesia terhadap Malaysia diselenggarakan. Meski tidak bergerak secara sengaja dalam desain sebuah diplomasi publik, namun aktor non negara mampu menyelenggarakan fungsi diplomasi publik secara mandiri di luar kuasa negara. Sejumlah aktor non negara yang ditemukan dalam disertasi ini menunjukkan bahwa mereka menyelenggarakan fungsi sebagai jembatan komunikasi dalam memelihara relasi, mediator dalam menjembatani persoalan yang muncul bahkan mampu mendesakkan kebijakan negara demi relasi yang lebih positif. Dengan demikian, aktor non negara bukan lagi subyek yang pasif dalam diplomasi publik melainkan subyek mandiri yang mampu memainkan peran penting dalam diplomasi publik. Peran besar aktor non negara dapat ditemukan dalam tiga isu bilateral utama Indonesia-Malaysia dalam disertasi ini, yaitu isu perbatasan, isu klaim budaya dan isu tenaga kerja migran. Baik negara maupun aktor non negara dalam diplomasi publik Indonesia terhadap Malaysia masih bergerak dalam bingkai Keserumpunan. Ide Keserumpunan yang mengikat kedua negara bermakna bangsa yang satu juga memiliki makna hubungan yang asimetris (abang-adik) pada awalnya. Perubahan konteks sosial ekonomi Malaysia mendorong perubahan dalam bagaimana Malaysia memandang dirinya dan hubungan bilateralnya dengan Indonesia. Hubungan asimetris tidak lagi nampak relevan bagi Malaysia karena perubahan kondisi sosial ekonominya. Namun demikian, perubahan sikap Malaysia yang cenderung agresif dan tidak lagi bersedia mengamalkan �self induced subordination� tersebut tidak merubah dalam bagaimana Indonesia memelihara relasinya. Kepercayaan sebagai bangsa Serumpun masih dipelihara melalui sikap toleran dan kerjasama dalam isu internasional yang baru, terorisme. Metode kualitatif yang dipergunakan dalam riset ini menunjukkan bahwa aktifitas yang dilakukan oleh aktor non negara merujuk pada tujuan yang sama yaitu memelihara relasi bilateral dengan menumbuhkan saling kesepahaman dan persepsi positif. Dampak dari aktifitas tersebut pun cukup signifikan dalam memengaruhi kebijakan negara dan relasi bilateral.

Indonesian public diplomacy toward Malaysia has been brought about either by the state or non-state actors in order to build understanding and nurture bilateral relation through cultural identity of Malay kinship. Non-state actors play a major role in how Indonesian public diplomacy toward Malaysia is implemented. Even non-state actors do not coincidentally work on the design of public diplomacy, they are able to implement the function of public diplomacy independently beyond the state. A number of non-state actors found in the thesis indicate that they serve as a communication bridge in sustaining relation and mediators in bridging emerging issues. They are even able to prompt state policy for a more positive relation. Thus non state actors are no longer passive subjects in the public diplomacy, but an independent subject able to play an important role in the public diplomacy. The major role of on-state actors can be found in three main bilateral issues between Indonesia-Malaysia in the doctoral thesis, namely border issue, culture claim issue and migrant worker issue. Either state or non-state actors in the Indonesian public diplomacy toward Malaysia still stay in the frame of Malay kinship. The idea of kinship that ties the two countries into a meaning of the same people initially had an asymmetrical (older and younger brothers). The change of Malaysian socio-economy context accelerates changes in how it sees itself and its bilateral relation with Indonesia. Asymmetrical relation no longer looks relevant for Malaysia’s socio-economy change. Nevertheless how Malaysia changes its attitude into being more aggressive and no longer ready to practice self-induced subordination does not change how Indonesia maintains its relation with Malaysia. Trust as one kin nation is still maintained through tolerance and collaboration in a new international issue, terrorism. The qualitative method used in the research indicates that activities carried out by non-state actors refers to the same purpose of maintaining bilateral relation by nurturing reciprocal understanding and positive perception. The impact of the action seems significant in influencing state policies and bilateral relation.

Kata Kunci : Public Diplomacy, Non-State Actors, Kinship, Mutual Understanding, Bilateral Relations

  1. S3-2018-337877-abstract.pdf  
  2. S3-2018-337877-bibliography.pdf  
  3. S3-2018-337877-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2018-337877-title.pdf