PENGARUH JAMBE (Areca catechu Linn) DAN BINAHONG (Anredera cordifolia) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI DUODENUM PADA ASKARIASIS AYAM BURAS

HON,SENG YUE, Prof. Drh. Kurniasih, MV. Sc., Ph. D.

2018 | Skripsi | S1 KEDOKTERAN HEWAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efek pemberian jambe dan binahong pada ayam buras yang mengalami askariasis. Sebanyak 20 ekor ayam umur 2-3 bulan dibagi menjadi empat kelompok. Keempat kelompok tersebut adalah kelompok A (jambe 0,005 G + binahong 0,005 G), kelompok B (jambe 0,01 G), kelompok C (jambe 0,005 G + binahong 0,0125 G) dan kelompok D hanya diberi air (tanpa jambe & binahong). Ayam dipelihara selama 4 hari untuk adaptasi dan 9 hari untuk perlakuan. Obat ditimbang dengan timbangan dan dicampur dengan air 14ml, lalu diberikan secara peroral pada ayam. Pada hari ke 10, ayam diperiksa fesesnya kalau masih ada telur nematoda atau tidak. Selepas itu, ayam disembelih dengan memotong ketiga saluran pernafasan, pencernaan dan pembuluh darah (vena jugularis dan arteri carotid communis). Sampel organ duodenum diambil 1x1cm dan disimpan dalam larutan formalin 10% untuk dibuat preparat histopatologi. Sisa organ duodenum dibuka dan diperiksa kalau masih ada cacing. Preparat histopatologi duodenum diamati di bawah mikroskop. Hasil penelitian menunjukkan pengobatan menggunakan jambe mengurangi jumlah telur cacing per gram tinja, mengurangi cacing Ascaridia galli dalam gambaran histopatologi duodenum dan hanya cacing cestoda yang terdeteksi. Pengobatan menggunakan jambe dan binahong dosis tinggi mengurangi telur cacing per gram tinja tetapi hanya cacing cestoda yang terdeteksi. Pada gambaran histopatologi duodenum yang diberikan jambe dan binahong dengan dosis rendah pula menunjukkan peningkatan telur cacing per gram tinja dan terdapat potongan cacing nematoda.

This study aims to determine the effect of ascariasis treatment with areca nuts and binahong on the histopathology of duodenum. A total of 20 chickens aged 2-3 months were divided into four groups. The four groups are group A (areca nuts 0,005 G + binahong 0.005 G), group B (areca nuts 0,01 G), group C (areca nuts 0,005 G + binahong 0,0125 G) and group D only given water (without areca nuts & binahong). Chickens are kept for 4 days for adaptation and 9 days for treatment. The medicine is weighed with a scale and mixed with 14ml water, then administered orally on the chicken. All chickens are kept for 4 days for adaptation and 9 days for treatment. On the 10th day, the feces of chickens are checked if there are still nematode eggs or not. After that, the chicken is slaughtered by cutting the three channels. The respiratory tracts, digestion tract and the blood vessels (jugular vein and common carotid artery). and necropsy is done. The duodenal sample of the organ was taken 1x1cm and stored in 10% formaldehyde solution to make histopathologic preparations. The rest of the duodenal organs are opened and examined if there are still any worms present. The duodenal histopathology preparations are observed under a microscope. The results showed that areca nuts treatment reduced the amount of worm eggs per gram of feces, reduced the Ascaridia galli worms in the duodenal histopathology picture and only cestoda worms are detected. Treatment using areca nuts and binahong with higher dosage show only cestoda worm and it reduced the eggs per gram of feces. The duodenal histopathological features of those given low dosage of areca nuts and binahong show the presence of nematode worms, and the increase of the eggs per gram of feces.

Kata Kunci : Jambe, binahong, askariasis, duodenum, histopatologi