Geng dan Kekerasan: Konformitas dalam Fenomena Klithih di Yogyakarta
AGITIA KURNIATI A, Koentjoro, Prof. Drs., MBSc., PhD., Psikolog
2018 | Tesis | S2 PsikologiKlithih, yang dalam bahasa Jawa bermakna mencari-cari atau mondar-mandir, kemudian diasosiasikan dengan aksi kekerasan antar pelajar di Yogyakarta. Pelajar-pelajar ini diketahui tergabung di dalam keanggotaan geng sekolah. Perwujudan keseragaman perilaku anggota geng dalam melakukan aksi klithih dikenal dengan peristiwa konformitas. Maka dari itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengalaman konformitas yang dialami oleh anggota geng. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Peneliti melakukan pengambilan data dengan menggunakan wawancara semi terstruktur kepada tujuh orang yang menjadi sumber data di dalam penelitian. Sumber data tersebut terdiri dari subjek utama, informan tau, informan pelaku, dan informan ahli. Subjek utama merupakan remaja laki-laki yang berasal dari dua geng yang berbeda. Mereka diketahui telah menjadi anggota geng selama lebih dari satu tahun. Informan penelitian merupakan orang-orang yang mengetahui dan dekat dengan lingkungan pertemanan di dalam geng. Pengujian kredibilitas penelitian menggunakan triangulasi sumber data dan waktu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konformitas dalam konteks geng merupakan implikasi dari adanya pengaruh identitas geng terhadap individu. Konformitas tipe acceptance, yang mewajarkan aksi klithih, dilakukan sebagai upaya untuk mempertahankan solidaritas dan harga diri geng di mata geng lain. Lebih jauh dari itu, konformitas anggota geng merupakan suatu perwujudan internalisasi norma kelompok. Hal itu diperkuat dengan keyakinan bahwa anggota geng dianggap mampu memberikan sense of belonging pada mereka yang memiliki kondisi kerentanan tertentu. Kondisi kerentanan dapat berasal dari pandangan terhadap perhatian orang tua, nilai akademis, institusi sekolah, atau internalisasi nilai-nilai yang diyakini oleh anggota geng.
Klithih, which means in Java is searching for something or walking for nothing, changed to describe violance among students. This students known later are member of a school gang. The manifestation of uniform behavior of gang members in performing klithih action is known as conformity. Therefore, this study was conducted to determine the experience of conformity experienced by gang members as an attempt to solve the problem klithih in Yogyakarta. This study used qualitative research with phenomenology approach. I used semi structured interview to seven people who became the source of data in the study. Data sources consist of main subject, informant know, informant offender, and expert informant. The main subject are teenage boys who came from two different gangs. They are known as a member of the gang for over a year. The research informants are people who knew and closed to the gang environment. Research credibility used triangulation of data resources and iteration of interview in different time. The results show that conformity in the context of gang is an implication of the influence of gang identity on individuals. The conformity of the acceptance type, which teaches the action of klithih, is done in an attempt to maintain the gang's solidarity and self-esteem in the eyes of other gangs. Furthermore, the conformity of gang members is not only intended to obey the seduction of gang members, but rather as an embodiment of internalization of group norms. This is reinforced by the belief that gangs are considered capable of providing a sense of belonging to those who have certain vulnerability conditions. The condition of vulnerability can stem from a view of parental concern, academic value, school institution, or internalization of values believed by gang members.
Kata Kunci : ta Geng, Klithih, Konformitas