Laporkan Masalah

Ideologi dan Nation Building di Asia Tenggara: Melihat Pengaruh Ideologi terhadap Nation Building dibawah Kepemimpinan Soeharto, Mahathir Mohamad, dan Lee Kuan Yew

MUHAMMAD HAFIZ NOER, R.B. Abdul Gaffar Karim, S.I.P., M.A.

2018 | Skripsi | S1 ILMU PEMERINTAHAN (POLITIK DAN PEMERINTAHAN)

Soeharto, Mahathir Mohamad, dan Lee Kuan Yew merupakan pemimpin negara yang memiliki keunikan dan kesamaan tersendiri dalam memimpin negaranya: Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Ketiganya sama-sama memiliki gaya kepemimpinan serta output pemerintahan yang terbilang sama. Gaya kepemimpinan yang otoriter serta pembangunan ekonomi sebagai output kepemimpinannya menjadi kesamaan yang dimiliki oleh ketiganya. Komposisi masyarakat yang multi-etnis juga menjadi ciri khas dari ketiga negara. Pengelolaan atas etnis atau bangsa yang majemuk tentu menjadi perhatian bagi ketiga pemimpin negara ini. Salah satu cara mengelola entitas etnis atau bangsa dalam suatu negara ini adalah nation building. Atas kesamaan masyarakat multi-etnis yang dimiliki, gaya kepemimpinan otoritarian, serta output pemerintahan pembangunan ekonomi yang diusung ketiga negara; penelitian ini ingin melihat ideologi sebagai faktor pendorong kebijakan-kebijakan pengelolaan masyarakat multi-etnis, yang melahirkan gaya kepemimpinan otoritarian dan output kebijakan yang developmentalis (pembangunan ekonomi). Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana ideologi dapat mempengaruhi nation building dan menghasilkan output otoritarianisme dan developmentalism dibawah kepemimpinan Soeharto, Mahathir Mohamad, dan Lee Kuan Yew? Penelitian ini menggunakan empat landasan konseptual. Pertama konsep nasionalisme Imperial Alchemy Anthony Reid (2010). Kebangkitan negara-bangsa di Asia Tenggara selepas kolonialisme barat memunculkan suatu bentuk kemagisan berupa imperial alchemy. Alchemy ini dapat berupa revolusioner atau dekolonisasi oleh imperium sebelumnya. Kedua, konsep ideologi Andrew Heywood (2003) yang menegaskan prasyarat pembentukan suatu ideologi yang dikontekstualisasikan dengan ide family-state oleh David Bourchier di Indonesia, ide Malayness di Malaysia, dan konfusianisme di Singapura. Terakhir konsep negara dan hegemoni oleh Antonio Gramsci yang melihat kelas elit politik menggencarkan kuasa dengan kepemimpinan dan paksaan. Penelitian ini membuktikan bahwa ideologi dapat mempengaruhi ketiga pemimpin negara dalam menentukan sikap dan kebijakan nation building, yang kemudian menghasilkan gaya kepemimpinan otoritarian dan kebijakan ekonomi developmentalis. Family-state�negara integralistik�organis�Soeharto di Indonesia, Malayness Mahathir Mohamad di Malaysia, dan Konfusianisme Lee Kuan Yew di Singapura memberikan dampak pada ketiga kebijakan tersebut.

Soeharto, Mahathir Mohamad, and Lee Kuan Yew were three state leaders who have shared uniqueness and resemblance in leading their countries respectively: Indonesia, Malaysia, and Singapore. The uniqueness and resemblance they shared altogether are the same type of leadership and government outputs. The leadership they brought was the authoritarian style of govern, yet economic development as government outputs. The multi-ethnic society they had is also one of the resemblances these three countries have. Hence, multi-ethnic management is also a part of concern from the three leaders. One of ethnic managements in the social and political discourse is nation building. Based on the multi-ethnic society they had, the authoritaritarian style of govern, and economic development as their output; this research would perceive ideology as a driven factor on multi-ethnic society policies, in which give birth to authoritarian governing style and economic development as the output of government. The research question of this study is: "how ideology could influence nation building and generates the output of authoritarianism and developmentalism under the leadership of Soeharto, Mahathir Mohamad, and Lee Kuan Yew? This study uses four conceptual frameworks. First the concept of nationalism in Southeast Asia by Anthony Reid called 'Imperial Alchemy' (2010). The rise of nation state in Southeast Asia after western colonialism brings out one alchemy in the form of 'Imperial Alchemy'. This alchemy has the shape of revolutionary or decolonization by the previous empire. Second is the concept of ideology by Andrew Heywood (2003) which stressing out the requirements of the making of an ideology, in which being contextualized with the idea of family-state by David Bourchier in Indonesia, the idea of Malayness in Malaysia, and confucianism in Singapore. The last concept is State and Hegemony by Antonio Gramsci who observes the class of political elites intensify power through leadership and coercion. This study proves that ideology has the influence in generating policies on nation building, in which resulting the authoritarianism and developmentalism. Family-state�integralistic state�organic�Soeharto in Indonesia, Malayness a la Mahathir Mohamad in Malaysia, and Confucianism a la Lee Kuan Yew in Singapore are resulting those three policies.

Kata Kunci : nation building, otoritarianisme, developmentalism, indonesia, malaysia, singapura

  1. S1-2018-364858-abstract.pdf  
  2. S1-2018-364858-bibliography.pdf  
  3. S1-2018-364858-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2018-364858-title.pdf