DARI POLITIE KE POLISI: KARAKTERISTIK KEPOLISIAN KOLONIAL MENUJU KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1930-1970

BAMBANG WIDYONARKO, Baha'uddin, S.S, M.Hum

2018 | Skripsi | S1 ILMU SEJARAH

Polisi Negara Republik Indonesia dipandang selalu memiliki citra yang negatif di masyarakat. Masalah kriminalitas, kriminalisasi, kekerasan menjadi hal yang identik dengan kepolisian. Karakteristik kepolisian yang dinilai kaku dan militeristik dikaitkan dengan sejarah. Kepolisian pada masa kolonial Hindia Belanda, dinilai sebagai alat politik yang efektif dan efisien bagi penguasa. Tahun 1930, merupakan puncak dari kekuasaan dan kekuatan polisi kolonial untuk mengontrol koloni. Negara Hindia Belanda saat itu bahkan mendapatkan julukan Politiestaat. Gegap gempita kemerdekaan diiringi juga dengan semangat dekolonisasi dan restrukturisasi kepolisian. Peralihan ini membangun bentuk organisasi kepolisian baru yang bercirikan republik. Namun pembentukan ini tidak disertai dengan perubahan fundamental tentang karakteristik kepolisian negara. Proses perubahan yang belum selesai ini membuat masalah bagi kepolisian di kemudian hari. Karakter militeristik dan struktur organisasi yang tak jauh bedanya dengan kepolisian kolonial, membuat kepolisian negara seperti melakukan pengulangan. Polisi pun terjebak menjadi alat politik penguasa. Doktrin Tata Tentrem Kerta Raharja seakan tidak ada bedanya dengan Veilgeheid, Rust en Orde. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai proses perubahan dari kepolisian kolonial menuju kepolisian negara. Penelitian ini menggunakan metode dalam penelitian sejarah. Sumber utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah arsip maupun koran serta didukung oleh wawancara. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa ada hal yang berubah dan ada hal yang masih diwariskan terutama karakteristik kepolisian dari masa kolonial ke masa republik.

The Indonesian National Police has always been seen with negative image by the society. Issues about criminality, criminalization and violence has become identical to the force. The strict and militaristic nature of the police force are linked with history. During the East-Indie colonial era, the police are considered to be an effective and efficient political tool by the rulers. The year 1930 marks the pinnacle of the colonial police force’s power and authority over the colony. Back then, the East-Indie was even called a Politiestaat. The outburst of Indonesia’s independence are also followed by a spirit of decolonization and restructuration of the police force. These transitions eventually built a new form of police force with a republic’s touch. However, a fundamental change regarding the nature of nation’s police force are not implemented in these new formation. This incomplete change would soon cause a lot of complications to the force. The militaristic nature and similar structure to the old Colonial police has made it seems like the National Police did a repetition. The force was again trapped, becoming a political tool for the rulers. The doctrines of Tata Tentrem Kerta Raharja almost seems the same as Veilgeheid, Rust en Orde. This research meant to give a depiction of the process of transition, from the colonial police to the national police. This research implemented the methods of historical research. Primary source used within this research were either archives or newspaper and also supported by interviews. The result of this research shows that there are aspects that changes while there are also aspects that were inherited, especially the characteristic of the police from the colonial era to the republic.

Kata Kunci : Kepolisian Kolonial, Kepolisian Negara, Karakteristik, Bentuk