Dimensi Ontologis Upacara Sekaten dan Perannya bagi Pelestarian Kebudayaan Masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta
SUPRIYO WIRA RAMDHAN, Dr. Murtiningsih
2018 | Tesis | S2 Ilmu FilsafatTesis ini berjudul "Dimensi Ontologis Upacara Sekaten dan Perannya bagi Pelestarian Kebudayaan Masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta". Penelitian ini bertujuan untuk memahami Upacara Sekaten secara filosofis, dimensi ontologi Upacara Sekaten, dan perannya bagi pelestarian kebudayaan masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian filosofis kualitatif mengenai permasalahan aktual melalui kajian kepustakaan dengan menggunakan pendekatan teori Ontologi Anton Bakker. Cara penelitian karya ilmiah ini dilakukan dengan inventarisasi data kepustakaan, identifikasi, dan mengklarifikasi data dari berbagai sumber pustaka yang didapat terkait tujuan penelitian. Data yang diperoleh dianalisa menggunakan metodologis hermeneutika filosofis. Adapun unsur metodis yang digunakan meliputi deskripsi, intepretasi, kesinambungan historis, dan refleksi kritis. Penelitian ini diharapkan dapat menawarkan solusi atas dimensi ontologi Upacara Sekaten dan perannya bagi pelestarian kebudayaan masyarakat DIY. Cara kerja ontologi diawali dengan analisa prinsip pertama dan hakekat Upacara Sekaten, selanjutnya menganalisa dimensi ontologi Upacara Sekaten, dan terakhir perannya bagi pelestarian kebudayaan masyarakat DIY. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa prinsip pertama Upacara Sekaten adalah gunungan, dan hakekatnya adalah Sultan sebagai perantara Tuhan dan rakyatnya. Upacara Sekaten bersifat bersifat Monisme Metafisik Sentris, karena berpangkal pada dunia nyata, dan menjadi fakta upacara religi adanya Tuhan sebagai pengada Yang Menciptakan, dan sebagai ide pokok Upacara Sekaten. Ontologi Upacara Sekaten berpegang pada prinsip azali yang banyak, dan tergambar dalam pandangan tentang makhluk Tuhan yang terdiri dari yang fisik dan non-fisik. Upacara Sekaten berdimensi statis-deterministik, dengan tujuan ultimanya Tuhan sebagai Pencipta. Norma ontologis transedental Sekaten adalah keselarasan dan keseimbangan antara kawula-Gusti, antara mikrokosmos dan makrokosmos. Monis idealis membuktikan bahwa Tuhan dan ciptaan sama, dan berbeda; Tuhan transenden dengan total disebut tan kena kinaya ngapa, dan imanen secara total disebut pamoring kawula Gusti. Ontologi Upacara Sekaten memiliki peran terhadap pelestarian kebudayaan masyarakat DIY diantaranya dalam menciptakan rasa guyub dan melestarikan kebudayaannya, seperti; gamelan Sekaten, peran panggung PMPS, dan lainnya. Pada akhirnya, Upacara Sekaten menjadi sarana manunggaling kawula Gusti; relasi Raja dengan rakyatnya, dan rakyat dengan Tuhannya. Kata Kunci : Prinsip Pertama, Monisme Metafisik Sentris, Manunggaling kawula Gusti, monis idealis.
This thesis entitled " Ontological Dimension of Sekaten Ceremony and Role for The Preservation of Cultural Community Special Region of Yogyakarta". This study aims to understand the ceremony Sekaten philosophically, the dimension of ontology Sekaten Ceremony, and its role for cultural preservation of the people of Yogyakarta Special Region. This research is a qualitative philosophical research on the actual problems through literature study using the ontology theory approach Anton Bakker. The way of scientific research is done by inventory of bibliographic data, identification, and clarify the data from various sources of libraries obtained related research objectives. The data obtained were analyzed using methodological philosophical hermeneutics. The methodical elements used include descriptions, interpretation, historical continuity, and critical reflection. This research is expected to offer solutions on the dimensions of Sekaten Ceremony ontology and its role for the preservation of DIY cultural society. The work of ontology begins with the first principle analysis and the nature of Sekaten Ceremony, then analyzes the ontology dimensions of Sekaten Ceremony, and finally Role for The Preservation of Cultural Community Special Region of Yogyakarta. The results of this study indicate that the first principle of Sekaten Ceremony is gunungan, and essentially the Sultan as an intermediary of God and his people. Sekaten ceremony is Metaphysical Sentris Monism, because it stems from the real world, and became a fact of religious ceremony of God as the inventor of Creating, and as the main idea of Sekaten Ceremony. Ontology of the Sekaten Ceremony adheres to the many azali principles, and is illustrated in the view of God's being composed of the physical and the non-physical. Sekaten Ceremony has static-deterministic dimension, with the ultimate goal of God as Creator. The transcendental ontological norm of Sekaten is the harmony and balance between the kawula-Gusti, between the microcosm and the macrocosm. Idealist monists prove that God and creation are the same, and different; The total transcendent God is called tan kena kinaya ngapa, and immanent is totally called pamoring kawula Gusti. Ontology Ceremony Sekaten has a role to preserve the culture of the DIY community such as in creating a sense of community and preserve his culture, such as; Sekaten gamelan, stage roles PMPS, and others. In the end, the Sekaten Ceremony becomes a means of manunggaling kawula Gusti; the King's relationship with his people, and the people with their God. Keywords: First Principle, Metaphysical Monism Sentris, Manunggaling kawula Gusti, idealist monist.
Kata Kunci : Prinsip Pertama, Monisme Metafisik Sentris, Manunggaling kawula Gusti, monis idealis.