Laporkan Masalah

Polarisasi Gerakan Anti TBC Muhammadiyah: Berlangsungnya Tradisi Rasulan. (Studi kasus: Perayaan Tradisi Rasulan di Kelurahan Playen, Kecamatan Playen, Gunungkidul)

FARROHAH HIKMATUL MUHIMMAH, Dr. Muhammad Supraja, S.Sos., SH., M.Si.

2018 | Skripsi | S1 SOSIOLOGI

ABSTRAK Muhammadiyah merupakan salah satu organisasi agama yang menjunjung purifikasi dalam tubuh Islam. Untuk mewujudkan kemurnian Islam, organisasi ini menggaungkan gerakan anti TBC (Tahayul, Bid'ah, Churofat). Misi tersebut yang kemudian membawa Muhammadiyah memberantas perayaan tradisi lokal. Berbagai Tradisi Jawa dianggap sebagai sesuatu yang Bid'ah. Pemberantasan TBC juga terjadi di salah satu daerah, yaitu Kelurahan Playen, Kecamatan Playen, Gunungkidul. Gerakan pemurnian Islam membawa masyarakat di Playen sudah tidak lagi mengakomodasi tradisi lokal seperti Tahlilan, Yasinan, Mitoni, Selapanan (tradisi yang berkaitan dengan siklus kehidupan dan kematian) karena dianggap tidak sesuai dengan manhaj Muhammadiyah. Namun hal serupa tidak terjadi pada Tradisi Rasulan yang justru semakin semarak setiap tahunnya. Masyarakat Muhammadiyah di Playen masih melangsungkan Tradisi Rasulan sebagai kearifan lokal yang dilangsungkan setiap tahunnya sebagai pertanda masa panen petani. Berangkat dari kontradisi gerakan TBC terhadap perayaan Tradisi Rasulan itulah penelitian ini berawal. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Yakni digunakan pendekatan studi kasus untuk menggambarkan model dan karakteristik masyarakat Muhammadiyah di Playen berdasarkan keterlibatan dalam Tradisi Rasulan dan bagaimana Tradisi Rasulan tersebut dapat diterima oleh masyarakat Muhammadiyah. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan pandangan Muhammadiyah terhadap tradisi lokal sehingga terbentuk kesepakatan tradisi lokal yang dapat diterima oleh gerakan ini, yaitu tidak mengkhususkan hari, tidak menggunakan sesaji, tidak berkaitan dengan kepercayaan siklus kehidupan dan kematian. Selanjutnya, ditemukan tiga tipe Muhammadiyah di Playen, yaitu Kelompok Al-Ikhlas (Islam murni), Kelompok Kiai Dahlan (Islam murni yang toleran terhadap TBC), dan Muhammadiyah NU atau Munu (berkomitmen memimpin tradisi lokal dalam bentuk tertentu sebagai harmonisasi sosial). Hilangnya dominasi Kelompok Marhaenis Muhammadiyah dan berkembangnya keberadaan ahli syari'ah menyebabkan tradisi lokal terkikis sedikit demi sedikit. Sedangkan Kelompok Munu melangsungkan tradisi lokal dengan bentuk tertentu. Meskipun begitu, kelompok ini masih memimpin upacara grebek, wayang, dan Rasulan. Munu melanggengkan Tradisi Rasulan di Playen dengan pengubahan bentuk tertentu sehingga tercipta perayaan yang islami. Masyarakat Muhammadiyah akhirnya mengakomodasi Rasulan dengan pengubahan bentuk tertentu seperti, tidak mengkhususkan hari tertentu, tidak menggunakan sesaji, dan tidak lagi menggunakan mantera versi Jawa, namun menggunakan do'a versi Islam.

ABSTRACT Muhammadiyah is one of Islamic organizations that upholds purification in Islam. To actualize Islamic purification, this organization established anti-TBC (Tahayul, Bid'ah, Churofat) movement. This mission brings Muhammadiyah eradicating the celebrations of local traditions. Many Javanese Traditions are assumed as Bid'ah things. Eradication of TBC also happened in an area in Kelurahan Playen, Kecamatan Playen, Gunungkidul. Islamic purification movement makes society in Playen not accomodate local traditions, such as Tahlilan, Yasinan, Mitoni, Selapanan (a tradition related to living and death cycles) because they are assumed that they are not suitable with Muhammadiyah manhaj. Converesely, it does not happen in Rasulan Tradition that goes more and more rousing each year. Muhammadiyah society in Playen still celebrate Rasulan Tradition each year as a local wisdom as a sign of farmer harvesting. From contradiction of TBC movement towards Rasulan Tradition celebration, this research study is necessary to conduct. This research study used qualitative method. It used case study approach to describe models and characteristics of Muhammadiyah society in Playen based on implication in Rasulan Tradition and how it can be accepted by Muhammadiyah society. The result of this research study showed that there is a sight difference of Muhammadiyah towards local traditions so that there are some deals of local traditions that can be accepted by this movement. They are that there is no certain days, no offerings, no beliefs related to living and death cycles. Besides, there are three types of Muhammadiyah found in Playen. They are Al-Ikhlas (pure Islam), Kiai Dahlan (pure Islam that is tolerant to TBC), and Muhammadiyah NU or Munu groups (that holds commitment to lead local traditions in certain forms as a social harmony.

Kata Kunci : Kata kunci: Bid'ah, Muhammadiyah, Rasulan

  1. S1-2018-364665-abstract.pdf  
  2. S1-2018-364665-bibliography.pdf  
  3. S1-2018-364665-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2018-364665-title.pdf  
  5. S1-2018-364723-abstract.pdf  
  6. S1-2018-364723-bibliography.pdf  
  7. S1-2018-364723-tableofcontent.pdf  
  8. S1-2018-364723-title.pdf